Berikut Warna Warna Bintang Kecuali

Bintang
merupakan benda langit yang menyorotkan semarak yang disebabkan oleh reaksi sintesis nuklir yang menghasilkan energi yang terjadi intinya.[1]
Terlazim diperhatikan bahwa ‘medali semu’ bukanlah bintang, tetapi planet yang memantulkan kirana dari tanda jasa enggak dan terpandang berdamar di langit seperti sebuah bintang.

Menurut guna-guna ilmu falak, definisi bintang adalah:

Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan perpautan melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi senyawa nuklir.

Oleh sebab itu medalion kerdil safi dan bintang neutron yang sudah lain menghasilkan energi tegar disebut misal bintang. Medalion terhampir dengan Bumi yaitu Matahari pada jarak sekitar 149,680,000 kilometer, diikuti oleh Proxima Centauri kerumahtanggaan kala bintang Sentaurus berjarak selingkung catur tahun pendar.

Sejarah pengamatan

[sunting
|
sunting sumber]

Bintang-tanda jasa sudah menjadi babak berasal setiap peradaban. Bintang-medali digunakan dalam praktik-praktik keyakinan, dalam navigasi, dan bertegal. Kalender Gregorian, nan digunakan hampir di semua penggalan mayapada, adalah kalender Mentari, melandaskan diri pada posisi Bumi relatif terhadap bintang terdekat, Matahari.

Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berdampak mengenali ‘bintang-medalion baru’ di langit (kemudian dinamakan
novae) menunjukkan bahwa langit tidaklah kekal. Plong 1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang sepatutnya ada adalah Matahari-mentari lain, dan mungkin doang n kepunyaan planet-planet seperti Bumi di intern orbitnya,[2]
ide yang telah diusulkan sebelumnya makanya filsuf-teoretikus Yunani kuno seperti Democritus dan Epicurus.[3]
Pada abad berikutnya, ide bahwa medali yakni Surya nan jauh mendapat kesatuan hati di antara para astronom. Untuk menjelaskan mengapa bintang-bintang ini tidak memberikan voltase gravitasi pada penyelenggaraan surya, Isaac Newton mengusulkan bahwa medalion-bintang tersebar secara merata di seluruh langit, sebuah gagasan yang pecah dari teolog Richard Bentley.[4]

Astronom Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas puas medalion Algol lega 1667. Edmond Halley menerbitkan pengukuran pertama gerak diri dari sepasang bintang “tetap” dekat, memperlihatkan bahwa mereka berubah posisi dari sejak pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus dan Hipparchus. Pengukuran serentak jarak bintang 61 Cygni dilakukan pada 1838 oleh Friedrich Bessel menggunakan teknik paralaks.

William Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan sebaran tanda jasa di langit. Sejauh 1780an kamu melakukan pencacahan di seputar 600 daerah langit berbeda. Kamu kemudian merangkum bahwa total bintang bertambah secara tetap ke suatu jihat langit, merupakan trik galaksi Bima Berisi. Putranya John Herschel mengulangi pekerjaan yang sama di bongkahan bumi langit sebelah selatan dan menemukan hasil yang sama.[5]
Selain itu William Herschel juga menemukan bahwa beberapa inversi bintang bukanlah bintang-bintang nan secara kebetulan berada intern satu sebelah garis pandang, melainkan mereka memang secara badan berdekatan menciptakan menjadikan sistem bintang ganda.

Pengusulan

[sunting
|
sunting sumber]

Gagasan rasi medalion telah dikenal sejak zaman Babilonia. Para pengamat langit kuno memperkirakan pola tertentu terbentuk maka itu korespondensi bintang nan menonjol, dan menghubungkannya dengan cara tertentu pecah pataka atau mitologi mereka. Dua belas dari susunan ini terletak pada garis ekliptika dan menjadi dasar bagi astrologi.[6]
Banyak pula bintang-medalion hamba allah yang menonjol diberi jenama tersendiri, khususnya dengan penamaan Arab atau Latin.

Sama dengan beberapa rasi medali tertentu dan matahari, sejumlah tanda jasa lagi memiliki mitologinya sendiri.[7]
Bagi orang Yunani kuno, beberapa “bintang”, yang dikenal sebagai planet (bahasa Yunani:
πλανήτης
[planētēs],
pengembara), mewakili berbagai batara penting mereka yang menjadi sumber nama bakal bintang beredar Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus.[7]
Uranus dan Neptunus kembali adalah dewa-batara Yunani dan Romawi, semata-mata belum dikenal puas masa kuno karena sinarnya yang tegak. Etiket keduanya diberikan maka dari itu para astronom berikutnya.

Kira-kira tahun 1600, nama rasi bintang digunakan untuk menyebutkan bintang-tanda jasa dalam area langitnya. Astronom Jerman Johann Bayer menciptakan serangkaian atlas bintang nan menggunakan leter Yunani seumpama nama bagi bintang-medali pada tiap kala medali. Setelah itu tata penomoran berdasarkan asensio rekta bintang diciptakan oleh John Flamsteed dan ditambahkan ke katalog tanda jasa dalam bukunya
“Historia coelestis Britannica”
(edisi tahun 1712). Penyelenggaraan nomor ini nantinya akan dikenal laksana
Pencadangan Flamsteed
maupun
Pengangkaan Flamsteed.[8]
[9]

Satu-satunya otoritas yang diakui secara internasional dalam penamaan benda angkasa ialah Persatuan Ilmu perbintangan Internasional (International Astronomical Union, IAU).[10]
Terwalak sejumlah firma swasta yang menjual logo-stempel medali, nan menurut Taman bacaan Britania ialah firma komersial lain teregulasi.[11]
[12]
Saja IAU sudah membelakangkan sangkut-paut dengan praktik komersial ini, dan label-tanda tersebut bukan diakui dan lain dipergunakan oleh IAU.[13]
Riuk satu perusahaan penamaan yang demikian ialah
International Star Registry
(ISR) nan sreg masa 1980-an dituduh melakukan praktik penipuan karena membuat seolah-olah merek-nama yang mereka berikan resmi. Praktik ISR yang telah cak jongkok ini secara informal dilabeli sebagai penipuan dan kecurangan,[14]
[15]
[16]
[17]
dan Departemen Urusan Konsumen Kota New York menerbitkan sebuah peringatan bagi ISR karena berbuat praktik dagang yang menyesatkan.[18]
[19]

Radiasi

[sunting
|
sunting sumber]

Energi nan dihasilkan makanya medali semenjak fusi nuklir mencerat ke ruang angkasa n domestik rangka radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi zarah yang dipancarkan bintang terpenuhi n domestik bagan angin tanda jasa,[20]
yang mengalirkan proton netral, partikel alfa bermuatan elektrik, dan partikel beta dari lapisan luar bintang. Terdapat juga aliran tetap neutrino yang bersumber dari inti medali, sungguhpun neutrino-neutrino ini dempet tidak bermassa.

Medalion bersinar dahulu terang akibat produksi energi sreg intinya, yang menggabungkan dua atau lebih inti anasir dan takhlik inti zarah distingtif molekul yang lebih berat serta memperlainkan foton sinar gama dalam prosesnya. Begitu energi ini menjejak salutan asing bintang, energi ini diubah ke n domestik bentuk tak andai energi elektromagnetik yang berfrekuensi lebih rendah, misalnya cahaya kelihatan.

Corak medalion, nan ditentukan oleh frekuensi kurat tampaknya yang paling abadi, tersidai puas hawa lapisan luar medalion, termasuk fotosfernya.[21]
Selain cahaya tampak, bintang juga menyiarkan bentuk-kerangka lain radiasi elektromagnetik yang tidak kasatmata. Sepantasnya radiasi elektromagnetik bintang meliputi keseluruhan spektrum elektromagnetik, dari yang panjang gelombangnya terpanjang ialah gelombang listrik radio, ke inframerah, cahaya tampak, ultralembayung, hingga sinar X dan sinar gama yang tinggi gelombangnya paling ringkas. Jikalau dilihat dari total keseluruhan energi yang dipancarkan oleh sebuah medali, tidak semua komponen radiasi elektromagnetik tanda jasa memiliki total yang signifikan, belaka seluruh frekuensi tersebut mengasihkan kita wawasan tentang fisik bintang.

Dengan memperalat lingkup bintang, astronom dapat menentukan suhu satah, gravitasi bidang, metalisitas, dan kecepatan rotasi sebuah bintang. Jika jarak sebuah bintang diketahui, misalnya dengan mengeti paralaksnya, maka luminositasnya dapat dihitung. Massa, jeruji, gravitasi permukaan dan tahun rotasi boleh diperkirakan dengan berdasarkan model bintang. (Agregat bintang-bintang dalam sistem biner dapat dihitung dengan menakar jarak dan kecepatan orbitnya. Surat berharga lensa-mikro gaya berat dipergunakan kerjakan menakar agregat bintang eksklusif.[22]) Dengan menunggangi parameter-indikator ini, astronom juga dapat memperkirakan arwah sebuah bintang.[23]

Luminositas

[sunting
|
sunting sumber]

Luminositas bintang adalah jumlah cahaya dan rencana energi radiasi lainnya yang dipancarkan oleh bintang per satuan waktu. Luminositas bintang diukur intern satuan ki akal (watt). Luminositas tanda jasa ditentukan maka itu matra jari-jemari dan suhu permukaannya. Dengan menganggap bahwa sebuah bintang adalah benda hitam cermin, maka luminositasnya adalah:





L
=
4
π



R

2


σ



Tepi langit

e


4




{\displaystyle L=4\pi R^{2}\sigma T_{e}^{4}}



di mana
L
adalah luminositas,
σ
adalah vonis Stefan-Boltzmann,
R
adalah jari-jari tanda jasa dan
T

e

adalah suhu efektif medali.

Jika jarak tanda jasa dapat diketahui, misalnya dengan memperalat metode paralaks, luminositas sebuah bintang dapat ditentukan melalui hubungan





E
=


L

4
π



d

2







{\displaystyle E={\frac {L}{4\pi d^{2}}}}



dengan
E
merupakan fluks pancaran,
L
adalah luminositas dan
d
adalah jarak bintang ke pengamat.

Doang banyak tanda jasa yang memancarkan cahaya dengan fluks (kuantitas energi nan dipancarkan sendirisendiri rincih luas) yang tidak kostum di seluruh permukaannya. Bintang Vega yang berputar lewat cepat, misalnya, memiliki fluks energi nan lebih tinggi plong n antipoda-kutubnya dibandingkan dengan ekuatornya.[24]
Calit-noda di permukaan tanda jasa yang memiliki suhu dan luminositas nan lebih terbatas dari rata-rata disebut dengan bintik bintang. Bintang katai nan kecil, seperti mentari kita, galibnya memiliki permukaan yang patut mulus dengan hanya sedikit tutul bintang. Bintang-bintang segara yang kian besar n kepunyaan noktah bintang yang makin raksasa dan lebih kelihatan,
[25]
dan medalion-medalion ini juga menunjukkan penggelapan terpinggirkan yang makin abadi. Penggelapan pinggiran yaitu penurunan tingkat kecerahan kurat pada cakram bintang memusat daerah pinggirannya.[26]
Medalion-bintang pijar boncel merah seperti UV Ceti dapat n kepunyaan bintik medali yang menonjol di permukaannya.[27]

Magnitudo

[sunting
|
sunting sumber]

Terangnya cahaya yang terlihat dari sebuah tanda jasa disebut dengan istilah magnitudo semu, yakni terangnya sebuah bintang yang merupakan fungsi semenjak luminositas bintang, jarak dari manjapada dan perubahan cahayanya saat melampaui angkasa luar dunia. Magnitudo mutlak atau magnitudo intrinsik adalah magnitudo semu sebuah bintang sekiranya jarak antara bumi dengan medali tersebut adalah 10 parsec (32,6 masa cahaya), sehingga berhubungan langsung dengan luminositas bintang dan menyatakan kecerahan medali yang sesungguhnya.

Besaran tanda jasa yang lebih terang berbunga magnitudo:
Magnitudo
semu
Jumlah
bintang[28]
0 4
1 15
2 48
3 171
4 513
5 1.602
6 4.800
7 14.000

Baik skala magnitudo semu maupun magnitudo mutlak merupakan satuan logaritmis di mana selisih satu magnitudo sama dengan perbedaan kecerahan sekitar 2,5 barangkali[29]
(akar panjang 5 berbunga 100, alias mendekati 2,512). Keadaan ini berarti tanda jasa dengan nilai magnitudo +1 kira-terka 2,5 kali bertambah kurat daripada bintang dengan nilai magnitudo +2, dan kira-kira 100 kelihatannya lebih terang tinimbang tanda jasa dengan nilai magnitudo +6. Medali teredup yang dapat dilihat mata bugil dalam kondisi pengamatan yang baik adalah bintang dengan kredit magnitudo kira-kira +6.

Dalam skala magnitudo semu alias magnitudo tertumbuk pandangan, semakin kecil biji magnitudonya, maka semakin terang pun bintang tersebut; semakin besar nilai magnitudonya, semakin redup. Bintang-bintang paling kilauan pada kedua skala tersebut memiliki angka magnitudo yang merusak. Perbedaan panah cahaya (ΔL) antara dua bintang dihitung dengan mengurangkan nilai magnitudo bintang yang lebih terang (m
b) dari nilai magnitudo bintang yang kian menggermang (m
f), lalu menggunakan selisihnya sebagai eksponen lakukan suratan kancing 2,512. Dapat juga ditulis dengan kemiripan berikut:





Δ



m

=

m


f







m


b





{\displaystyle \Delta {m}=m_{\mathrm {f} }-m_{\mathrm {b} }}








2.512

Δ



m



=
Δ



L



{\displaystyle 2.512^{\Muara sungai {m}}=\Muara sungai {L}}



Walau keduanya bergantung pada luminositas dan jarak medalion dari bumi, magnitudo mutlak sebuah bintang (M) tidaklah sama dengan magnitudo semunya (m).[29]
Seumpama acuan, medali Sirius yang terang punya skor magnitudo semu −1,44, punya ponten magnitudo mutlak +1,41.

Syamsu mempunyai nilai magnitudo semu −26,7, belaka magnitudo mutlaknya hanyalah +4,83. Sirius, bintang minimal cemerlang di langit lilin batik, kira-kira 23 siapa lebih binar dari matahari, sedang Canopus, tanda jasa paling cemerlang kedua di langit malam dengan magnitudo mutlak −5,53, tebak-sangka 14.000 kali bertambah cahaya daripada matahari. Walaupun Canopus jauh makin terang tinimbang Sirius, semata-mata Sirius tampak lebih cemerlang daripada Canopus. Hal ini disebabkan jarak Sirius yang hanya 8,6 waktu cahaya pecah mayapada, provisional Canopus jauh kian jauh dengan jarak 310 waktu cahaya.

Berdasarkan data tahun 2006, tanda jasa dengan magnitudo sewenang-wenang minimum tinggi nan diketahui adalah LBV 1806-20, dengan nilai magnitudo −14,2. Medalion ini paling tidak 5.000.000 kali lebih kilat berbunga matahari.[30]
Sedang bintang-bintang dengan luminositas paling rendah yang diketahui waktu ini terdapat di gugus NGC 6397. Bintang katai merah paling kabur dalam gugus tersebut memiliki nilai magnitudo 26, sementara ditemukan kembali bintang katai putih dengan nilai magnitudo 28. Medali-medali redup ini sangatlah samar sehingga cahayanya sebabat dengan kilap lilin ulang tahun di wulan jika dilihat dari bumi.[31]

Rincih pengukuran

[sunting
|
sunting sumber]

Lazimnya parameter-penunjuk bintang dinyatakan dalam satuan Sang, tetapi satuan cgs sekali-kali digunakan (misalnya luminositas dinyatakan dalam runcitruncit erg sendirisendiri detik). Penggunaan satuan cgs lebih bersifat tradisi daripada sebuah konvensi. Belaka pada praktiknya acap kali massa, luminositas dan terali tanda jasa dinyatakan dalam satuan matahari, mengingat syamsu adalah bintang nan paling banyak dipelajari dan diketahui parameter-parameter fisisnya. Bakal matahari, penanda-penunjuk berikut diketahui:

Ukuran strata yang sangat lautan, misalnya tangga sumbu recup-mayor orbit pengelolaan bintang ganda, caruk siapa dinyatakan privat eceran astronomi (AU = astronomical unit), yaitu jarak kebanyakan antara bumi dan matahari.

Rasam dan karakteristik

[sunting
|
sunting mata air]

Hampir semua hal menyangkut sebuah bintang dipengaruhi oleh massa awalnya, tersurat sifat-sifat penting seperti ukuran dan luminositas, demikian kembali dengan evolusi, umur dan kondisi akhirnya.

Garis tengah

[sunting
|
sunting sumber]

Bintang terlampau beragam ukurannya. Dalam setiap panel pada gambar di atas, objek paling kanan tampil sebagai mangsa minimum kidal pada panel berikutnya. Bumi terwalak minimum kanan pada panel permulaan dan matahari terletak pada belai kedua pecah kanan pada panel ketiga.

Karena jaraknya yang dulu jauh semenjak bumi, semua medali kecuali matahari terlihat hanya seperti noktah yang bersinar di langit lilin lebah jika dilihat dengan alat penglihatan telanjang, dan berkelip akibat efek mulai sejak atmosfer bumi. Matahari sekali lagi adalah sebuah medali, doang berjarak cukup dekat dengan bumi sehingga terbantah seperti cakram di langit serta mampu menerangi bumi. Selain matahari, bintang dengan dimensi tertumbuk pandangan terbesar ialah R Doradus, yang itu pun hanya 0,057 detik busur.[34]

Cakram sebagian segara bintang terlalu kecil penampang sudutnya untuk dapat diamati dengan teleskop optis bumi yang ada saat ini, sehingga dibutuhkan teleskop interferometer bakal menghasilkan citra sebuah bintang. Teknik enggak lakukan menyukat diameter sudut tanda jasa adalah adv amat okultasi. Dengan menyukat secara tepat penurunan terang cahaya sebuah medali saat terjadi okultasi dengan rembulan (atau peningkatan terang cahaya bintang saat medalion tersebut muncul kembali), diameter sudut medalion tersebut dapat dihitung.[35]

Ukuran bintang dulu beragam, mulai berpangkal bintang neutron, nan cuma berdiameter antara 20 hingga 40 km, sampai tanda jasa maharaksasa seperti Betelgeuse di rasi bintang Orion, nan berdiameter sekeliling 650 siapa diameter mentari atau seputar 900 miliun km. Namun Betelgeuse punya konsistensi yang jauh lebih tekor dari mentari.[36]

Kinematika

[sunting
|
sunting sumber]

Gerak relatif sebuah bintang terhadap matahari boleh memberikan informasi berjasa adapun radiks mula dan roh bintang tersebut, lebih lagi juga mengenai struktur dan evolusi sistem solar di sekitarnya. Komponen gerak sebuah bintang terdiri atas kecepatan radialnya menghadap atau memencilkan matahari, dan pergeseran melintangnya yang disebut gerak diri.

Kepantasan radial sebuah bintang diukur lewat pergeseran doppler pada garis spektrumnya dan dinyatakan kerumahtanggaan runcitruncit kilometer tiap-tiap detik. Gerak diri sebuah tanda jasa ditentukan silam pengukuran astronomis nan teliti dalam eceran milidetik busur saban tahun. Dengan menentukan paralaks sebuah bintang, gerak diri dapat kemudian dikonversikan ke kerumahtanggaan satuan kecepatan. Bintang dengan kecepatan gerak diri yang hierarki kebolehjadian besar berjarak hampir dengan mentari, sehingga cocok lakukan diukur paralaksnya.[38]

Saat kederasan kedua gerak tersebut diketahui kelancaran ruang bintang relatif terhadap mentari ataupun Bima Sakti bisa dihitung. Di antara bintang-bintang sekitar kita, diketahui bahwa bintang-medali populasi I yang lebih muda umumnya memiliki kelancaran yang lebih cacat dibandingkan bintang-bintang populasi II yang lebih tua. Bintang populasi II memiliki orbit bulat panjang yang terinklinasi terhadap rataan sistem solar Bima Pintar.[39]
Perbandingan kinematika bervariasi bintang di sekitar matahari juga menyebabkan ditemukannya himpunan bintang yang kemungkinan osean adalah kumpulan tanda jasa dengan lokasi radiks yang sama dalam awan molekul raksasa.[40]

Tata letak kimia

[sunting
|
sunting perigi]

Saat terdidik, medali-bintang di bimasakti Bima Sakti massanya terdiri berusul sekitar 71% hidrogen dan 27% helium,[41]
dan sisanya sedikit partikel-unsur yang lebih runyam. Biasanya porsi unsur-elemen berat diketahui dengan menimbang kuantitas muatan besi nan terkandung dalam atmosfer bintang, sebab besi adalah unsur nan awam dan garis lingkup serapannya relatif mudah lakukan dihitung. Karena awan molekul tempat bintang terbentuk terus menerus diperkaya dengan unsur-unsur nan kian berat, pengukuran terhadap tata letak kimia sebuah medalion dapat digunakan cak bagi menentukan umurnya.[42]
Porsi unsur-unsur yang lebih pelik juga dapat dijadikan perumpamaan wahi apakah sebuah bintang punya sistem satelit atau lain.[43]

Medalion dengan rezeki besi terendah nan pertalian diukur adalah bintang kerdil HE1327-2326, dengan kandungan besi tetapi 1/200.000 berbunga ki gua garba besi matahari.[44]
Sebaliknya, bintang kaya besi μLeonis, memiliki tembolok nan dempet dua boleh jadi lipat eigendom syamsu, madya bintang berplanet 14 Herculis, memiliki kandungan yang karib tiga kali bekuk kepunyaan rawi.[45]
Terserah juga bintang yang komposisi kimianya ganjil, yang menunjukkan kemewahan luar biasa unsur-elemen tertentu n domestik spektrumnya; khususnya krom dan ferum persil jarang.[46]

Konglomerasi

[sunting
|
sunting sendang]

Salah satu tanda jasa paling zakiah yang diketahui adalah Eta Carinae.[47]
Dengan massa hingga 100–150 kali massa surya, bintang ini lagi memiliki jangka kehidupan yang hanya sejumlah miliun musim. Penelitian terhadap gugus Arches menunjukkan bahwa batas tertinggi massa medalion dalam era sekarang sejagat yaitu 150 kali agregat matahari.[48]
Alasan cak bagi batas ini belum diketahui secara pasti, sekadar sebagiannya disebabkan maka dari itu luminositas Eddington, ialah jumlah maksimal luminositas yang bisa melangkahi bentangan langit tanda jasa sonder harus melontarkan tabun ke atmosfer. Namun, sebuah bintang bernama R136a1 dalam gugus bintang RMC136a, diukur memiliki agregat 265 kali massa matahari, membuat batas tersebut dipertanyakan.[49]
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa medalion-bintang dalam gugus medalion R136 nan bermassa lebih raksasa mulai sejak 150 kali massa surya terlatih akibat tabrakan dan penggabungan medali-bintang masif dari sejumlah sistem biner yang berapit; sehingga tanda jasa-bintang tersebut kreatif melangkaui senggat 150 boleh jadi konglomerasi mentari.[50]

Nebula NGC 1999 disinari dengan terang makanya V380 Orionis (tengah), sebuah bintang fleksibel dengan massa sekitar 3,5 kali massa matahari. Putaran langit yang hitam adalah liang besar ruang zero dan bukannya nebula gelap seperti nan dikira sebelumnya.
NASA image

Bintang-tanda jasa pertama yang terlatih pasca- Dentuman ki akbar kebolehjadian berukuran lebih raksasa bersumber yang ada sekarang, mencapai setakat 300 barangkali massa matahari, justru lebih,[51]
akibat tiadanya unsur nan lebih musykil mulai sejak litium dalam kandungannya. Namun, generasi bintang-tanda jasa populasi III nan steril ini sudah lama punah dan saja terserah secara eksemplar.

Dengan massa namun 93 kelihatannya massa Jupiter, AB Doradus C, tanda jasa lawan AB Doradus A, merupakan bintang terkecil yang diketahui masih melakukan fusi nuklir internal intinya.[52]
Untuk bintang dengan metalisitas nan mirip dengan surya, agregat paling kecil teoretis yang boleh dimiliki bintang, tetapi masih tetap boleh melakukan fusi nuklir di intinya, diperkirakan adalah sekeliling 75 bisa jadi konglomerat Jupiter.[53]
[54]
Namun jika metalisitas sebuah bintang habis rendah, komposit minimumnya yakni selingkung 8,3% dari massa matahari maupun sekeliling 87 kali massa Jupiter, bersendikan penelitian terkini atas bintang-bintang paling kecil ngeri.[54]
[55]
Medalion yang lebih kecil lagi disebut katai cokelat, yang menempati daerah tepung-abu nan belum terdefenisi secara jelas antara tanda jasa dan besar gas.

Besar gravitasi permukaan sebuah bintang ditentukan oleh diameter dan massanya. Bintang-bintang raksasa memiliki gravitasi permukaan yang jauh makin rendah mulai sejak medalion-bintang deret utama, sementara kebalikannya bakal bintang-bintang kompak sama dengan katai kudus. Gravitasi rataan mempengaruhi tampilan radius sebuah bintang, dengan gravitasi nan lebih pangkat menyebabkan pelebaran garis serapan.[56]

Tempat magnet

[sunting
|
sunting sumber]

Medan besi berani sebuah medalion dihasilkan di bagian dalam bintang gelanggang sirkulasi ilian terjadi. Persuasi plasma konduktif ini berfungsi sama dengan dinamo, menghasilkan medan besi sembrani yang membentangi seluruh medalion. Kuatnya medan magnet sebuah bintang bergantung lega massa dan kandungan medalion tersebut, dan jumlah aktivitas magnet permukaan bintang bergantung pada kederasan distribusi bintang. Aktivitas permukaan ini menghasilkan bintik bintang, yang ialah daerah bidang tanda jasa dengan panggung magnet nan kuat namun bersuhu jauh lebih adv minim dari provinsi permukaan lainnya. Lengkungan korona adalah bekas magnet yang membusar dan menjejak sebatas ke intern korona terbit daerah aktif medalion. Cacian medalion adalah semburan elemen-partikel tinggi energi yang terpancar akibat aktivitas magnetis yang ekuivalen..[57]

Bintang-medalion muda nan bergerak cepat cenderung n kepunyaan tingkat aktivitas permukaan yang janjang akibat supremsi tempat magnetnya. Medan magnet ini pula dapat memengaruhi angin medali, yang bermain seperti rem dan perlahan memperlambat laju perputaran bintang seiring dengan menuanya sebuah bintang. Oleh karena itu, bintang-tanda jasa yang lebih tua seperti matahari, memiliki laju arus yang dan aktivitas latar yang lebih rendah. Tingkat aktivitas rataan bintang dengan laju sirkuit nan lambat cenderung berupa sebuah siklus, dan terkadang lebih-lebih tidak ada sama sekali untuk jangka waktu tertentu.[58]
Sepanjang masa minimum Maunder misalnya, mentari dekat tak menunjukkan aktivitas bintik matahari selama 70 musim.

Rotasi

[sunting
|
sunting sumber]

Laju rotasi bintang dapat ditentukan terlampau spektroskopi, atau dapat diukur dengan makin tepat lagi dengan mengamati laju rotasi bintik tanda jasa. Bintang-medali cukup umur dapat memiliki laju rotasi yang strata, sebatas di atas 100 km/s diukur puas ekuatornya. Bintang kelas B Achernar, misalnya, memiliki laju peredaran sekitar 225 km/s maupun lebih pada ekuatornya, menyebabkan provinsi ekuatornya menonjol keluar sehingga tanda jasa ini memiliki diameter garis khatulistiwa yang bertambah berusul 1,5 kali jarak antar kutubnya. Lancar peredaran ini hanya tekor di sumber akar laju rotasi perseptif sebesar 300 km/s yang akan menyebabkan sebuah medali hancur.[59]
Sebaliknya, matahari hanya berputar sekali selama 25–35 masa, dengan lancar rotasi ekuator 1,99 km/s. Medan magnet dan angin tanda jasa menangguhkan laju rotasi tanda jasa-medalion larik utama secara berguna seiring dengan berkembangnya sebuah medali dalam banjar utama.[60]

Medalion degenerat yaitu tanda jasa yang telah menciut menjadi massa yang kompak dan mengakibatkan laju rotasi pangkat. Hanya lancar rotasi ini masih lebih minus berbunga yang diperkirakan maka itu syariat kekekalan momentum ki perspektif. Sebagian besar momentum sudut tanda jasa tersebut pupus akibat hilangnya konglomerasi bintang oleh angin bintang.[61]
Meskipun demikian, laju rotasi medali pulsar boleh sangat tangga. Tanda jasa pulsar di buku Nebula yuyu misalnya, bersirkulasi 30 bisa jadi dalam sedetik.[62]
Laju rotasi medalion pulsar akan perlahan melambat akibat emisi radiasi.

Hawa

[sunting
|
sunting sumber]

Suhu satah bintang deret utama ditentukan oleh laju penghasilan energi di intinya nan umumnya diperkirakan berusul indeks rona medali.[63]
Biasanya master ini dinyatakan dengan guru efektif, yang merupakan hawa jikalau sebuah medalion dianggap umpama benda hitam konseptual yang memancarkan energi dengan luminositas yang seimbang di seluruh permukaannya. Kaprikornus suhu efektif hanyalah sebuah cerminan, karena suhu pada sebuah bintang semakin janjang jika semakin erat dengan intinya.[64]
Suhu di daerah inti sebuah bintang mengaras sebatas beberapa miliun derajat celsius.[65]

Temperatur sebuah medali menentukan laju ionisasi berbagai unsur di dalamnya, lagi menentukan sifat garis serapan spektrumnya. Suhu permukaan, magnitudo absolut dan resan serapan spektrografi tanda jasa digunakan laksana bawah bikin kategorisasi bintang (lihat klasifikasi bintang di bawah)[56]

Bintang masif dalam derek utama bisa bersuhu hingga 50.000 °C. Sedang medalion nan lebih kecil, seperti mana mentari, memiliki suhu rataan bilang ribu derajat celcius. Raksasa abang memiliki master satah nan relatif tekor sekeliling 3.300 °C, tetapi bintang ini punya luminositas yang tinggi karena permukaan luarnya yang luas.[66]

Arwah

[sunting
|
sunting sumber]

Sebagian osean tanda jasa berumur antara 1–10 miliar tahun. Beberapa bintang mungkin lebih-lebih berumur mendekati 13,8 miliar tahun–sukma teramati alam segenap. Bintang tertua nan ditemukan hingga saat ini, HE 1523-0901, diperkirakan berusia 13,2 miliar tahun.[67]
[68]

Semakin tingkatan komposit sebuah bintang maka semakin pendek juga umurnya. Peristiwa ini terutama disebabkan karena tanda jasa dengan massa yang tangga akan memiliki tekanan nan tinggi kembali pada intinya yang menyebabkannya menyalakan hidrogen dengan bertambah cepat. Bintang-medali paling masif mengotot kebanyakan hanya beberapa juta tahun, sementara bintang dengan massa minimum (kerdil berma) membakar bahan bakarnya dengan perlahan dan bertahan hingga puluhan sampai ratusan miliar tahun.[69]
[70]

Klasifikasi

[sunting
|
sunting sumur]

Rentang Suhu Satah dan
Warna beraneka macam Kelas Bintang

[71]
Kelas Guru Komplet bintang
O lebih dari 33.000 K Zeta Ophiuchi
B 10.500–30.000 K Rigel
A 7.500–10.000 K Altair
F 6.000–7.200 K Procyon A
G 5.500–6.000 K Rawi
K 4.000–5.250 K Epsilon Indi
M 2.600–3.850 K Proxima Centauri

Sistem klasifikasi bintang yang suka-suka masa ini berasal berpangkal tadinya abad ke-20, ketika bintang diklasifikasikan bersumber
A
hingga
Q
berdasarkan kebaikan garis hidrogennya.[72]
Pron bila itu belum diketahui bahwa nan minimum berpengaruh terhadap khasiat garis hidrogen adalah suhu; kekuatan garis hidrogen mencapai puncaknya pada suhu 9.000 K (8.730 °C) dan melemah baik pada master yang kian tinggi maupun rendah. Saat sistem klasifikasi diatur ulang berdasarkan suhu, bentuknya semakin menumpu sistem modern yang kita pergunakan momen ini.[73]

Medali diberi klasifikasi leter unik berlandaskan spektrumnya, dari diversifikasi
Ozon
yang dulu panas hingga
M
yang begitu anyep hingga unsur dapat terbimbing puas atmosfernya. Klasifikasi utama berdasarkan suhunya, bersumber yang terala ke terendah, yaitu
O,
B,
A,
F,
G,
K, dan
M. Sejumlah tanda jasa dengan jenis spektrum yang langka memiliki klasifikasi khusus partikular. Minimal umumnya yakni kategori
L
dan
T, yang menutupi bintang dengan suhu dan komposit nan terbatas serta kecil cokelat. Tiap fonem dibagi lagi dalam 10 subbagian yang diberi nomor 0–9, dari suhu nan teratas ke yang terendah. Saja sistem ini tekor tepat pada suhu nan suntuk tinggi, ialah bahwa kebolehjadian bintang kelas
O0
dan
O1
tidak suka-suka.[74]

Selain itu bintang sekali lagi dapat diklasifikasikan berlandaskan efek luminositas dalam garis spektrumnya, yang setimbang dengan ukuran dan lestari gravitasi permukaannya. Pengklasifikasian ini dikenal dengan sistem klasifikasi Yerkes dan menjatah bintang ke dalam kelas-kelas berikut:

  • 0
  • Maha maha raksasa
  • I
  • Maharaksasa
  • II
  • Raksasa terang
  • III
  • Raksasa
  • IV
  • Sub-raksasa
  • V
  • Deret terdahulu (katai)
  • VI
  • Sub-kecil
  • VII
  • Kecil putih

    Sebagian besar medali turut dalam deret utama yang terdiri dari medali-tanda jasa pembakar hidrogen biasa. Bintang-tanda jasa ini membentuk pita diagonal tipis dalam tabel bintang berdasarkan magnitudo absolutnya dan jenis spektrumnya (diagram Hertzsprung-Russell).[74]
    Biasanya kelas bintang dinyatakan dengan dua sistem klasifikasi di atas. Syamsu kita misalnya, merupakan sebuah bintang katai kuning jajar utama kelas
    G2V
    yang mempunyai suhu dan ukuran sedang.

    Penamaan tambahan, dalam bentuk huruf mungil, dapat ditulis di belakang klasifikasi cak cakupan tanda jasa bikin menunjukkan fitur individual spektrum tanda jasa tersebut. Misalnya, huruf “e” dapat menunjukkan adanya garis emisi; “m” menunjukkan tingkat logam (besi) yang asing biasa tinggi, dan “var” bisa berarti jenis skop nan beragam.[74]

    Bintang kecil zakiah memiliki klasifikasi tersendiri yang dimulai dengan huruf
    D. Penggolongan ini dibagi lagi ke dalam kelas bawah-kelas bawah
    DA,
    DB,
    DC,
    DO,
    DZ, dan
    DQ, tergantung jenis garis spektrumnya yang menonjol. Dulu di belakangnya diikuti dengan biji angka yang menunjukkan indeks suhunya.[75]

    Aliran

    [sunting
    |
    sunting mata air]

    Selain samar muka sendiri, bintang boleh sekali lagi bernas dalam sistem multibintang. Sistem multibintang dapat terdiri berpangkal dua alias bertambah medalion nan terjerumus secara gaya tarik bumi dan saling mengorbit satu sama lain. Jenis sistem multibintang yang paling kecil sederhana dan sering ditemui ialah medalion biner. Selain itu telah ditemukan juga sistem multibintang nan memiliki tiga maupun kian medalion. Sistem multibintang yang demikian bosor makan kali secara hierarkis tersusun berpunca sejumlah bintang biner bikin mempertahankan penguatan orbit bintang-bintangnya.[76]
    Terletak lagi gerombolan nan lebih samudra yang disebut gugus tanda jasa. Gugus bintang berkisar dari koleksi medalion yang enggak begitu padat dengan hanya bilang medali, sebatas gugus bola yang luar halal besar dengan ratusan mili bintang.

    Telah lama dianggap bahwa sebagian raksasa bintang berada kerumahtanggaan sistem multibintang nan terikat secara gaya tarik bumi. Hal ini khususnya benar bakal bintang-bintang asli inferior O dan B, nan dipercaya 80% populasinya gemuk intern sistem multibintang. Namun semakin kecil bintang maka semakin banyak sekali lagi populasi jenisnya yang kreatif dalam sistem tanda jasa unik. Hanya 25% kerdil abang yang diketahui berada dalam sistem multibintang dan karena 85% dari keseluruhan bintang adalah katai ahmar, maka boleh jadi sekali sebagian besar medalion intern Bima Sakti adalah tunggal sejak terbentuk.[77]

    Tanda jasa-bintang tidak menyebar secara merata di alam seberinda, cuma biasanya pasuk mewujudkan tata surya bersamaan dengan bubuk dan gas antarbintang. Sebuah tata surya resmi mengandung ratusan miliar bintang, dan terletak lebih dari 100 miliar (1011) sistem solar dalam duaja semesta teramati.[78]
    Berdasarkan sebuah cacah bintang pada tahun 2022 diperkirakan terdapat 300 triyar (3 × 1023
    ) bintang dalam alam sepenuh teramati.[79]
    Walau sering dipercaya bahwa tanda jasa hanya terletak intern galaksi, telah ditemukan bintang-bintang yang berlambak di luar sistem solar (medalion antargalaksi).[80]
    [note 1]

    Bintang terdekat dengan bumi selain syamsu adalah Proxima Centauri yang berjarak sekitar 4,2 tahun cahaya atau kira-terka 39,9 triliun kilometer. Jikalau jarak ini ditempuh dengan kecepatan orbit pesawat ulang-alik (8 km/s–hampir 30.000 km/jam), maka akan dibutuhkan waktu kira-kira 150.000 tahun untuk hingga.[note 2]
    Jarak sebagai halnya ini adalah jarak antar tanda jasa yang umum kerumahtanggaan piringan galaksi, tertera di lingkungan sekeliling tata surya.[81]
    Tanda jasa-bintang dapat sangat berhimpit di buku galaksi dan dalam gugus bola atau terpisah sangat jauh internal halo galaksi. Karena jarak antar bintang yang relatif dulu jauh kerumahtanggaan tata surya selain pada distrik siasat tata surya, tabrakan antar bintang diperkirakan jarang terjadi. Pada kawasan nan makin padat sama dengan inti gugus bola atau pusat tata surya, tabrakan antar medali bisa sering terjadi.[82]
    Tabrakan seperti ini dapat menghasilkan apa yang dikenal dengan tanda jasa pedagang biru (blue straggler).[note 1]
    Medalion-tanda jasa abnormal ini memiliki master meres yang lebih tinggi berpunca bintang-bintang deret utama lainnya dalam sebuah gugus bintang dengan luminositas yang sama.[83]
    Istilah pelimbang merujuk pada lokasinya yang berada di luar garis evolusi normal bintang lain sreg diagram Hertzsprung-Russel gugus bintangya.

    Evolusi

    [sunting
    |
    sunting mata air]

    Struktur, evolusi, dan nasib akhir sebuah bintang dahulu dipengaruhi oleh massanya. Selain itu, atak kimia juga ikut mengambil peran intern skala yang lebih kecil.

    Terbentuknya medali

    [sunting
    |
    sunting sumur]

    Tanda jasa terlatih di internal mega elemen; yaitu sebuah daerah sedang antarbintang nan luas dengan kepejalan yang tinggi (meskipun masih tekor rapat sekiranya dibandingkan dengan sebuah
    vacuum chamber
    yang ada di Bumi). Peledak ini kebanyakan terdiri berpunca hidrogen dengan selingkung 23–28% helium dan beberapa persen elemen selit belit. Atak zarah dalam peledak ini bukan banyak berubah sejak kejadian nukleosintesis Big Seruan sembahyang pada saat awal alam semesta.

    Gaya berat cekut peranan sangat terdahulu internal proses pembentukan bintang. Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di dalam gegana atom yang dapat memiliki konglomerasi ribuan siapa Matahari. Ketidakstabilan ini sering kali dipicu makanya gelombang kejut dari supernova maupun tubrukan antara dua galaksi. Sekali sebuah wilayah mencapai kerapatan materi yang pas menepati syarat terjadinya instabilitas Jeans, mega tersebut mulai runtuh di bawah kecenderungan gravitasinya sendiri.

    Berdasarkan syarat instabilitas Jeans, bintang tidak terbimbing seorang-sendiri, melainkan dalam kelompok nan berasal dari suatu kejatuhan di satu awan molekul yang besar, kemudian terpecah menjadi konglomerasi idiosinkratis. Hal ini didukung oleh pengamatan di mana banyak medali berusia proporsional terkumpul dalam gugus atau interelasi bintang.

    Begitu peledak roboh, akan terjadi massa tersendiri dari debu dan asap yang padat yang disebut sebagai globula Bok. Globula Bok ini dapat mempunyai massa hingga 50 kali Matahari. Runtuhnya globula mewujudkan bertambahnya kerapatan. Pada proses ini energi gaya tarik bumi diubah menjadi energi panas sehingga temperatur meningkat. Momen udara protobintang ini mencapai kesetimbangan hidrostatik, sebuah protobintang akan terjaga di intinya. Medalion pra deret utama ini berkali-kali dikelilingi maka dari itu piringan protoplanet. Pengerutan atau keruntuhan gegana molekul ini memakan waktu hingga puluhan juta tahun. Detik peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai kisaran 10 juta kelvin, hidrogen di inti ‘terbakar’ menjadi helium kerumahtanggaan satu reaksi termonuklir. Reaksi nuklir di internal inti bintang menyuplai layak energi kerjakan mempertahankan tekanan di rahasia sehingga proses pengerutan mengetem. Protobintang kini memulai semangat yunior sebagai bintang jejer terdepan.

    Ririt Utama

    [sunting
    |
    sunting sumber]

    Bintang menghabiskan sekitar 90% umurnya untuk membakar hidrogen dalam reaksi fusi nan menghasilkan helium dengan temperatur dan tekanan yang lampau tahapan di intinya. Lega fase ini medalion dikatakan berada dalam jajar utama dan disebut andai bintang katai.

    Akhir sebuah bintang

    [sunting
    |
    sunting perigi]

    Ketika lambung hidrogen di teras bintang terlampau, teras bintang mengecil dan mengkhususkan banyak memberahikan dan memanaskan lapisan luar bintang. Salutan luar tanda jasa nan masih banyak hidrogen mengembang dan berganti warna merah dan disebut bintang raksaksa merah yang dapat mencapai 100 barangkali format Matahari sebelum membentuk tanda jasa katai jati. Sekiranya bintang tersebut berdosis lebih lautan dari mentari, bintang tersebut akan membentuk superraksaksa bangkang. Superraksaksa merah ini kemudiannya membentuk Nova atau Supernova dan kemudiannya membuat medalion neutron maupun Lubang hitam.

    Tanda jasa plastis

    [sunting
    |
    sunting sumber]

    Tampilan yang tidak simetris dari bintang Mira, sebuah bintang variabel yang berosilasi.
    Citra HST NASA.

    Medali luwes adalah bintang yang luminositasnya berubah-ubah baik secara berkala maupun secara acak, nan disebabkan oleh faktor dari dalam maupun luar medali tersebut. Tanda jasa-medali variabel nan diakibatkan faktor dalam bintang itu koteng boleh digolongkan internal tiga kategori utama.

    Jenis nan pertama adalah medalion variabel berdenyut. Dalam evolusi bintang, beberapa bintang memasuki fase di mana mereka boleh berubah menjadi tanda jasa variabel berdenyut. Bintang variabel jenis ini berubah-tukar radius dan luminositasnya sepanjang waktu, mengembang dan mengerut dengan selang periode bermula beberapa menit hingga bertahun-tahun, tergantung matra bintang tersebut. Kategori ini terdaftar bintang plastis chepeid dan mirip chepeid, serta bintang variabel periode strata seperti Mira.[84]

    Yang kedua yaitu bintang variabel eruptif, yaitu tanda jasa yang mengalami lonjakan luminositas start-tiba akibat hal semburan maupun kejadian pelontaran materi bintang yang berlanjut massal.[84]
    Kategori ini termasuk protobintang, medali Wolf-Rayet dan bintang mercu serta bintang raksasa dan maharaksasa.

    Yang terakhir adalah bintang variabel eksplosif atau kataklismis termasuk di antaranya bintang nova dan supernova. Sistem bintang biner nan riuk suatu di antara bintangnya yakni kecil suci, dapat menghasilkan ledakan jenis tertentu secara luar seremonial, tertulis nova dan supernova jenis 1a.[85]
    Ledakan tersebut tercipta momen kecil putih menarik hidrogen berpunca medali pasangannya, meningkatkan massanya sebatas hidrogen di dalamnya mengalami fusi.[86]
    Sejumlah nova terjadi iteratif-ulang, dengan ledakan berkala nan memiliki amplitudo cacat.[84]

    Tanda jasa juga dapat berubah-ubah luminositasnya akibat faktor-faktor luar, misalnya tanda jasa biner gerhana, pula bintang yang punya titik medalion yang asing jamak dan berotasi.[84]
    Contoh paling terkenal bintang biner gerhana merupakan Algol yang kebanyakan berubah-ubah magnitudonya antara 2,5 sebatas 3,5 dengan periode 2,87 hari.

    Struktur

    [sunting
    |
    sunting sumber]

    Bagian n domestik terbit medali stabil produktif dalam keadaan separas secara hidrostatis, di mana gaya akibat gradien impitan dari kerumahtanggaan bintang yang memerosokkan ke luar menyamai gaya gaya tarik bumi yang menganjur ke dalam. Gradien impitan ini diakibatkan maka itu gradien guru plasma bintang, nan panjang lega episode luarnya dan semakin dingin memusat intinya. Suhu inti sebuah medalion deret utama alias bintang raksasa paling tidak berada dalam jumlah 107 °C. Suhu dan impitan yang dialami inti pembakar hidrogen pada bintang deret utama cukup bakal memungkinkan fusi nuklir terjadi dan untuk menghasilkan energi yang cukup kemujaraban menghindari keruntuhan bintang.[87]
    [88]

    Saat mengalami fusi nuklir dalam inti bintang, inti unsur menyorotkan energi dalam bentuk sinar gama. Foton-foton ini berinteraksi dengan plasma sekitarnya dan meningkatkan energi termal puas inti. Bintang-bintang deret terdepan mengingkari hidrogen menjadi helium yang membuat perbandingan helium dalam intinya meningkat secara perlahan tetapi pasti. Akhirnya pikulan helium akan menjadi dominan dan produksi energi pun berhenti dalam inti. Namun bagi bintang nan bermassa lebih dari 0,4 kali agregat rawi, reaksi paduan terjadi lega sepuhan yang perlahan mengembang di sekeliling inti helium degenerat.[89]

    Selain kesetimbangan hidrostatis, bagian dalam sebuah medali yang stabil juga akan mempertahankan kesetimbangan termal. Terwalak gradien guru di seluruh penggalan dalam tanda jasa nan mengakibatkan aliran energi mengalir ke eksterior. Distribusi energi nan menyingkir tiap lapisan kerumahtanggaan bintang ini akan selevel dengan aliran yang hinggap dari sumber akar tiap salutan.

    Zona radiasi adalah kewedanan lega bagian privat bintang di mana transfer radiatif memadai efisien lakukan mempertahankan aliran energi. Dalam distrik ini plasma medalion tidak akan bergerak dan setiap gerakan konglomerat akan terhenti. Cuma, kalau bukan demikian, maka plasma menjadi tidak stabil dan akan terjadi ilian yang membentuk zona konveksi. Situasi ini dapat terjadi misalnya pada daerah di mana aliran energi yang dulu panjang terjadi, seperti karib inti bintang atau di daerah dengan kelegapan (opacity) jenjang sama dengan plong salutan luar.[88]

    Terjadinya konveksi pada lapisan luar bintang larik utama gelimbir pada massanya. Bintang dengan massa berapa kali komposit syamsu memiliki zona ilian jauh di fragmen dalam medalion dan zona radiasi pada lapisan luar. Medalion yang lebih katai sebagaimana matahari yaitu kebalikannya, dengan zona konveksi yang terletak di lapisan luar.[90]
    Katai merah dengan massa adv minim berusul 0,4 kali konglomerat matahari hanya memiliki zona konveksi di seluruh lapisannya sehingga mencegah terbentuknya inti helium.[91]
    Pada sebagian besar bintang, zona konveksi juga akan berubah-ubah dari waktu ke waktu seiring dengan menuanya medalion dan berubahnya relasi inti bintang.[88]

    Tabel ini menunjukkan bagian dalam syamsu.
    citra NASA.

    Bagian berusul sebuah tanda jasa yang terlihat bagi pengamat disebut fotosfer. Ini merupakan lapisan plasma medali yang menjadi transparan terhadap foton sorot. Berpokok sini, energi nan dihasilkan oleh inti menyebar netral ke luar ke angkasa. Di fotosfer inilah bintik medalion, atau wilayah bersuhu dibawah umumnya, muncul.

    Di atas fotosfer adalah atmosfer tanda jasa. Sreg bintang deret utama begitu juga matahari, bagian terbawah atmosfer merupakan daerah kromosfer yang tipis ajang munculnya spikula dan dimulainya semburan bintang. Kromosfer ini dikelilingi maka itu wilayah transisi, di mana suhu meningkat dengan cepat dalam jarak cuma 100 km. Di luarnya yaitu korona, volume plasma maha panas yang dapat menjangkau ke asing sebatas beberapa juta kilometer.[92]
    Kerelaan korona tampaknya bergantung pada zona konveksi pada saduran asing bintang.[90]
    Meskipun suhunya panjang, korona hanya memancarkan rendah sekali semarak. Area korona matahari galibnya namun terlihat plong gerhana matahari.

    Berusul korona, angin bintang bermuatan anasir plasma mengembang keluar berusul bintang, memencar setakat berinteraksi dengan medium antarbintang. Untuk syamsu, pengaruh angin suryanya meluas setakat ke seluruh kewedanan heliosfer yang berbentuk gelembung.[93]

    Jalur reaksi paduan nuklir

    [sunting
    |
    sunting sumber]

    Grafik rantai proton-proton

    Siklus karbon-nitrogen-oksigen

    Beraneka ragam reaksi fusi nuklir nan farik berlanjut dalam inti bintang sebagai penggalan berusul nukleosintesis bintang, dengan bergantung pada massa dan komposisinya. Massa bersih inti atom yang terfusi makin katai berbunga kuantitas konglomerat inti-inti atom pembentuknya. Massa nan hilang ini dilepaskan ibarat energi elektromagnetik, sesuai dengan hukum kesetaraan massa-energi di mana
    E =mc
    2.[94]

    Proses campuran hidrogen yaitu proses yang peka master. Sedikit saja pertambahan suhu inti akan menyebabkan peningkatan lampias senyawa yang cukup lautan. Akibatnya, suhu inti tanda jasa-bintang deret terdahulu hanya bervariasi berusul 4 juta derajat celsius untuk medalion kelas M yang boncel hingga 40 juta derajat celsius untuk bintang kelas Udara murni yang ikhlas.[65]

    Pada inti mentari yang bersuhu 10 miliun derajat celsius, hidrogen di-fusi setakat membentuk helium dalam reaksi kalung proton-proton:[95]

    41H → 22H + 2e+
    + 2νe
    (4.0 MeV + 1.0 MeV)
    21H + 22H → 23He + 2γ (5.5 MeV)
    23He →
    4He + 21H (12.9 MeV)

    Reaksi-reaksi ini menghasilkan reaksi keseluruhan:

    41H →
    4He + 2e+
    + 2γ + 2νe
    (26.7 MeV)

    di mana e+
    adalah positron, γ merupakan foton seri gama, νe
    adalah neutrino, dan H dan He masing-masing isotop hidrogen dan helium. Energi yang dilepaskan oleh reaksi adalah dalam jutaan elektronvolt, yang sebenarnya hanyalah jumlah energi nan terlampau boncel. Namun reaksi ini kontinu terjadi internal jumlah nan banyak, menghasilkan seluruh energi yang dibutuhkan bikin mempertahankan produksi radiasi medalion.

    Massa minimum bintang yang dibutuhkan lakukan reaksi fusi
    Unsur Agregat
    matahari
    Hidrogen 0,01
    Helium 0,4
    Karbon 5[96]
    Neon 8

    Kerumahtanggaan bintang yang kian salih, helium dihasilkan dalam siklus reaksi nan dikatalisasi oleh karbon yang disebut siklus karbon-nitrogen-oksigen.[95]

    Dalam bintang nan sudah berkembang, dengan suhu inti 100 miliun derajat celsius dan massa antara 0,5 dan 10 kali komposit matahari, helium dapat diubah menjadi zat arang suntuk proses tripel alfa yang memperalat berilium bagaikan elemen perantaranya:[95]

    4He +
    4He + 92 keV →
    8*Be
    4He +
    8*Be + 67 keV →
    12*C
    12*C →
    12C + γ + 7.4 MeV

    Dengan keseluruhan reaksi berwujud:

    34He →
    12C + γ + 7.2 MeV

    Dalam bintang masif, anasir-molekul yang lebih berat dapat juga dibakar dalam inti yang mengerut lewat proses pembakaran neon dan proses pembakaran oksigen. Tahapan intiha proses nukleosintesis bintang adalah proses pembakaran silikon yang mengakibatkan dihasilkannya isotop ferum-56 yang stabil. Selepas itu reaksi sintesis lain dapat diteruskan lagi kecuali lewat proses endotermik, sehingga energi yang lebih banyak hanya boleh dihasilkan dulu robohan gaya berat.[95]

    Contoh di bawah ini menunjukkan hari yang dibutuhkan bintang bermassa 20 kali massa matahari lakukan menghabiskan seluruh bahan bakar nuklirnya. Bintang ini masuk n domestik kategori medali kelas Ozon nan berukuran okta- kali jari-jari syamsu dan punya lumonisitas 62.000 kali matahari.[97]

    Materi
    mangsa bakar
    Suhu
    (juta derajat celsius)
    Massa varietas
    (kg/cm3)
    Jangka waktu pembakaran
    (τ n domestik tahun)
    H 37 0,0045 8,1 juta
    He 188 0,97 1,2 juta
    C 870 170 976
    Ne 1.570 3.100 0,6
    O 1.980 5.550 1,25
    S/Si 3.340 33.400 0,0315[98]

    Bintang terdamping mulai sejak Matahari

    [sunting
    |
    sunting sumber]

    Alpha Centauri

    Alpha Centauri dikenal juga sebagai Rigil Kentaurus adalah bintang paling kilap internal rasi Centaurus. Sungguhpun tampak seperti suatu bintik dilihat dengan mata telanjang, bintang ini sebenarnya memiliki tiga komponen bintang. Antara lain; Alpha Centauri A (α Cen A), Alpha Centauri B (α Cen B) onderdil ketiga disebut Proxima Centauri (α Cen C). Alpha Centauri yaitu sistem bintang terdekat berasal Marcapada kita, dengan jarak 4,2 sebatas 4,4 tahun cahaya.

    Bintang Barnard

    Bintang Barnard adalah bintang katai merah nan mempunyai massa sangat boncel. Terletak sekeliling 6 periode nur berbunga Dunia. Bintang ini adalah medalion terdekat nan terletak di rasi bintang Ophiuchus, dan bintang keempat terdekat dari Matahari, setelah ketiga suku cadang Bintang dalam sistem Alpha Centauri.

    Wolf 359

    Wolf 359 yakni bintang kerdil merah yang terletak di konstelasi Leo, dekat ekliptika. Berjarak sekitar 7,8 tahun terang mulai sejak Bumi, dan punya magnitudo terpandang sebesar 13,5 dan hanya boleh dilihat dengan teleskop raksasa. Wolf 359 adalah riuk suatu bintang terdekat dengan manajemen matahari kita, setelah Alpha Centauri, Proxima Centauri, dan medalion Barnard. Kedekatannya pada Dunia menyebabkan Bintang ini banyak disebut internal beberapa karya fiksi.

    Lalande 21185

    Lalande 21185 adalah bintang merah katai di konstelasi Ursa Major. Berjarak seputar 8,3 hari sorot dari Marcapada. Meskipun nisbi dekat, sekadar demikian terlalu redup dilihat dengan mata telanjang. Dalam waktu sekitar 19.900 hari, Lalande 21185 akan berada pada jarak terdekatnya sekitar 4,65 ly (1,43 pc) berasal Syamsu.

    Sirius

    Sirius ialah bintang paling panah di langit malam nan terdapat di rekata Canis Major. Sirius dapat dilihat erat di semua tempat di permukaan Bumi kecuali maka itu bani adam-orang yang lewat pada lintang di atas 73,284° utara. Sirius adalah salah satu sistem bintang terdekat dengan Mayapada pada jarak 2,6 parsec maupun 8,6 periode semarak.

    Peta 3D dari bintang-bintang terdamping menggunakan koordinat internal daftar diatas. Bintang di depan memiliki asensiorekta 18h. Sebuah versi kartun bersumber gambar ini tersaji di disini.
    3d glasses red green.svg
    Sudut 3D red green direkomendasikan untuk boleh melihat gambar ini dengan baik.

    Catatan kaki

    [sunting
    |
    sunting sumber]

    1. ^


      a




      b




      Blue straggler
      lebih rajin diterjemahkan sebagai
      pengelana biru
      daripada
      musafir spektakuler
      buat membedakannya berbunga
      medalion pengembara
      (rogue star) yang merujuk pada medalion antargalaksi

    2. ^

      3,99 × 1013
      km ÷ (3 × 104
      km/jam × 24 × 365,25) = 1,5 × 105
      musim.

    Referensi

    [sunting
    |
    sunting sumber]


    1. ^


      DInwiddle, Robert (2012).
      Universe-The Definitive Visual Guide. London: Sarah Larter. hlm. 232. ISBN 978-1-4093-7650-7.





    2. ^


      Drake, Stephen A. (17 Agustus, 2006). “A Brief History of High-Energy (X-ray & Gamma-Ray) Astronomy”. NASA HEASARC. Diakses rontok
      2006-08-24
      .





    3. ^


      “Exoplanets”. ESO. 24 Juli, 2006. Diakses terlepas
      2006-10-11
      .





      [
      pranala bebas tugas permanen
      ]



    4. ^


      Hoskin, Michael (1998). “The Value of Archives in Writing the History of Astronomy”. Space Telescope Science Institute. Diakses tanggal
      2006-08-24
      .





    5. ^


      Proctor, Richard A. (1870). “Are any of the nebulæ star-systems?”.
      Nature: 331–333.





    6. ^


      Koch-Westenholz, Ulla; Koch, Ulla Susanne (1995).
      Mesopotamian astrology: an introduction to Babylonian and Assyrian celestial divination. Carsten Niebuhr Institute Publications.
      19. Museum Tusculanum Press. hlm. 163. ISBN 87-7289-287-0.




    7. ^


      a




      b




      Coleman, Leslie S. “Myths, Legends and Lore”. Frosty Drew Observatory. Diakses terlepas
      2012-06-15
      .





    8. ^


      “Naming Astronomical Objects”. International Astronomical Union (IAU). Diakses tanggal
      2009-01-30
      .





    9. ^


      “Naming Stars”. Students for the Exploration and Development of Space (SEDS). Diakses tanggal
      2009-01-30
      .





    10. ^


      Lyall, Francis; Larsen, Paul B. (2009). “Chapter 7: The Moon and Other Celestial Bodies”.
      Space Law: A Treatise. Ashgate Publishing, Ltd. hlm. 176. ISBN 0-7546-4390-5.





    11. ^


      “Star naming”. Scientia Astrophysical Organization. 2005. Diarsipkan dari varian bersih tanggal 2022-10-18. Diakses tanggal
      2010-06-29
      .





    12. ^


      “Disclaimer: Name a star, name a rose and other, similar enterprises”.
      British Library. The British Library Board. Diarsipkan terbit versi tulen tanggal 2022-01-19. Diakses terlepas
      2010-06-29
      .





    13. ^


      Andersen, Johannes. “Buying Stars and Star Names”. International Astronomical Union. Diakses tanggal
      2010-06-24
      .





    14. ^


      Pliat, Phil (September–October 2006). “Name Dropping: Want to Be a Star?”.
      Skeptical Inquirer.
      30.5
      . Diakses tanggal
      2010-06-29
      .





    15. ^


      Adams, Cecil (April 1, 1998). “Can you pay $35 to get a star named after you?”. The Straight Dope. Diakses sungkap
      2006-08-13
      .





    16. ^


      Golden, Frederick; Faflick, Philip (January 11, 1982). “Science: Stellar Idea or Cosmic Scam?”.
      Times Magazine. Time Inc. Diarsipkan dari versi sejati tanggal 2022-08-25. Diakses tanggal
      2010-06-24
      .





    17. ^


      Di Justo, Patrick (December 26, 2001). “Buy a Star, But It’s Not Yours”.
      Wired. Condé Nast Digital. Diakses tanggal
      2010-06-29
      .





    18. ^


      Plait, Philip C. (2002).
      Bad astronomy: misconceptions and misuses revealed, from astrology to the moon landing “hoax”. John Wiley and Sons. hlm. 237–240. ISBN 0-471-40976-6.





    19. ^


      Sclafani, Tom (May 8, 1998). “Consumer Affairs Commissioner Polonetsky Warns Consumers: “Buying A Star Won’tepi langit Make You One“. National Astronomy and Ionosphere Center, Aricebo Observatory. Diakses tanggal
      2010-06-24
      .





    20. ^


      Koppes, Steve (June 20, 2003). “University of Chicago physicist receives Kyoto Prize for lifetime achievements in science”. The University of Chicago News Office. Diakses sungkap
      2012-06-15
      .





    21. ^


      “The Colour of Stars”. Australian Telescope Outreach and Education. Diarsipkan dari versi bersih tanggal 2012-03-10. Diakses tanggal
      2006-08-13
      .





    22. ^


      “Astronomers Measure Mass of a Single Star—First Since the Sun”. Hubble News Desk. July 15, 2004. Diakses tanggal
      2006-05-24
      .





    23. ^


      Garnett, D. R.; Kobulnicky, H. A. (2000). “Distance Dependence in the Solar Neighborhood Age-Metallicity Relation”.
      The Astrophysical Journal.
      532
      (2): 1192–1196. arXiv:astro-ph/9912031alt=Dapat diakses gratis
      . Bibcode:2000ApJ…532.1192G. doi:10.1086/308617.





    24. ^


      Staff (January 10, 2006). “Rapidly Spinning Star Vega has Cool Dark Equator”. National Optical Astronomy Observatory. Diarsipkan dari versi tulen sungkap 2022-05-24. Diakses tanggal
      2007-11-18
      .





    25. ^


      Michelson, A. A.; Pease, F. G. (2005). “Starspots: A Key to the Stellar Dynamo”.
      Living Reviews in Solar Physics. Max Planck Society.





    26. ^


      Manduca, A.; Bell, R. A.; Gustafsson, B. (1977). “Limb darkening coefficients for late-type giant eksemplar atmospheres”.
      Astronomy and Astrophysics.
      61
      (6): 809–813. Bibcode:1977A&A….61..809M.





    27. ^


      Chugainov, P. F. (1971). “On the Cause of Periodic Light Variations of Some Red Dwarf Stars”.
      Information Bulletin on Variable Stars.
      520: 1–3. Bibcode:1971IBVS..520….1C.





    28. ^


      “Magnitude”. National Solar Observatory—Sacramento Peak. Diarsipkan pecah versi tulen tanggal 2008-02-06. Diakses tanggal
      2006-08-23
      .




    29. ^


      a




      b




      “Luminosity of Stars”. Australian Telescope Outreach and Education. Diarsipkan semenjak versi ceria tanggal 2022-08-09. Diakses sungkap
      2006-08-13
      .





    30. ^


      Hoover, Aaron (January 15, 2004). “Star may be biggest, brightest yet observed”. HubbleSite. Diarsipkan dari versi tulus tanggal 2007-08-07. Diakses copot
      2006-06-08
      .





    31. ^


      “Faintest Stars in Globular Cluster NGC 6397”. HubbleSite. August 17, 2006. Diakses sungkap
      2006-06-08
      .




    32. ^


      a




      b




      Sackmann, I.-J.; Boothroyd, A. I. (2003). “Our Kecupan. V. A Bright Young Sun Consistent with Helioseismology and Warm Temperatures on Ancient Earth and Mars”.
      The Astrophysical Journal.
      583
      (2): 1024–1039. arXiv:astro-ph/0210128alt=Dapat diakses gratis
      . Bibcode:2003ApJ…583.1024S. doi:10.1086/345408.





    33. ^


      Tripathy, S. C.; Antia, H. M. (1999). “Influence of surface layers on the seismic estimate of the solar radius”.
      Solar Physics.
      186
      (1/2): 1–11. Bibcode:1999SoPh..186….1T. doi:10.1023/A:1005116830445.





    34. ^


      “The Biggest Star in the Sky”. ESO. March 11, 1997. Diakses copot
      2006-07-10
      .





    35. ^


      Ragland, S.; Chandrasekhar, Tepi langit.; Ashok, N. M. (1995). “Angular Diameter of Carbon Star Tx-Piscium from Lunar Occultation Observations in the Near Infrared”.
      Journal of Astrophysics and Astronomy.
      16: 332. Bibcode:1995JApAS..16..332R.





    36. ^


      Davis, Kate (December 1, 2000). “Variable Star of the Month—December, 2000: Alpha Orionis”. AAVSO. Diarsipkan mulai sejak varian safi tanggal 2006-07-12. Diakses tanggal
      2006-08-13
      .





    37. ^


      Loktin, A. V. (2006). “Kinematics of stars in the Pleiades open cluster”.
      Astronomy Reports.
      50
      (9): 714–721. Bibcode:2006ARep…50..714L. doi:10.1134/S1063772906090058.





    38. ^


      “Hipparcos: High Proper Motion Stars”. ESA. September 10, 1999. Diakses sungkap
      2006-10-10
      .





    39. ^


      Johnson, Hugh M. (1957). “The Kinematics and Evolution of Population I Stars”.
      Publications of the Astronomical Society of the Pacific.
      69
      (406): 54. Bibcode:1957PASP…69…54J. doi:10.1086/127012.





    40. ^


      Elmegreen, B.; Efremov, Y. Tepi langit. (1999). “The Formation of Star Clusters”.
      American Scientist.
      86
      (3): 264. Bibcode:1998AmSci..86..264E. doi:10.1511/1998.3.264. Diarsipkan berpunca versi zakiah tanggal 2005-03-23. Diakses sungkap
      2006-08-23
      .





    41. ^


      Irwin, Judith A. (2007).
      Astrophysics: Decoding the Cosmos. John Wiley and Sons. hlm. 78. ISBN 0-470-01306-0.





    42. ^


      “A “Genetic Study” of the Galaxy”. ESO. 2006-09-12. Diakses tanggal
      2006-10-10
      .





    43. ^


      Fischer, D. A.; Valenti, J. (2005). “The Planet-Metallicity Correlation”.
      The Astrophysical Journal.
      622
      (2): 1102–1117. Bibcode:2005ApJ…622.1102F. doi:10.1086/428383.





    44. ^


      “Signatures Of The First Stars”. ScienceDaily. April 17, 2005. Diakses tanggal
      2006-10-10
      .





    45. ^


      Feltzing, S.; Gonzalez, G. (2000). “The nature of super-metal-rich stars: Detailed abundance analysis of 8 super-ferum-rich star candidates”.
      Astronomy & Astrophysics.
      367
      (1): 253–265. Bibcode:2001A&A…367..253F. doi:10.1051/0004-6361:20000477.





    46. ^


      Gray, David F. (1992).
      The Observation and Analysis of Stellar Photospheres. Cambridge University Press. hlm. 413–414. ISBN 0-521-40868-7.





    47. ^


      Smith, Nathan (1998). “The Behemoth Eta Carinae: A Repeat Offender”.
      Mercury Magazine. Astronomical Society of the Pacific.
      27: 20. Diarsipkan berasal versi steril tanggal 2022-06-18. Diakses tanggal
      2006-08-13
      .





    48. ^


      “NASA’s Hubble Weighs in on the Heaviest Stars in the Galaxy”. NASA News. March 3, 2005. Diakses tanggal
      2006-08-04
      .





    49. ^


      “Stars Just Selokan Bigger”. European Southern Observatory. July 21, 2022. Diakses tanggal
      2010-17-24
      .





    50. ^


      Wolchover, Natalie (August 7, 2012). “Mystery of the ‘Monster Stars’ Solved: It Was a Monster Mash”.
      LiveScience.com.





    51. ^


      “Ferreting Out The First Stars”. Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics. September 22, 2005. Diakses tanggal
      2006-09-05
      .





    52. ^


      “Weighing the Smallest Stars”. ESO. January 1, 2005. Diakses tanggal
      2006-08-13
      .





    53. ^


      Boss, Alan (April 3, 2001). “Are They Planets or What?”. Carnegie Institution of Washington. Diarsipkan berpangkal varian asli tanggal 2006-09-28. Diakses tanggal
      2006-06-08
      .




    54. ^


      a




      b




      Shiga, David (August 17, 2006). “Mass cut-off between stars and brown dwarfs revealed”. New Scientist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-11-14. Diakses tanggal
      2006-08-23
      .





    55. ^


      Leadbeater, Elli (August 18, 2006). “Hubble glimpses faintest stars”. BBC. Diakses tanggal
      2006-08-22
      .




    56. ^


      a




      b




      Unsöld, Albrecht (2001).
      The New Cosmos
      (edisi ke-5th). New York: Springer. hlm. 180–185, 215–216. ISBN 3-540-67877-8.





    57. ^


      Brainerd, Jerome James (July 6, 2005). “X-rays from Stellar Coronas”. The Astrophysics Spectator. Diakses terlepas
      2007-06-21
      .





    58. ^


      Berdyugina, Svetlana V. (2005). “Starspots: A Key to the Stellar Dynamo”. Living Reviews. Diakses tanggal
      2007-06-21
      .





    59. ^


      “Flattest Star Ever Seen”. ESO. June 11, 2003. Diakses tanggal
      2006-10-03
      .





    60. ^


      Fitzpatrick, Richard (February 13, 2006). “Introduction to Plasma Physics: A graduate course”. The University of Texas at Austin. Archived from the original on 2022-01-04. Diakses tanggal
      2006-10-04
      .





    61. ^


      Villata, Massimo (1992). “Angular momentum loss by a stellar wind and rotational velocities of white dwarfs”.
      Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.
      257
      (3): 450–454. Bibcode:1992MNRAS.257..450V.





    62. ^


      “A History of the Crab Nebula”. ESO. May 30, 1996. Diakses sungkap
      2006-10-03
      .





    63. ^


      Strobel, Nick (August 20, 2007). “Properties of Stars: Color and Temperature”.
      Astronomy Notes. Primis/McGraw-Hill, Inc. Diarsipkan dari versi kalis copot 2007-06-26. Diakses copot
      2007-10-09
      .





    64. ^


      Seligman, Courtney. “Review of Heat Flow Inside Stars”.
      Self-published
      . Diakses tanggal
      2007-07-05
      .




    65. ^


      a




      b




      “Main Sequence Stars”. The Astrophysics Spectator. February 16, 2005. Diakses sungkap
      2006-10-10
      .





    66. ^


      Zeilik, Michael A.; Gregory, Stephan A. (1998).
      Introductory Astronomy & Astrophysics
      (edisi ke-4th). Saunders College Publishing. hlm. 321. ISBN 0-03-006228-4.





    67. ^


      Frebel, A.; et al. (May 11, 2007). “Nearby Star Is A Galactic Fossil”. Science Daily. Diakses tanggal
      2007-05-10
      .





    68. ^


      Frebel, Anna; et al. (May, 2007). “Discovery of HE 1523-0901, a Strongly r-Process-enhanced Metal-poor Star with Detected Uranium”.
      Astrophysical Journal Letters.
      660
      (2): L117–L120. arXiv:astro-ph/0703414alt=Dapat diakses gratis
      . Bibcode:2007ApJ…660L.117F. doi:10.1086/518122.





    69. ^


      Naftilan, S. A.; Stetson, P. B. (July 13, 2006). “How do scientists determine the ages of stars? Is the technique really accurate enough to use it to verify the age of the universe?”. Scientific American. Diakses tanggal
      2007-05-11
      .





    70. ^


      Laughlin, G.; Bodenheimer, P.; Adams, F. C. (1997). “The End of the Main Sequence”.
      The Astrophysical Journal.
      482
      (1): 420–432. Bibcode:1997ApJ…482..420L. doi:10.1086/304125.





    71. ^


      Smith, Gene (April 16, 1999). “Stellar Spectra”. University of California, San Diego. Diakses rontok
      2006-10-12
      .





    72. ^


      Fowler, A. (1891–2). “The Draper Catalogue of Stellar Spectra”.
      Nature.
      45: 427–8. Bibcode:1892Natur..45..427F. doi:10.1038/045427a0.





    73. ^


      Jaschek, Carlos; Jaschek, Mercedes (1990).
      The Classification of Stars. Cambridge University Press. hlm. 31–48. ISBN 0-521-38996-8.




    74. ^


      a




      b




      c




      MacRobert, Alan M. “The Spectral Types of Stars”. Sky and Telescope. Diarsipkan dari versi polos tanggal 2022-10-22. Diakses copot
      2006-07-19
      .





    75. ^


      “White Dwarf (wd) Stars”. White Dwarf Research Corporation. Archived from the original on 2009-10-08. Diakses tanggal
      2006-07-19
      .





    76. ^


      Szebehely, Victor G.; Curran, Richard B. (1985).
      Stability of the Solar System and Its Minor Natural and Artificial Bodies. Springer. ISBN 90-277-2046-0.





    77. ^

      Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (January 30, 2006).
      Most Milky Way Stars Are Single
      . Siaran pers. Diakses pada 2006-07-16.

    78. ^


      “What is a galaxy? How many stars in a galaxy / the Universe?”. Royal Greenwich Observatory. Diarsipkan dari versi tahir tanggal 2022-11-09. Diakses tanggal
      2006-07-18
      .





    79. ^


      Borenstein, Seth (December 1, 2022). “Universe’s Star Count Could Triple”.
      CBS News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-15. Diakses sungkap
      2011-07-14
      .





    80. ^


      “Hubble Finds Intergalactic Stars”. Hubble News Desk. January 14, 1997. Diakses tanggal
      2006-11-06
      .





    81. ^


      Holmberg, J.; Flynn, C. (2000). “The local density of matter mapped by Hipparcos”.
      Monthly Notices of the Boros Astronomical Society.
      313
      (2): 209–216. arXiv:astro-ph/9812404alt=Dapat diakses gratis
      . Bibcode:2000MNRAS.313..209H. doi:10.1046/j.1365-8711.2000.02905.x.





    82. ^


      “Astronomers: Star collisions are rampant, catastrophic”. CNN News. June 2, 2000. Diarsipkan pecah versi kudus tanggal 2007-01-07. Diakses sungkap
      2006-07-21
      .





    83. ^


      Lombardi, Jr., J. C.; et al. (2002). “Stellar Collisions and the Interior Structure of Blue Stragglers”.
      The Astrophysical Journal.
      568
      (2): 939–953. arXiv:astro-ph/0107388alt=Dapat diakses gratis
      . Bibcode:2002ApJ…568..939L. doi:10.1086/339060.




    84. ^


      a




      b




      c




      d




      “Types of Variable”. AAVSO. May 11, 2022. Diarsipkan dari varian jati terlepas 2022-10-17. Diakses copot
      2010-08-20
      .





    85. ^


      Iben, Icko, Jr. (1991). “Single and binary star evolution”.
      Astrophysical Journal Supplement Series.
      76: 55–114. Bibcode:1991ApJS…76…55I. doi:10.1086/191565.





    86. ^


      “Cataclysmic Variables”. NASA Goddard Space Flight Center. 2004-11-01. Diakses tanggal
      2006-06-08
      .





    87. ^


      Hansen, Carl J.; Kawaler, Steven D.; Trimble, Virginia (2004).
      Stellar Interiors. Springer. hlm. 32–33. ISBN 0-387-20089-4.




    88. ^


      a




      b




      c




      Schwarzschild, Martin (1958).
      Structure and Evolution of the Stars. Princeton University Press. ISBN 0-691-08044-5.





    89. ^


      “Formation of the High Mass Elements”. Smoot Group. Diakses tanggal
      2006-07-11
      .




    90. ^


      a




      b




      “What is a Star?”. NASA. 2006-09-01. Diakses terlepas
      2006-07-11
      .





    91. ^


      Richmond, Michael. “Late stages of evolution for low-mass stars”. Rochester Institute of Technology. Diakses tanggal
      2006-08-04
      .





    92. ^

      ESO (August 1, 2001).
      The Glory of a Nearby Star: Optical Light from a Hot Stellar Corona Detected with the VLT
      . Siaran pers. Diakses plong 2006-07-10.

    93. ^


      Burlaga, L. F.; et al. (2005). “Crossing the Termination Shock into the Heliosheath: Magnetic Fields”.
      Science.
      309
      (5743): 2027–2029. Bibcode:2005Sci…309.2027B. doi:10.1126/science.1117542. PMID 16179471.





    94. ^


      Bahcall, John N. (June 29, 2000). “How the Sun Shines”. Nobel Foundation. Diakses tanggal
      2006-08-30
      .




    95. ^


      a




      b




      c




      d




      Wallerstein, G.; et al. (1999). “Synthesis of the elements in stars: forty years of progress”
      (PDF).
      Reviews of Bertamadun Physics.
      69
      (4): 995–1084. Bibcode:1997RvMP…69..995W. doi:10.1103/RevModPhys.69.995. Diakses tanggal
      2006-08-04
      .





    96. ^


      Girardi, L.; Bressan, A.; Bertelli, G.; Chiosi, C. (2000). “Evolutionary tracks and isochrones for low- and intermediate-mass stars: From 0.15 to 7 Msun, and from Z=0.0004 to 0.03″.
      Astronomy and Astrophysics Supplement.
      141
      (3): 371–383. arXiv:astro-ph/9910164alt=Dapat diakses gratis
      . Bibcode:2000A&AS..141..371G. doi:10.1051/aas:2000126.





    97. ^


      Woosley, S. E.; Heger, A.; Weaver, Cakrawala. A. (2002). “The evolution and explosion of massive stars”.
      Reviews of Modern Physics.
      74
      (4): 1015–1071. Bibcode:2002RvMP…74.1015W. doi:10.1103/RevModPhys.74.1015.





    98. ^

      11.5 days is 0.0315 years.

    Daftar bacaan

    [sunting
    |
    sunting sumber]

    • Pickover, Cliff (2001).
      The Stars of Heaven. Oxford University Press. ISBN 0-19-514874-6.



    • Gribbin, John (2001).
      Stardust: Supernovae and Life — The Cosmic Connection. Yale University Press. ISBN 0-300-09097-8.



    • Hawking, Stephen (1988).
      A Brief History of Time. Bantam Books. ISBN 0-553-17521-1.



    Pranala luar

    [sunting
    |
    sunting sendang]

    • How Stars Work at HowStuffWorks
    • Query star by identifier, coordinates or reference code. Centre de Données astronomiques de Strasbourg
    • Star, World Book @ NASA Diarsipkan 2005-05-08 di Wayback Machine.
    • Portraits of Stars and their Constellations Diarsipkan 2008-12-17 di Wayback Machine.. University of Illinois
    • How To Decipher Classification Codes. Astronomical Society of South Australia



    Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Bintang

    Posted by: soaltugas.net