Allah Sebaik Baiknya Pembuat Rencana


Makanya: Ali Farkhan Tsani,
Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Di privat Al-Quran Allah bersuara:

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika orang-hamba allah ateis (Quraisy) ki memenungkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu ki akal dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Sang pencipta sebaik-baik Pembalas tipu daya.”
(QS Al-Anfal [8]: 30).

Imam Ahmad menguraikan berkenaan dengan firman Allah tersebut, berkaitan dengan bani adam-orang kafir Quraisy yang tengah menggelar pertemuan di Makkah, dengan satu tujuan hendak menangkap, memenjarakan, atau membunuh atau mengintimidasi Utusan tuhan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Mereka gelisah dan ketakjuban dengan dakwah Nabi yang makin hari kian banyak individu bersimpati apalagi menyatu ke internal ajarannya, Al-Selam. Ajaran yang mengajarkan agar menyembah, beribadah, berhukum, berpemimpin dan setia saja kepada Allah robbul ‘alamin.

Ya, dakwah yang sangat fenomenal sepanjang 13 musim di Mekkah, mutakadim memasrahkan yuridiksi sangat besar hari demi hari di kalangan masyarakat, khususnya di lingkaran para pemuda.

Para penasihat, pembesar, tokoh di daerah tingkat Mekkah pun melakukan bersanding sangkut-paut untuk mengantisipasi pesatnya urut-urutan dakwah Islam. Dalam rapat tersebut mutakadim diketengahkan tiga lembaga; pertama  mengerangkeng Nabi ke intern hotel prodeo. Kedua, mengucilkan Nabi jauh pecah kota Mekkah. Dan ketiga, menyembelih Rasul. Akhirnya dipilih rencana ketiga untuk memenggal Nabi.

Pada ayat lain Allah menyebutnya dengan:

وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الأرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا وَإِذًا لَا يَلْبَثُونَ خِلافَكَ إِلا قَلِيلا

Artinya: “Dan sesungguhnya betul-betul mereka intim membuatmu gelisah di negeri
(Mekkah)
bagi mengusirmu darinya; dan takdirnya terjadi demikian, niscaya-sepeninggalmu mereka tak tinggal, melainkan sebentar namun”.
(QS Al-Isra [17]: 76).

Pada momen itu juga, Fatimah puteri Rasul, masuk menemui Nabi, nan juga ayahnya, seraya menangis. Maka Rasul bertanya, “Duhai puteriku, apakah yang menyebabkan ia menangis?” Fatimah menjawab, “Wahai ayahku, bagaimana aku bukan menangis, sedangkan golongan orang-orang nan terkemuka dari kabilah Quraisy telah takhlik perjanjian atas tera Lata, Uzza, dan Manat di Hijir, bahwa seandainya mereka melihatmu, maka mereka akan sinkron bangkit ke arahmu untuk memenggal­mu secara beramai-ramai. Tidak ada seorang pun berbunga mereka melainkan sudah mengenali bagiannya dari darahmu.”

Beliau pun kemudian meminta kepada puterinya, “Ambilkanlah air wudhu untukku.” Terlampau Rasulullah berwudhu, kemudian keluar menuju masjid.

Detik mereka basyar-individu kafir Quraisy mematamatai Nabi, mereka serentak berteriak, “Ini dia orangnya!”

Sahaja dengan serta merta kepala mereka sekonyongkonyong tertunduk dan mereka tak dapat menyanggang pandangannya.

Lalu Rasulullah mengambil segenggam pasir dan menaburkannya di atas kepala mereka sekali lalu bersabda, “Moga wajah-tampang ini kelilipan.”

Maka, kemudian hari lega Perang Badar sesudah Nabi pemindahan ke Madinah, tiada seorang lelaki pun dari mereka yang terkena oleh pasir itu, melainkan tewas di wadah tempur Perang Badar kerumahtanggaan hal kafir.

Yang mahakuasa pasti sangat mengetahui peristiwa itu, dan memperlihatkan kepada Utusan tuhan-Nya terkasih atas hal itu. Maka Ali bin Abi Thalib ditugasi Nabi untuk tidur di ranjang Nabi sementara ia keluar rumah.

Lalu beliau keluar sendirian melewati kaum Musyrik yang telah berharta di depan pintu rumahnya. Rasul pun atas perintah Allah, menyerakkan pasir kepada mereka, dan tahu-tahu mereka tertidur, kemudian kamu taburkan pasir itu ke atas kepala mereka.

Mereka bukan dapat melihatnya karena Allah telah menutupi ain mereka terbit Nabi-Nya hingga mereka tidak boleh melihatnya.

Utusan tuhan saat itu membaca firman-Nya, Surat Yaasiin ayat 1-9:

يسٓ (١) وَٱلۡقُرۡءَانِ ٱلۡحَكِيمِ (٢) إِنَّكَ لَمِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ (٣) عَلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬ (٤) تَنزِيلَ ٱلۡعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِ (٥) لِتُنذِرَ قَوۡمً۬ا مَّآ أُنذِرَ ءَابَآؤُهُمۡ فَهُمۡ غَـٰفِلُونَ (٦) لَقَدۡ حَقَّ ٱلۡقَوۡلُ عَلَىٰٓ أَكۡثَرِهِمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ (٧) إِنَّا جَعَلۡنَا فِىٓ أَعۡنَـٰقِهِمۡ أَغۡلَـٰلاً۬ فَهِىَ إِلَى ٱلۡأَذۡقَانِ فَهُم مُّقۡمَحُونَ (٨) وَجَعَلۡنَا مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيہِمۡ سَدًّ۬ا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّ۬ا فَأَغۡشَيۡنَـٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُونَ (٩)

Artinya: “Yaa Siin. (1) Demi Al Qur’an yang mumbung hikmah, (2) sebenarnya ia salah koteng terbit rasul-rasul, (3) [yang berkecukupan] di atas urut-urutan yang verbatim, (4) [sebagai wahyu] yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (5) Agar anda membagi peringatan kepada kabilah yang kiai-bapak mereka belum gabungan diberi peringatan, karena itu mereka pangling. (6) Sebenarnya sudah pasti berlaku tuturan [predestinasi Allah] terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. (7) Sesungguhnya Kami telah meledakkan belenggu di leher mereka, lampau tangan mereka [diangkat] ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. (8) Dan Kami adakan di hadirat mereka dinding dan di belakang mereka dinding [pula], dan Kami tutup [mata] mereka sehingga mereka tidak boleh meluluk. (9). (QS Yasin [36]: 1-9).

Pada detik mereka memasuki pagi hari, mereka menyerbu. Saat mereka melihat Ali, mereka bertanya, “Mana sahabatmu ini?” Ali pun menjawab, “Saya tidak senggang.”

Lalu mereka mengimak jejak Muhammad yang mereka cari. Selepas mereka hingga di jabal, mereka menjadi kebingungan, lalu mereka menanjak bukit itu dan melampaui Goa Tsur. Mereka melihat sreg perkataan gorong-gorong itu cak semau sarang laba-laba. Mereka berkata, “Seandainya Muhammad memasukinya di sini, pastilah sarang laba-laba ini tidak ada.”

Setelah tiga hari tiga malam bersembunyi di n domestik Goa Tsur, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam disertai sahabat setianya Duli bakar Ash-Shiddiq melanjutkan perjalanan hijrah ke Madinah.

Habis, setibanya di Madinah, Allah menurunkan kepadanya kopi Al-Anfal ayat 30 tersebut, yang artinya:
“Dan (ingatlah), detik orang-orang ateis (Quraisy) ki memenungkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, maupun membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan semu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Yang mahakuasa sebaik-baik Pembalas tipu daya.”

(QS Al-Anfal [8]: 30).

Dari ayat tersevut minimum tidak terdapat dua dua keadaan besar yang dapat kita ambil pelajarannya.

Pertama, akal sehat, kecoh daya, makar, dari para penentang dakwah Allah yakni dengan menebar ancaman rumah tahanan, teror dan pengucilan. Sedangkan cara nan dilakukan para Nabi privat menyebarkand akwahnya adalah dengan mengajar, membina, dan membersihkan jiwa.

Kedua, Halikuljabbar tidak tidur, “Gusti Allah mboten sare”, kata orang Jawa. Bahwa Almalik akan senantiasa melindungi para pengikut jalan kesahihan. Karena itu, barangsiapa nan melakukan konspirasi terhadap mereka kabilah Mukminin, terhadap basyar-orang shalih, terhadap cerdik pandai pewaris para Nabi, maka berarti akan bersemuka dengan Allah. Dan Allah seorang yang akan membalasnya.

Dan melindungi, menyelamatkan, menolong serta membela orang-insan berkepastian adalah memang telah menjadi kewajiban Allah.

Seperti Sang pencipta tegaskan di dalam ayat:

ثُمَّ نُنَجِّى رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ‌ۚ كَذَٲلِكَ حَقًّا عَلَيۡنَا نُنجِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ (١٠٣)

Artinya: “Kemudian Kami selamatkan Nabi-Rasul Kami dan sosok-individu yang percaya, demikianlah menjadi bahara atas Kami mengetanahkan orang-orang yang beriman”. (QS Yunus [10]: 103).

Semoga Allah menolong mereka orang-sosok beriman yang istiqamah, lugu dan bersungguh-bukan main dalam menegakkan agama Sang pencipta. Aamiin. (RS2/RS1)

 Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Source: https://minanews.net/allah-sebaik-baik-pembalas-tipu-daya/

Posted by: soaltugas.net