Keberhasilan Mencapai Tujuan Pembelajaran Matematika

LAPORAN PTK : PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 8A PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP

BAB  I PENDAHULUAN

A.    Meres Birit Kelainan

Seorang guru yang profesional dituntut lakukan ufuk nasib baik berbagai  kompetensi, sama dengan nan diamanatkan dalam Undang-Undang RI No. 14 waktu 2005 adapun Hawa dan Dosen, bahwa guru bagaikan pemrakarsa perubahan di tengah umum, dituntut bikin mengatasi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional nan diperoleh melalui pendidikan profesi. Maka dari itu karena itu koteng hawa harus berusaha memikul bagasi jawab raksasa terhadap penelaahan khususnya kepada peserta didik demi meningkatkan pengetahuan dan hasil asam garam belajarnya. Misal perwakilan pengajian penggalian guru tidak hanya bertugas umpama penatar dan  pendidik sahaja, tetapi harus sekali lagi tepi langit kepunyaan kemampuan n domestik melembarkan metode penataran  yang paling akomodatif dan kondusif  lakukan petatar , sehingga siswa boleh mengembangkan potensi yang dimilikinya secara efektif dan efisien.

Saja dalam kenyataannya guru seringkali asian hambatan bagaimana mengidas dan menunggangi metode dalam penelaahan, metode dan strategi nan bagaimana nan  minimal tepat lakukan ceratai satu materi penelaahan, atau metode apakah nan paling diminati oleh sebagian borek akbar siswa, sehingga tercipta penataran yang “PAIKEM Gembrot” ialah pendedahan yang aktif, inovatif, berada, edukatif, menghibur, gembira dan berbobot.

Penulis bagaikan master netra tuntunan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berulangulang menghadapi berbagai rintangan kerumahtanggaan mengedepankan materi pembelajaran, khususnya dalam melembarkan metode, lebih lagi mata tuntunan IPS di SMP yakni indra penglihatan latihan non eksakta yang disampaikan secara terpadu  terdiri dari materi Sejarah, Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi yang dianggap materi cak bimbingan hapalan nan melelapkan. Kekomplekan materi ini membutuhkan ekstra kerja keras agar penataran tidak  membosankan.

Pembelajaran yang menjemukan ini karuan akan terus berlangsung apabila para master khususnya suhu IPS satu-satunya-mata menggunakan metode nan konvensional tetapi, lain mengerjakan pintasan dalam kegiatan pembelajarannya. Apalagi amanat nan pencatat hadapi saat ini minat peserta khususnya siswa kelas 9A terhadap indra penglihatan kursus IPS masih kurang yang menyebabkan hasil belajarnyapun invalid memuaskan merupakan sekeliling 67,57 % siswa belum mencapai KKM (Kriteri Ketuntasan Minimal). Hasil membiasakan peserta inferior 8A ini tinggal cacat dibandingkan dengan hasil belajar kelas-papan bawah nan lainnya dan jauh bersumber objek pencapaian KKM yang telah ditetapkan.

Berlandaskan pada embaran tersebut, katib menganggap lampau perlu  berbuat penekanan faktual Investigasi Tindakan Papan bawah (PTK) dengan mengepas memperalat metode pendedahan koperatif atau Cooperative Learning nan sedang besar-besaran disosialisasikan ibarat alternatif dan berkeinginan dengan metode ini boleh meningkatkan hasil belajar siswa. Keseleo satu metode yang akan dicoba yaitu Kamil penataran Kooperatif variasi Jigsaw.

Bersendikan hal itu maka itu penulis menuliskan kepala karangan dalam Penelitian ini adalah : Pengusahaan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw Bikin Meningkatkan Hasil Berlatih Siswa Inferior 8A Pada Mata Les IPS Di SMP Provinsi 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.

Kelas yang akan dijadikan sasaran penggalian yakni inferior 9A, karena kelas ini  punya karakteristik yang berbeda dengan kelas yang lainnya, yakni :

1)



Pesuluh kelas 8A banyak bicara, sering gempita, lain cak hendak diam dan   mayoritas lelaki, adalah terdiri bermula siswa lanang 29 orang, siswa putri 8 individu.

2)



Minat dan aktivitas membiasakan pelajar kelas bawah  9A masih kurang intern Ain Latihan IPS.

3)



Masih rendahnya hasil belajar pesuluh kelas radiks 9A dalam Hangit rukyat Tuntunan IPS.

B.    Rumusan Problem

Kerumahtanggaan  eksplorasi  ini  yang  menjadi  masalah utama adalah    masih rendahnya  hasil  belajar  pesuluh  kelas  9A  puas  indra penglihatan  les  IPS  di SMPN I  Cipeundeuy  Kabupaten Bandung

Barat.  Ki kesulitan tersebut dapat dirumuskan  laksana  berikut :  Apakah pemakaian metode cooperative learning variasi jigsaw bisa meningkatkan hasil membiasakan pelajar kelas  9A kerumahtanggaan mata pelajaran IPS di SMPN 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat ?

C.    Harapan Pengkajian

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui eskalasi hasil belajar pelajar inferior  9A internal alat pencium penglihatan latihan IPS  dengan menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw di SMPN 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.

D.    Kepentingan Penajaman

Adapun manfaat nan diharapkan bermula penelitian ini merupakan :

1)



Buat peserta boleh  dijadikan laksana pengalaman berlatih dan bisa  meningkatkan minat murid bikin mempelajari materi latihan IPS berikutnya sehingga boleh meningkatkan hasil belajar.

2)



Bikin penulis merupakan alat untuk meluaskan diri ibarat suhu nan profesional.

3)



Lakukan rekan hawa IPS khususnya dan temperatur lainnya dapat dijadikan ibarat sasaran model internal melaksanakan pendedahan dengan menggunakan metode jigsaw sebagai alternatif  dan menambah variasi dalam melaksanakan pembelajaran.

4)



Kerjakan Sekolah boleh dijadikan ibarat objek evaluasi bagi meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.

Burik  II

Kajian TEORI, Bentuk BERFIKIR, Asumsi TINDAKAN

A.    Kajian Teori

1.     Signifikansi Berlatih

Menurut R.Gagne sedemikian itu lagi yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, menyerahkan dua definisi belajar,  ialah:

Sparing yaitu suatu proses bagi memperoleh lecut dalam pengetahuan, kegesitan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Berlatih adalah pendudukan publikasi ataupun keterampilan yang diperoleh berasal instruksi.

Menurut Skinner yang dikutip maka itu Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, bahwa belajar yakni perkariban antara stimulus dan respon nan tercipta melalui proses tingkah laku .

M.Sobri Sutikno mengemukakan, berlatih merupakan suatu proses operasi yang dilakukan oleh seseorang bagi memperoleh suatu perubahan yang baru seumpama hasil pengalamannya sendiri dlam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarakan beberapa signifikasi di atas maka dapat perekam simpulkan bahwa membiasakan adalah perlintasan serta peningkatan kualitas dan jumlah tingkah laku seseorang diberbagai bidang nan tejadi akibat interaksi terus menerus dengan ligkungannya.

2.         Konotasi Hasil Sparing

Hasil Berlatih atau disebut lagi umpama pengejawantahan adalah kemampuan intelektual peserta, nan dapat  menentukan keberhasilan intern meperoleh prestasi pada setiap kegiatan membiasakan. Cak bagi memaklumi berbuah tidaknya seseorang internal sparing maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya bikin mengetahui manifestasi nan diperoleh siswa sehabis proses belajar mengajar berlanjut.

Menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987 :767 ) ”Manifestasi belajar adalah hasil yang dicapai seindah-baiknya menurut kemampuan anak pelihara pada periode tertentu terhadap peristiwa-hal yang dikerjakan atau dilakukan”. Bintang sartan prestasi membiasakan yakni hasil berlatih nan sudah lalu dicapai  menurut kemampuan nan tak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta pertukaran tingkah larap pada diri seseorang yang diperlukan pecah belajar dengan waktu tertentu, manifestasi sparing ini dapat dinyatakan dalam bentuk skor dan hasil pemeriksaan ulang atau eksamen.

Sehubungan dengan hasil belajar, Poerwanto (1986 : 28) mengasihkan signifikansi penampakan belajar adalah “ hasil yang dicapai makanya seseorang dalam kampanye berlatih seperti nan dinyatakan n domestik raport”.

Padahal menurut S. Nasution (1996 : 17) “Kinerja membiasakan yaitu kesempurnaan yang dicapai seseorang privat berfikir, merasa dan melakukan. Manifestasi belajar dikatakan pola apabila memenuhi tiga aspek adalah : kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi rendah memuaskan jika seseorang belum mampu menyempurnakan target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Hasil membiasakan diperoleh lega penghabisan proses penelaahan dan berkaitan dengan kemampuan pelajar dalam menyerap atau mengetahui suatu bulan-bulanan yang sudah tinggal diajarkan. Seperti nan dikemukakan Dimyati dan Mujiono (2006 : 3) “Hasil belajar adalah hasil berbunga suatu intrerksi tindakan belajar dan mengaja. Disisi temperatur, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil membiasakan, disisi petatar hasil berlatih merupakan puncak proses belajar.”

Berasal beberapa pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa pengejawantahan atau hasil sparing adalah tingkat kemenangan yang diperoleh seseorang mulai sejak kegiatan membiasakan yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

3.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Petatar

Setiap aktifitas nan dilakukan maka dari itu  seseorang tentu terserah faktor-faktor nan yang mempengaruhinya, baik yang bersifat memurukkan maupun nan menghambat. Demikian sekali pula dalam belajar, faktor yang mempengaruhi penampakan atau hasil berlatih siswa itu adalah faktor intern dan faktor ekstern. (Ahmadi, 1998 : 72). Buat mencecah prestasi belajar siswa sebagai halnya yang diharapkan, maka perlu diperhatikan sejumlah faktor nan mempengaruhinya antara tak faktor nan terletak n domestik diri pesuluh (faktor kerumahtanggaan) dan faktor yang dari terbit luar diri siswa (faktor eksern).

a.     Faktor Internal

Faktor Dalam adalah faktor nan keluih dari internal diri orang itu koteng, adapu yang tergolong faktor internal adalah keerdasan, darah, minat, dan cambuk.

Intelek atau intelegensia yakni kemampuan belajar disertai kecakapan kerjakan menyesuaikan diri dengan kejadian yang diadapinya. Kemampuan ini lampau ditentukan maka itu janjang rendahnya intelegensia, intelegensia nan normal cerbak menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan seangkatan.Slameto (1995 : 56 ) mengatakan bahwa “ Tingkat intelegensia yang tingkatan akan kian berdampak daripada yang mempunyai tingkat intelegensia nan kurang.”

 Bakat adalah kemampuan tertentu yang sudah dimiliki sesorang seumpama kecakapan pembawaan.Ngalim Purwanto (1986 : 28 ) menyodorkan “ bakat dalam situasi ini bertambah dempang pengertiannya dengan kata aptitude nan signifikan kecakapan, yakni mengenai kehadiran – kerelaan tertentu.” Menurut Syah Muhibbin (1999 : 136) “bakat diartikan perumpamaan kemampuan anak adam buat melakukan tugas tanpa banyak gelimbir plong pendidikan dan cak bimbingan.” Pecah sejumlah pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa tumbuhnys kepiawaian tertentu sreg diri seseorang sangatlah ditentukan oleh bakat yang dimilikinya.

Minat merupakan kecenderungan nan tegar bakal mengamati dan  mengenali beberapa kegiatan atau tren nan mantap dalam subyek bikin merasa tertarik pada permukaan tertentu. Siswa nan kurang baerminat privat tuntunan tertentu akan menahan intern hasil belajarnya.  Menurut Winkel (1996 : 24) “Minat yakni tendensi yang bermukim intern subyek lakukan merasa terhibur sreg meres / peristiwa tertentu dan merasa gemar berkecimpung dalam permukaan itu.”

Cemeti ialah dorongan bikin mengerjakan sesuatu. Pecut n domestik membiasakan merupakan faktor penting karena peristiwa tersebut adalah kejadian nan menolak keadaan siswa bikin mengamalkan kegiatan belajar.Sebagai halnya  nan dikemukakan maka itu Nasution (1995 : 73) “ki dorongan adalah segala daya nan menunda seseorang bakal melakukan sesuatu.”

b.        Faktor Ekstern

Yaitu faktor-faktor yang boleh mempengaruhi prestasi belajar nan bersifat dari asing diri pesuluh, adalah keadaan tanggungan, sekolah dan sekitarnya.

Hal Keluarga dapat menentukan keberhasilan momongan internal belajar. Adanya rasa kesepakatan dan nyaman privat keluarga tinggal terdepan kerumahtanggaan keberuntungan seseorang memperoleh belajar.Anak asuh bini merupakan lingkungan pendidikan nan mula-mula, karena dalam anak bini inilah peertama kali momongan mendapatkan pendidikan dan didikan.

Faktor Suhu, hawa sebagai tenaga bependidikan n kepunyaan tugas menyelenggarakan kegiatan blajar mengajar, membimbing, mendidik, meneliti, dan berekspansi serta menyerahkan cak bimbingan kepada pesuluh. Ketangkasan guru internal mengajar, keprofesionalan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran lampau mnentukan kemajuan siswa n domestik membiasakan.

Sumber Belajar, merupakan faktor yang melanggar kesuksesan dalam proses membiasakan dan mengajar. Sumber berlatih yang komplet dan cukup adalah alat yang boleh digunakan petatar intern berbuat kegiatan belajar, sehingga hasil belajar dapat meningkat.

Metode Mengajar, Merupakan prinsip-pendirian nan dilakukan makanya master  menyorongkan materi pelajaran kepada pesuluh kerumahtanggaan kegiatan penerimaan.

4.      Penggunaan Metode Cooperative Learning (CL)

a.      Pengertian metode

Metode berpangkal mulai sejak bahasa Yunani “Methodos” yang berarti mandu ataupun urut-urutan yang ditempuh. Kemustajaban metode berarti andai perabot untuk mencapai pamrih. Pengetahuan tentang metode-metode lampau diperlukan oleh para pendidik, karena berdampak tidaknya pelajar belajar sangat gelimbir kepada tepat tidaknya metode mengajar nan nan digunakan oleh guru. Metode mengajar mampu menggarangkan motivasi, minat atau gairah berlatih pesuluh terlebih mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Kamus Segara Bahasa Indonesia (2008 : 740) metode adalah pendirian teratur yang digunakan untuk melaksanakan satu karier mudahmudahan tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut Sudjana internal Adang Heriawan dkk.(2012:73) Metode mengajar adalah mandu nan dipergunakan suhu n tempatan mengadakan hubungannya dengan siswa  kapan berlangsungnya pengajaran, peranan metode mengajar sebagai gawai untuk menciptakan proses mengajar dan belajar.

Terbit bilang pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa metode ialah kaidah yang digunakan maka dari itu seseorang dalam melaksanakan suatu pegangan. Privat hal ini adalah cara-cara nan dilakukan oleh hawa dan peserta didik privat melaksanakan kegiatan pendedahan sesuai dengan tujuan nan diharapkan.

b.      Pengertian Metode Cooperative Learning (CL)

Cooperative Learning yaitu salah satu teladan pembelajaran berbasis teori berlatih sosial Robert Bandura yang dipopulerkan maka itu Spencer Kagan, Robert Slavin dan Johnson &Johnson.

Cooperative Learning merupakan metode pengajian pengkajian yang menonjolkan kepada proses kooperasi dalam suatu kelompok yang konvensional terdiri berasal 3 sampai 5 turunan pesuluh kerjakan mempelajari suatu materi akademik nan spesifik hingga tuntas. (Adang Heriawan dkk,2012:109).

Menurut Slavin privat Isjoni (2010 : 12) Cooperative Learning yaitu model pembelajaran dimana peserta belajar dan bekerja privat kelompok-keramaian katai secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur gerombolan bervariasi.

Inti berasal pembelajaran kooperatif menurut Robert E.Slavin yang diterjemahkan olehNarulita Yusron (2010 : 8) “N domestik metode pembelajaran kooperatif , para pelajar akan duduk bersama n domestik keramaian yang beranggotakan empat turunan lakukan menguasai materi yang disampaikan maka itu guru.”

Menurut Johnson &Johnson privat Isjoni (2010 : 17) Cooperataive Learning yaitu mengelompokkan petatar di  kerumahtanggaan inferior ke kerumahtanggaan suatu kelompok boncel hendaknya siswa bisa bekerja bersama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu selaras lain privat keramaian tersebut.

Berpangkal beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Metode Coopetatif Learning adalah keseleo satu metode penataran nan mengutamakan kerjasama kelompok dalam mengamankan materi pembelajaran, mengamankan keburukan maupun mengendalikan sebuah harapan.

5. Jenis-Jenis Metode Cooperatif Learning

Terserah beberapa metode kerumahtanggaan contoh pengajian pengkajian Cooperative Learning diantaranya ialah :

1)     Jigsaw

2)       Student Team Achievement Division (STAD)

3)      Team Game Tornament (TGT)

4)       Number Head Together (NHT)

5)       Group Investigation

6)        Team Assisted Individualization (TAI)

6.   Metode Cooperative Learning Spesies JIGSAW

Pengajian pengkajian Kooperatif JIGSAW adalah riuk suatu jenis pengajian penajaman kooperatif yang mendorong petatar aktif dan saling membantu dalam menguasai materi latihan bagi sampai ke kinerja yang maksimal dengan mandu menciptakan menjadikan tim pakar. Intern metode ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya, yaitu  :

1)     Pembentukan gerombolan pesuluh nan terdiri berpunca 4-6 turunan .    hendaknya heterogen.

2)     Setiap anggota kelompok ditugaskan bagi mempelajari materi tertentu

3)      Setiap anggota kelompok yang mempelajari materi nan selevel berbenturan dalam satu kerubungan hijau mewujudkan  ‘Cak regu Ahli’. Seterusnya materi tersebut didiskusikan, dipelajari apabila menemukan ki kesulitan dibahas bersama.

4)    Sesudah sendirisendiri perwakilan n domestik tim juru tersebut bisa menguasai materi nan ditugaskannya, kemudian masing-masing kantor cabang tersebut kembali ke kelompok masing-masing ataupun kaelompok asalnya.

5)    Sendirisendiri anggota tersebut silih menjelaskan kepada p versus satu kelompoknya.sehingga padanan intern suatu kelompoknya dapat mengarifi materi yang ditugaskan hawa.

6)    Petatar diberi tes/kuis bagi mencerna apakah peserta sudah lalu dapat mamahami satu materi maupun belum.

Dengan demikian melangkahi pengelolaan model Jigsaw   dalam proses membiasakan mengajar boleh mengintensifkan tanggung jawab murid sehingga terbabit langsung secara aktif n domestik memaklumi suatu persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok.

Pada kegiatan ini ini keterlibatan suhu n domestik sparing mengajar semakin menciut, dalam arti master tidak juga menjadi pusat kegiatan kelas. Master berperan laksana fasilitator yang menyasarkan dan memotivasi siswa cak bagi berlatih mandiri  serta mengintensifkan rasa bagasi jawab serta peserta akan merasa senang berbantahan tentang materi kursus dalam kelompoknya.

Metode Jigsaw sangat sekata cak bagi mata pelajaran IPS karena privat IPS banyak materi naratifnya, sedemikian itu juga yang dikemukakan oleh Isjoni (2010 : 58) lengkap Jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana pesuluh sudah mendapatkan kegesitan akademis terbit kognisi, mendaras ataupun kesigapan kelompok bikin sparing bersama, jenis materi yang paling mudah digunakan bagi pendekatan ini adalah kerangka naratif begitu juga ditemukan intern literatur, eksplorasi sosial mendaras, dan mantra permakluman.

7.     Aji-aji Makrifat Sosial

Hobatan Pengetahuan Sosial (IPS) ialah riuk suatu mata tutorial yang diajarkan di Sekolah Sedang Pertama nan disampaikan secara terpadu, terdiri dari materi tutorial Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Ilmu masyarakat.

Materi Mantra Deklarasi Sosial ini memiliki kewajiban sparing sebanyak 4 jam kursus dalam satu ahad dengan waktu 40 menit setiap jam pelajarannya.

Perjuangan Bangsa Indonesia n domestik Merebut Irian Barat

Materi Les yang digunakan intern Pendalaman Tindakan Kelas ini yaitu Sambutan Bangsa Indonesia kerumahtanggaan Merebut Irian Barat adalah pelecok satu gerendel bahasan Mata Tuntunan Ilmu Pengetahuan Sosial  termasuk rataan kajian Sejarah yang diberikan pada Semester Genap, termasuk  Standar Kompetensi : 6. Mengarifi Usaha Mempertahankan Republik Indonesia dan Kompetensi Pangkal : 6.2. Mendeskripsikan Persangkalan Bangsa Indonesia n domestik Merebut Irian Barat.

B.     Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar yakni kegiatan aktif siswa lakukan membangun makna dan kognisi terhadap suatu objek atau satu kejadian. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan untuk menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, tembung dan muatan jawab sreg siswa kerjakan selalu menerapkan potensi diri internal membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat.

Berdasarkan Kerucut Pengalaman Membiasakan Sheal Peter diketahui bahwa siswa akan menjejak hasil belajar adalah 10 % bersumber apa yang dibaca, 20 % bersumber barang apa yang didengar, 30 % berasal barang apa apa nan dilihat dan di dengar, 70 % dariapa yang dikatakan, dan 90 % berpangkal segala yang  dikatakan dan dilakukan. Artinya temperatur nan mengajar dengan meminta siswa cak bagi berbuat dan melaporkannya maka siswa akan menghafaz 90 %.

Berlatih akan bertambah baik dan berguna apabila momongan mengalami sendiri barang barang apa yang dipelajarinya , tidak hanya sekedar mengetahuinya. Proses pendedahan yang berlangsung secara saintifik dan privat rajah kegiatan peserta “bekerja” dan “mengalami” , bukan sekedar transfer kabar berpangkal guru kepada siswa.

Materi  IPS tentang Peperangan Nasion Indonesia kerumahtanggaan Merebut Irian Barat terdaftar kaki langit lokal Kompetensi Asal : Mendeskripsikan Perjuangan bangsa Indonesia privat merebut Irian Barat, membutuhkan pembahasan dan pemaparan secara khusyuk bukan semata-mata disampaikan secara informatif belaka pun secara visual yang dapat dipahami pelajar         dengan mencari dan melakukannya sendiri. Tentunya melalui sambung tangan berbagai gawai peraga, sederajat dengan buku sumber, denah/peta, rencana, dan sumber penataran lain   yang berbimbing dengan materi.

Selain itu menerobos pengajian pengkajian kelompok penuntasan terhadap tugas –tugas akan kian mudah karena pesuluh sparing secara kerja setimbang dan ubah kondusif n domestik mencerna materi.

Penjelasan materi ini apabila didominasi oleh guru tentunya akan ki boyak. Yang terpenting adalah bagaimana, hasil belajar pesuluh  menjadi meningkat terhadap materi ini . Penyadur berkeyakinan melangkahi metode cooperative Learning tipe Jigsaw diharapkan suka-doyan peningkatan hasil sparing siswa bersumber  hasil penelaahan sebelumnya.


C.    Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan tulangtulangan berpikir internal-dalam di atas, maka privat pendalaman ini penulis mengajukan dugaan sebagai berikut :

“ Penggunaan metode cooperative learning jenis jigsaw dapat meningkatkan  hasil belajar petatar inferior 9A pada indra penglihatan latihan IPS di SMPN I Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat ”

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.   Setting  Studi

1.     Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek privat penelitian ini adalah siswa papan asal  IX A SMP Kawasan I Cipeundeuy kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 37 orang, nan terdiri berbunga 29 orang pelajar lelaki dan 8 turunan siswa perawan.

2.   Alamat Penelitian

Yang menjadi target dalam penyelidikan ini yaitu hasil belajar pelajar kerumahtanggaan mata tutorial IPS dengan Kriteria Kompetensi : 6. Mengarifi aksi mempertahankan Republik Indonesia dan  Kompetensi Dasar : 6.1. Mendeskripsikan perkelahian nasion Indonesia intern merebut Irian Barat.

3.   Waktu Penggalian

Penyelidikan dilakukan pada Semester Genap di  ahad kedua wulan Februari hingga minggu kelima bulan Februari 2022. Dilaksanakan dengan 2 Siklus, dengan rincian sebagai berikut :

Materi Pelajaran dan Waktu Pelaksanaan  Siklus I

Pertemuan

Ke-

Copot

Materi Pendedahan

1

8    Februari  2022

Permukaan Birit Masalah Irian Barat

 Perjuangan Dliplomasi Merebut Irian Barat

Tangkisan Strategi Merebut Irian Barat

 Pertarungan  Ekonomi

2

15 Februari  2022

Parasan Belakang Perjuangan Merebut Irian Barat

Penampikan Diplomasi dengan Belanda

Tangkisan Diplomasi di Forum PBB

 Penampikan Diplomasi di KAA.

Pembatalan Perjanjian KMB

3

16  Februari  2022

Tes Siklus I

Materi Pelajaran dan Waktu Pelaksanaan  Siklus II

Pertemuan

Ke-

Tanggal

Materi Pengajian penggalian

1

20  Februari  2022

Pembentukan Kewedanan Irian Barat

Pememutusan Pernah Diplomatik dengan Belanda

Persuasi Pembebasan Irian Barat

Persangkalan dengan Konfrontasi Ekonomi .

Perjuangan Trikora

2

22 Februari  2022

Pembentukan Komando Mandala

Peristiwa Laut Aru

Persepakatan New York

Pemasukan Supremsi kepada Indonesia

Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)

3

27  Februari  2022

Testimoni Siklus II

4. Tempat Penekanan

Penggalian dilakukan di SMP Kawasan I Cipeundeuy , Jl. SMP Desa Cipeundeuy, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat.

5. Saran yang diharapkan

Melintasi penelitian ini diharapkan adanya peralihan kerumahtanggaan metode mengajar yang digunakan makanya master, yaitu bertambah inovatif, gemuk, dan variatif. Sehingga membagi dampak yang maujud terhadap hasil membiasakan peserta.

B.       Tipe Penelitian

Penelitian nan dilakukan merupakan nyata Penggalian Tindakan Inferior bawah (PTK). ialah riset nan dilakukan di internal kelas dengan anugerah tindakan dan bertujuan bakal mengoreksi serta meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002) bahwa Penelitian Tindakan Kelas bawah terdiri dari 3 pengenalan : Penelitian + Tindakan + Kelas. Pengkhususan adalah mencermati suatu objek menggunakan rasam, metodologi tertentu lakukan memperoleh data atau keterangan yang bermanfaat buat meningkatkan loklok satu hal yang mengganjur minat secara bersistem dan terdepan bikin penyelidik. Tindakan merupakan sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan pamrih tertentu, yang n tempatan penyelidikan berbentuk pertautan siklus kegiatan. Papan bawah adalah setumpuk murid nan kaki langit lokal hari nan sama mengamini pelajaran nan sama berpunca sendiri guru.

C.      Prosedur / Ancang-anju Penyelidikan

Prosedur ataupun langkah-persiapan pendalaman nan dilakukan terbagi horizon domestik  2 siklus  kegiatan masing-masing siklus terdiri berpangkal 3 persuaan (2 kali perjumpaan materi dan 1 barangkali test) dan masing-masing siklus  menghampari empat kegiatan muslihat yakni Perencanaan, Pelaksanaan,  Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Secara keseluruhan Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ialah bagaikan berikut :

1.Pra Penelitian :

Membentuk Surat Pemaafan berpunca pembesar sekolah bikin melaksanakan PTK,

Mengekspresikan Ajuan Penajaman.(tembusan izin dan prasaran terlampir)

Menyiapkan Kolaborator, berbincang dengan siswa bahwa akan dilakukan pengkajian.

2.Pelaksanaan

a.        Siklus I

1)        Perencanaan

a)        Siklus I  direncanakan 2 kali persuaan materi, dan 1 mana tahu tes .

Masa dan Materi Tuntunan plong Siklus I ialah ibarat  berikut :

Persuaan

Ke-

Sungkap

Materi Pengajian pengkajian

1

8  Februari  2022

Meres Belakang Kebobrokan Irian Barat

Pertempuran Dliplomasi Merebut Irian Barat

Perdurhakaan Politik Merebut Irian Barat

 Perlagaan  Ekonomi

2

15 Februari  2022

Parasan Pinggul Perlagaan Merebut Irian Barat

Pertampikan Diplomasi dengan Belanda

Perlawanan Diplomasi di Forum PBB

 Perjuangan Diplomasi di KAA.

Pembatalan Perjanjian KMB

3

16  Februari  2022

Tes Siklus I

b)      Memformulasikan Tulangtulangan Pelaksanaan Pendedahan (RPP)

c)      Menyiapkan Sutra Observasi

d)     Menyiapkan Sutra Kerja Peserta

e)      Menyiagakan Buku Perigi

2)            Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Puas tahapan ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan acara pembelajaran, melaksanakan anju-persiapan kegiatan pembelajaran sesuai RPP, memuati lembar observasi, mengumpulkan dan menganalisis hasil tes. Ancang-anju pelaksanaan Siklus I dengan menggunakan Metode Cooperative Learning Diversifikasi Jigsaw melalui tahapan berikut :

 Pertemuan I

         Kegiatan Tadinya :

   Memeriksa Kebersihan dan kelengkapan kelas

   Memeriksa kehadiran murid

   Apersepsi

   Cambuk

Kegiatan Inti  :

Guru menjatah kayu bawah kerumahtanggaan 9 kelompok , setiap kerumunan terdiri semenjak 4 siswa.

Guru memberi kartu  soal kepada seluruh siswa

Pesuluh yang memiliki kartu soal dengan muslihat masalah yang separas, berkumpul membuat gerombolan baru yang disebut dengan kelompok “ skuat ahli”

Gerombolan Kongkalikong regu Ahli 1 membahas akan halnya isi KMB dan latar bokong persabungan nasion indonesia merebut irian barat.

Kelompok Cak regu Tukang 2 menggosipkan mengenai paerjuangan bangsa indonesia melalui diplomasi : diplomasi dengan Belanda, diplomasi di forum PBB, diplomasi di forum KAA.

Keramaian Kongkalikong regu Pakar 3 mengomongkan tentang perdurhakaan bangsa indonesia melalui konfrontasi politik : royemen perjanjian KMB, Pembentukan negeri irian barat, penghentian gayutan diplomatik dengan Belanda

Kelompok Tim Ahli 4 mengomongkan akan halnya penolakan indonesia merebut irian barat melangkahi konfrontasi ekonomi : mogok buruh, nasionalisasi perusahaan Belanda, pelarangan pruduk Belanda, pemakzulan penghuni negara Belanda yang bekerja di Indonesia.

Sendirisendiri tim pakar memasalahkan persoalan yang sudah lalu diberikan

Setelah Skuat Juru mempersoalkan sumber masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing siswa nan tergabung kerumahtanggaan cak regu juru, sekali kembali ke kelompok sendang akar dan memparentasikan hasil sawala kepada kelompoknya.secara bergiliran.

Kegiatan Akhir  :

Refleksi   : Guru dan pesuluh merangkum materi yang dibahas

Keterangan: Memberitahukan materi nan kelak.

      Perjumpaan II

       Kegiatan Awal :

    Memeriksa Kebersihan dan kecukupan kelas

   Memeriksa kesanggupan peserta

    Apersepsi

    Pecut

Kegiatan Inti  :

Guru membagi papan sumber akar menjadi 7 gerombolan , 5 kerubungan  terdiri   berusul 5 khalayak pesuluh. 2 gerombolan terdiri dari 6 turunan

Guru membagi materi penelaahan menjadi  kartu  pertanyaan / pokok masalah kepada seluruh siswa.

Siswa yang punya karcis soal dengan muslihat masalah nan sekelas, berkumpul membuat keramaian baru nan disebut dengan kelompok “ skuat ahli”

Keramaian Tim Ahli 1 membahas adapun isi KMB dan latar pinggul perbangkangan bangsa indonesia merebut irian barat.

Kelompok Tim Ahli 2 membicarakan akan halnya perjuangan bangsa indonesia melalui diplomasi langsung dengan Belanda.

Keramaian Skuat Ahli 3 membahas tentang perjuangan bangsa indonesia melalui diplomasi di forum PBB.

Kelompok Tim Ahli 4 menggosipkan tentang pertampikan indonesia merebut irian barat melalui diplomasi di KAA.

Kerubungan Skuat Ahli 5 membahas tentang perjuangan politik indonesia melangkaui pembatalan perjanjian KMB.

Masing-masing tim ahli memasalahkan persoalan yang sudah diberikan.

Sehabis Cak regu Juru mempertanyakan pokok masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing siswa nan terkumpul n domestik tim ahli, sekali lagi ke kelompok dasar dan mempresentasikan hasil urun pendapat kepada kelompoknya secara bergiliran.

Kegiatan Akhir  :

Refleksi   : Guru dan siswa menyadur materi yang dibahas

Maklumat: Memberitahukan materi yang akan hinggap.

3)      Pengamatan Siklus I : mengamati dan mengingat-ingat aktivitas pesuluh privat pembelajaran dan melakukan pengecekan diakhir siklus bikin mengetahui hasil berlatih petatar. Aspek yang diamati adalah sebagai berikut :

a)         Aktivitas siswa sejauh menirukan pendedahan

b)        Aktivitas guru yang meliputi : kegiatan pendahuluan, keagiatan inti dan kegiatan penutup

c)         Rintangan nan dihadapi selama kegiatan pendedahan

d)        Ketuntasan Membiasakan Klasikal

4)            Refleksi / Evaluasi Siklus I :

Lega strata ini dilakukan refleksi pengajian pengkajian, mengingat-ingat kekeringan – kehabisan dan obstruksi yang dihadapi sehingga bisa melakukan tindak lanjut buat dianalisis dan dijadikan sebagai sempurna pada penataran di siklus II.

Pada kegiatan pembelajaran di siklus I masih terdapat hambatan dan kekurangan khususnya pada siklus I  perjumpaan purwa, sehingga kegiatan penelaahan tidak berjalan secara efektif, diantaranya :

Master belum menyampaikan maksud pembelajaran

Pada pertemuan mula-mula petatar masih terbantah gelisah dengan metode jigsaw

Penjatahan kerubungan murid plus banyak (9 keramaian) sehingga terpelajar  keramaian tim pakar yang anggotanya terlalu banyak, mengakibatkan urun rembuk enggak efektif.

Masih ada sejumlah pelajar yang lain mengajuk penelaahan sama dengan mengerjakan tugas mata pelajaran bukan, diam hanya.

Penentuan materi untuk dibahas tim ahli terlalu banyak sehingga tidak ada kerumunan tim ahli yang radu merumuskan materi yang diberikan

Siswa tak senggang pengajuan

Petatar tidak adv pergaulan meringkas materi

Pendedahan dianggap gagal dan puas persuaan berikutnya harus ada revisi  materi yang diberikan.

b.            Siklus II

1)       Perencanaan :

a)        Investigasi Tindakan Papan bawah  sreg siklus II ini direncanakan 2 mungkin perjumpaan materi , dan 1 barangkali pertemuan bakal verifikasi.

Rencana  Materi Kursus dan Waktu Pelaksanaan   Siklus II :

Pertemuan

Ke-

Tanggal

Materi Pengajian pengkajian

1

20       Februari  2022

Pembentukan Negeri Irian Barat

2           Pememutusan Pergaulan Diplomatik dengan Belanda

3           Propaganda Pembebasan Irian Barat

Bantahan dengan Konfrontasi Ekonomi .

Peperangan Trikora

2

22 Februari  2022

Pembentukan Komando Mandala

Peristiwa Laut Aru

Persetujuan New York

Penyerahan Kekuasaan kepada Indonesia

Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)

3

27  Februari  2022

Tes Siklus II

b)Mengekspresikan instrumen penggalian berupa Bentuk Pelaksanaan Penelaahan (RPP)

c)Menyiapkan Kenur Kerja Siswa (LKS)

d)            Menyiapkan Untai Observasi

e)Menyiapkan Muslihat Sumber

f) Menyusun Soal Tes

g)          Melaksanakan Pembuktian Siklus II pada tanggal 27 Februari 2022.

2)       Pelaksanaan :

Pada tahap ini dilakukan tindakan pelaksanaan program sesuai dengan langkah-awalan n domestik RPP yang sudah mengalami perubahan dan reformasi-restorasi. Kekurangan lega siklus I ditindaklanjuti puas tahap ini. Langkah-langkah yang dilakukan adalah bagaikan berikut :

    Perjumpaan I

        Kegiatan Semula :

   Memeriksa Kebersihan dan kelengkapan inferior

   Menyelidiki keberadaan murid

   Apersepsi  :

–    Masih ingatkah kalian penolakan diplomasi nan dilakukan Indonesia dalam merebut Irian Barat ?

–    Cemeti :

–    Tahukah kalian  peperangan apa saja nan dilakukan nasion indonesia dalam merebut IrianBarat ?

–    Memberitahukan Maksud Penataran nan harus dicapai

Kegiatan Inti  :

Berdasarkan pengalaman puas Siklus I : pencatuan kerumunan terlalu banyak, materi sesak banyak sehingga petatar enggak radu mendiskusikan pertanyaan yang ditentukan, puas kegiatan pertemuan II ini dilakukan perubahan dan memperempit materi dengan menjatah menjadi sub-sub materi.

Master menjatah gawang bawah menjadi 7 keramaian , 5 kelompok terdiri berusul 5 bani adam pesuluh. 2 kelompok terdiri dari 6 orang

Guru memberi materi menjadi sub-sub materi pembelajaran menjadi 5 kartu  soal / siasat masalah kepada seluruh kerumunan peserta.

Tiap-tiap kelompok mujur 5 kartu cak bertanya dan setiap anggota berbahagia 1 kartu soal yang ampuh 1 sub materi.

Siswa nan n milik kartu soal dengan sendi penyakit nan sama, berkumpul membuat keramaian baru yang disebut dengan kerumunan “ cak regu juru”

Temperatur membagikan Utas Kerja Pelajar kepada kelompok tim pakar

Keramaian Cak regu Tukang 1 membahas tentang sambutan mengembari Irian Barat melewati pembentukan daerah baru Irian Barat

Keramaian Tim Ahli 2 menggosipkan tentang pertempuran melalui penyetopan hubungan diplomatik dengan Belanda dalam upaya membalas Irian Barat.

Gerombolan Cak regu Tukang 3 menggunjingkan mengenai tangkisan melangkahi propaganda pembebasan Irian Barat privat upaya

menjajari Irian Barat.

Kelompok Tim Ahli 4 menggunjingkan tentang perjuangan merebut Irian Barat melewati konfrontasi ekonomi.

Kelompok Tim Juru 5 mengomongkan adapun perjuangan TRIKORA kaki langit domestik merebut Irian Barat.

Saban kongkalikong regu ahli mempertanyakan permasalahan yang sudah diberikan

Selepas Tim Ahli memasalahkan asal masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing murid yang tergabung n domestik skuat ahli, sekali lagi ke kerubungan sumber akar dan memparentasikan hasil diskusi kepada kelompoknya tiap-tiap secara bergiliran.

Kegiatan Pengunci  :

Refleksi   : Master dan pelajar menyimpulkan materi yang dibahas

Informas i: Memberitahukan materi nan akan menclok.

         Perjumpaan II

  Kegiatan Mulanya :

   Menginvestigasi Kebersihan dan kelengkapan kelas

   Memeriksa eksistensi siswa

   Apersepsi  :

–            Masih ingatkah kalian bagaimana pertampikan secara kebijakan, ekonomi, dan militer  yang dilakukan Indonesia kerumahtanggaan merebut Irian Barat ?

   Pecut :

–            Bagaimana akhir dariperjuangan nasion indonesia dalam merebut Irian Barat ?

Memberitahukan Tujuan Pengajian pengkajian yang harus dicapai

Kegiatan Inti  :

Hawa menjatah kelas menjadi 7 gerombolan , 5 kelompok terdiri mulai sejak 5 bani adam pelajar. 2 kerubungan terdiri dari 6 insan

Guru memberi materi menjadi sub-sub materi pembelajaran menjadi 5 karcis  soal / trik masalah kepada seluruh kerubungan siswa.

Masing-masing kerubungan mendapat 5 kartu tanya dan setiap anggota beruntung 1 karcis tanya yang berisi 1 sub materi.

Siswa yang memiliki kartu pertanyaan dengan buku ki kesulitan nan proporsional, berkumpul membentuk kelompok bau kencur yang disebut dengan kelompok “ tim pandai”

Temperatur membagikan Tali Kerja Murid kepada kerumunan tim tukang

Kelompok Tim Pandai 1 membahas akan halnya pertarungan menyamai Irian Barat menerobos pembentukan Komando Mandala

Keramaian Cak regu Ahli 2 membahas adapun peristiwa Laut Aru  internal upaya mengembari Irian Barat.

Gerombolan Cak regu Pandai 3 membahas tentang pengunci  sambutan Indonesia menerobos Persetujuan New York internal upaya menimpali Irian Barat.

Keramaian Cak regu Tukang 4 mengomongkan tentang

penyerahan kekuasaan Irian Barat kepada Indonesia.

Keramaian Cak regu Juru 5 membahas tentang Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)

Masing-masing skuat ahli mempersoalkan permasalahan yang sudah diberikan

Hawa mengintai dan membimbing kerja gerombolan cak regu juru

Pasca- Skuat Juru memperdebatkan pangkal masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing peserta yang tergabung dalam cak regu tukang, juga ke kelompok sumber akar dan memparentasikan hasil diskusi kepada kelompoknya masing-masing secara bergiliran.

Badal Kelompok mempresentasikan hasil diskusi cak regu ahli di depan kelas

Guru memperjelas materi dan memberi stabilitas.

Kegiatan Penutup  :

Refleksi   : Guru dan petatar menyingkat materi nan dibahas

Pengumuman: Memberitahukan rajah evaluasi.

3)      Pengamatan

Menyerang dan mengingat-ingat aktivitas petatar selama kegiatan penelaahan dan melakukan testimoni kerjakan mengetahui hasil belajar pesuluh. Aspek yang diamati adalahsevagai berikut :

a)        Aktivitas Pesuluh, yang menutupi :

–          Cara Peserta membentuk skuat pakar

–          Kaidah Kerumunan tim ahli menyusun materi nan diberikan

–          Kegiatan petatar momen pengutaraan di kerumahtanggaan kerubungan sendirisendiri

–          Kegiatan Siswa saat presentasi secara klasikal.



b)        Aktivitas Guru, yang menghampari :

–          Kegiatan Awal

–          Kegiatan Inti

–          Kegiatan Intiha

c)    Kendala nan dihadapi saat penelaahan berlantas

d)    Ketuntasan Belajar Klasikal melewati hasil testimoni

4)       Refleksi/ Evaluasi Siklus II

Selepas mengamalkan pengamatan sepanjang kegiatan penataran, penyelidik melakukan evaluasi dan refleksi terhadap kekurangan- kehilangan dan bermacam rupa rintangan yang dihadapi, bagi dijadikan sebagai sumur akar sreg momen pengutipan konklusi. Hasil refleksi sreg siklus II yakni misal berikut :

a)Penentuan materi sudah bertambah partikular

b)Kerumunan cak regu juru jumlahnya telah sepan

c)Aktivitas maujud pelajar sudah meningkat

d)            Pengajuan petatar sudah terarah

e)Pengaturan tempat duduk dan posisi cak regu ahli masih belum kondusif. Sehingga menyita waktu bakal kegiatan membiasakan.

f) Masih terserah petatar yang bukan ikut diskusi lega kongkalikong regu ahli dengan alasan tidak kebagian kiat sumber.

D.           Teknik Penumpukan Data

Teknik pengurukan data yang  digunakan peneliti dalam Pengkajian Tindakan Papan bawah ini adalah sebagai berikut :

Observasi ialah pengamatan langsung suatu kegiatan nan sedang dilakukan. Sama dengan nan dikemukakan maka bermula itu Ngalim Purwanto (2008) kerumahtanggaan  www.Google.com. By Kacang hasyim Sungkap 29 Februari 2022, “Observasi yakni metode alias mandu-mandu yang menganalisis dan mengadakan pembukuan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan mengintai maupun  mengamati sosok alias gerombolan secara langsung. Kaidah atau metode tersebut bisa sekali lagi dikatakan dengan memperalat teknik dan perangkat-gawai khusus seperti mana mana blangko-lembar isian, cek bingkai maupun daftar isian nan telah dipersiapkan sebelumnya “

Pengkaji mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek dan sasaran penelitian yang dilakukan internal kegiatan pembelajaran , yang dibantu maka itu rekan ibarat observer ataupun kolaborator. Observasi ini dilakukan dengan cara :

a.        Melaksanakan pengamatan selama proses pembelajaran bersumber semula setakat penutup tentang penjelasan master, kegiatan ataupun ktivitas murid, proses membiasakan mengajar sebatas dengan mengerjakan tugas.

b.        Mengingat-ingat hasil observasi dengan mengisi untai observasi yang telah dipersiapkan dan memberi cecklist puas kolom yang disediakan, buat menguji pengusahaan metode Urun pendapat Kerubungan internal upaya  meningkatkan hasil sparing siswa.

Data riset dikumpulkan dan disusun melampaui gawai teknik pengurukan data nan terdiri berasal : sumber data, keberagaman data, teknik pengumpulan data, dan instrumen nan digunakan . Teknik penumpukan data dapat dilhat pada grafik berikut ini :

Tabulasi 1. Sendang Data dan Instrumen

No

Sumber Data

Macam Data

Teknik Penumpukan Data

Radas

1

Petatar

Lungsin Kerja Pesuluh

Jumlah murid yang menjawab bersusila pertanyaan n domestik tahap evaluasi di akhir siklus

Mengumpumpulkan

LKS

Melaksanakan validasi terdaftar

PertanyaanSoal

2

Guru

Langkah-awalan penerimaan

Observasi

Pedoman Observasi

3

Suhu dan Siswa

Aktivitas master dan murid sejauh penerimaan berlangsung

Observasi

Pedoman Observasi

Validasi  merupakan pengujian atas kemampuan pelajar setelah mengimak proses pengajian pengkajian dengan maksud bikin mengetahui hasil membiasakan siswa substansial angka / poin. Tes ini dilakukan setiap siklus bubar.

Pengarsipan, yaitu bukti-bukti tercatat berupa goresan hasil kegiatan, naskah soal, hasil kegiatan pelajar, hasil tes , foto-foto kegiatan. Teknik pengarsipan ini bertujuan  untuk mendukung dan melengkapi data yang dibutuhkan privat riset tindakan ini.

E.       Teknik Kajian Data

Teknik nan digunakan bagi menganalisis data n domestik penggalian tindakan kelas bawah ini adalah Deskriptif Persentase. Data yang diperoleh dianalisis dan hasilnya dipersentasekan. Adapun data nan dianalisis adalah data berpunca observasi dan data berasal hasil tes.

F.        Penunjuk Kesuksesan

Mulai sejak pada hasil yang diperoleh berpunca verifikasi siklus I dan verifikasi siklus II yang mencerminkan pemahaman petatar pada konsep penerimaan, diharapkan adanya kenaikan Aktivitas yang berupa  dan hasil sparing siswa sesuai angka yang diperoleh

 tiap-tiap murid, paling kecil terserah keberhasilan terbit sebelumnya.

Paling kecil 85 % berpangkal total murid mencapai kredit hasil membiasakan tuntas untuk indra penglihatan latihan IPS yaitu mencecah angka KKM = 75.

  Pintu  IV

     HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

           Eksplorasi yang dilakukan penulis terdiri berpunca 2 siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari 2 persuaan pendedahan dan 1 pertemuan kerjakan validasi. Materi yang dibahas yakni materi kelas bawah 9 yang diberikan pada semester genap adapun Pertampikan Nasion Indonesia dalam Merebut Irian Barat. Penelitian  dilakukan mulai tanggal 8 Februari  2012 sampai dengan tanggal 27 Februari 2022, dibantu oleh sendiri kolaborator/ observer nan berfungsi misal saingan urun rembuk dalam tahap refleksi. Tentang hasilnya seperti tertentang puas tabulasi berikut :

Tabulasi 2 Data Semula Sebelum Tindakan

No

Aspek Riset

Sebelum TindakanPertemuan I

Refleksi

1

Minat Belajar  dan Aktivitas Pelajar

Abnormal

Guru dahulu teristiadat menjatah tembung kepada siswa

Segera sosialisasikan PAIKEM

Harus mengevaluasi persiapan-anju pengajian pengkajian

2

Aktivitas Guru

Layak

Seharusnya menuliskan pamrih pembelajaran

Sampaikan tujuan pembelajaran secara berantara

Kurang memberikan kesempatan kepada peserta buat bertanya

3

Obstruksi yang dihadapi

Masih suka-suka siswa nan datang terlambat

Terwalak murid yang berbincang-bincang saat pembelajaran

Terletak siswa nan mengerjakan tugas ain latihan bukan

Terwalak peserta nan sengap saja

Harus buru-buru cari solusi

Hawa dulu teradat menafsirkan metode dalam penelaahan

Perlu mengevaluasi awalan-ancang penelaahan nan lebih efektif

Taajul sosialisasikan PAIKEM

4

Hasil  Pembenaran

Ponten terendah 50 suka-suka 10 bani adam = 31,43%

Angka 60 terserah 12 makhluk = 32,43 %

Kredit 70 terserah 3 hamba allah = 8,11 %

Biji 80 ada 9 makhluk = 24,32 %

Kredit 90 ada 2 orang = 5,41 %

Angka 100 ada 1 makhluk = 2,70 %

Taajul meniadakan metode

Dicoba metode jigsaw

5

KetuntasanBelajar Klasikal

Pecah 37 anak adam murid yang tuntas 12 sosok= 32,43 %

Perlu kerja keras untuk meningkatkan ketuntasan

Grafik 3. Hasil Pengamatan tiap Aspek lega Siklus I

No.

Aspek Pendalaman

Tindakan 1Pertemuan 2

Refleksi

1

Aktivitas Pelajar

89,19 %4 Manusia pelajar tidak aktif diskusi daalam cak regu pandai

Masih galau dengan metode jigsaw

Serah  kesempatan siswa bagi menyoal .

2

Aktivitas Master

Cukup

Agar menjelaskan juga cara-mandu jigsaw

Hawa hendaknya menganjurkan harapan penelaahan

Master sedikit memberi kesempatan kepada siswa lakukan menanya

3

Kendala nan dihadapi

Kekurangan hari untuk mengikhtisarkan materi dan menjatah pemantapan

Siswa belum terlazim dengan metode Jigsaw

Menyiagakan tempat duduk menyita masa

Pendistribusian kerumunan terlalu banyak

Ke;ompok Skuat Pakar anggotaya sesak banyak

Sawala Tim Ahli tidaak eektif

Masih cak semau beberapa siswa tidakmengikuti pengajian pengkajian

Penentuan materi nan dibahas berlebih banyak.

Sisw bukan luang penyajian

Siswa lain sempat menyimpulkan materi

Penerimaan dianggap gagal

4

Hasil Sparing

Poin terendah 65 ,ada 3 makhluk = 8,11 %

Ponten 70 ada 6 makhluk = 16,22 %

Nilai 75 ada 10 manusia = 27,03%

Nilai 80 cak semau 7 turunan = 18,92 %

Nilai 85 cak semau 4 bani adam =10,81

Kredit 90 ada 5 makhluk = 13,51 %

Angka tertinggi, 100 ada 2  orang = 8,11 %

Teristiadat kerja keras lagi kerjakan meningkatkan

hasil belajar melangkahi anugerah lecut

agar mengevaluasi langkah-langkah pembelajaran

5

Ketuntasan Sparing Klasikal

Cak semau pertambahan murid nan mencecah ketuntasan  belajar sebanyak 28 orang = 56,76 %

Tingkat kesukaran tanya wajib diperhatikan

Kuantitas cak bertanya wajib ditambah agar makin banyak alternatif

Tabulasi 4. Hasil Pengamatan Tiap Aspek Siklus II

No

Aspek Pengkajian

Data Awal Sebelum Tindakan

Refleksi

1

Aktivitas Belajar Pesuluh

94,59 %

Hampir semua siswa (35 orang berasal 37 pelajar ) aktif

Masing-masing pelajar sudah lewat terbiasa dengan Jigsaw

Perlu pimpinan dan pengawaasan berpunca suhu agar aktifitas belajar lebih berkualitas

Perlu menambah perigi berlatih

2

Aktivitas Suhu

CukupKegiatan Sediakala, Kegiatan Inti dan Kegiatan Intiha sudah dilaksanakan secara bersistem sesuai dengan RPP.

Gurutentang daya –resep materi sebelum jigsaw dimulai

Semoga menyediakan anak kunci sumur nan kian bermacam rupa

Lakukah motivasi privat setiap pembelajaran

4

Hasil Belajar

Nilai 70 ada 6 anak adam =  10,81%

Nilai   75 terserah 4 orang = 10,81 %

Angka 80 terserah 6 orang =  16,22%

Poin 85 ada 5 orang = 13,51 %

Nilai 90 ada 7 orang = 18,92 %

Nilai 95 ada 6 insan =  16,22 %

Poin 100 terserah 3 basyar = 8,11 %

Macam dan bentuk tanya seharusnya lebih bineka

5

Ketuntasan Membiasakan Klasikal

Dari 37 manusia petatar nan sudah  mencapai ketuntasan berlatih , sebanyak 31 individu = 83,78 %.

Peserta nan belum tuntas sebanyak 6 khalayak = 16,22  %

Teristiadat ditingkatkan lagi setakat hingga ke tingkat ketuntasan arketipe yaitu sebesar 85 %

Karena penyelidikan ini lebih fokus pada hasil sparing petatar, berikut prediksi hasil pemeriksaan ulang nan menunjukan hasil belajar pelajar
Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II :

Tabel  5 .  Hasil Pengecekan Siklus I dan Siklus II

No

Nilai

Jumlah Peserta  /  Persentase

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Besaran

%

Kuantitas

%

1

50

10

27,02









2

60

12

32,43









3

65





3

8,11





4

70

3

8,11

6

16,22

6

16,22

5

75





10

27,03

4

10,81

6

80

9

24,32

7

18.92

6

16,22

7

85





4

10,81

5

13,51

8

90

2

5,41

5

13,51

7

18,92

9

95









6

16,22

10

100

1

2,70

2

5,41

3

8,11

Rata2 poin

65,67

79,46

84,19

B.     Pembahasan

1.       Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam penelitian tindakan  nan terdiri semenjak 2 siklus kegiatan,  diperoleh data bahwa aktivitas atau keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan penelaahan mengalami eskalasi. Berlandaskan data mulanya sebelum dilakukan tindakan , persentase keaktifan peserta  tercatat kategori terbatas alias rendah , ini dilihat bermula jumlah pesuluh nan aktif membiasakan belum maksimal, terbukti menurut coretan masih cak semau siswa nan  datang tertinggal, murid yang mengobrol momen penerimaan berlangsung, terdapat petatar nan melakukan tugas ain pelajaran bukan, dan masih ada pelajar yang sekadar tutup mulut namun . Keadaan ini disebabkan oleh bermacam rupa ragam kendala atau persoalan nan beragam diantaranya karakteristik murid inferior 9A yang tebak sulit dikendalikan, sedikit tepatnya metode pembelajaran yang digunakan ,maupun faktor lain nan boleh mempengaruhi kurangnya aktivitas siswa, sehingga kegiatan penerimaan yang moga menjadi inti kegiatan , banyak terganggu maka itu keburukan nan dihadapi maka itu masing-masing siswa baik secara teknis maupun adanya kegiatan pribadi yang bukan cak semau kaitannya dengan materi pembelajaran.

Sementara itu sreg pertemuan berikutnya yaitu Siklus I, aktivitas belajar pesuluh menunjukan eskalasi yaitu sebesar 89,19 % . Jumlah persentase ini dilihat berpokok jumlah siswa yang aktif dalam mengajuk penerimaan adalah sebanyak 33 orang. Berpokok 37 makhluk murid suka-suka 4 individu yang tidak ikut diskusi privat skuat pakar. Sedangkan pada Siklus II, terjadi eskalasi yang cukup signifikan berusul  aktivitas membiasakan murid setakat mencapai 94,59 %, yaitu 35 turunan petatar sudah mengajuk kegiatan berlatih dengan baik. Peningkatan Aktivitas nan positif ini  terjadi sesudah adanya tindakan melangkahi penggunaan Metode Pendedahan Kooperataif spesies Jigsaw, dimana metode ini mengharuskan pelajar  bakal aktif mempelajari materi dan menguasainya lakukan didiskusikan dalam kelompok tim juru, siswa harus bertanggung jawab atas tugasnya karena harus menjelaskan kembali kepada kelompok asalnya.

2.      Ativitas Guru

Observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh rekan guru yang bermain umpama observer maupun kolaborator menyatakan bahwa aktivitas hawa sudah cukup lebih-lebih telah baik, sungguhpun masih cak semau bilang keadaan nan harus diperbaiki berkaitan dengan bagaimana menciptakan penerimaan yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil berlatih petatar. Situasi ini dipandang sesuai dengan kenyataan dimana aktivitas hawa banyak berfungsi umpama fasilitator dan motivator nan

melayani murid, baik internal tanggulang materi pendedahan atau dalam meningkatkan kualitas belajar peserta. ini  Perlu dilakukan ekstra kerja keras bagi menyentuh intensi pendedahan nan kian baik dan berkualitas.

3.       Kendala yang dihadapi

Kendala sediakala nan dihadapi adalah :

Masih cak semau pelajar yang datang terlambat

Terwalak pelajar yang mengobrol ketika penataran

Terdapat pesuluh nan mengerjakan tugas indra penglihatan pelajaran bukan

Terdapat siswa yang diam saja

Aktivitas Belajar murid belum optimal

Hasil Belajar Siswa masih kurang.

Cak bagi menghadapi berbagai rintangan tersebut dibutuhkan kemampuan  guru bakal meningkatkan kualitas pembelajaran dengan bervariasi pendirian diantaranya memperalat metode pendedahan yang minimal sesuai dengan materi dan kebutuhan pesuluh, sehingga guru mampu menciptakan pengajian pengkajian yang aktif, inovatif, kreatif , dan menyejukkan, serta terus mengamalkan penggalian tindakan seharusnya bernas menuntaskan bineka persoalan yang dihadapi.  Kerumahtanggaan hal ini penyelidik menunggangi Metode Cooperative Learning variasi Jigsaw.

Hambatan atau kekeringan puas  Siklus I  adalah :

1)



Pendistribusian  materi yang bersisa banyak

2)



Pengelompokan petatar nan belum efektif

3)



Anggota Kerubungan Tim Ahli bersisa banyak

4)



Siswa belum terbiasa dengan metode Jigsaw

Bakal memecahkan rintangan tersebut pengkaji mengerjakan tindakan pada Siklus II, yaitu dengan cara :

1)



Mengklasifikasikan peserta menjadi 7 gerombolan  terdiri terbit 5-6 manusia (5 gerombolan terdiri dari 5 cucu adam dan 2 kelompok terdiri semenjak 6 orang), sehingga keramaian tim pakar tak taerlalu banyak

2)



Membagi materi menjadi sub-sub materi nan lebih solo.

3)



Memperjelas juga kaidah-cara jigsaw

4)



Membagi kesempatan kepada pelajar cak bagi menyoal

5)



Menyediakan buku sumur yang sepan

6)



Obstruksi yang dihadapi pada Siklus II adalah :

7)



Pengaruh posisi arena duduk untuk sawala skuat tukang menyita waktu

8)



Masih ada siswa enggak partisipatif kerumahtanggaan urun rembuk cak regu tukang

Hambatan-kendala maupun permasalahan tersebut secara berangsur menyusut seiring dengan meningkatnyan kualitas berlatih dan mengajar nan disajikan maka itu guru dan siswa.

4.      Hasil Pembenaran

Hasil testimoni murid kelas bawah 9A sebelum tindakan menunjukan skor yang cacat, skor terendah adalah 50  sangatlah jauh pecah target ketuntasan minimal pelajaran IPS nan menyentuh angka 75. Selepas diadakan tindakan, lega Siklus I mengalami peningkatkan, angka terendah mencecah ponten 65 apalagi lega Siklus II berikutnya mengalami pertambahan, ponten terendah mencapai 70. Dengan introduksi tidak mengalami kenaikan nan patut berharga.

Hasil keseluruhan hasil pembuktian siklus I dan siklus II terlihat plong tabulasi (Tabel 6) berikut :

No

Ponten

Jumlah Murid  /  Persentase

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Total

%

Besaran

%

1

50

10

27,02









2

60

12

32,43









3

65





3

8,11





4

70

3

8,11

6

16,22

6

16,22

5

75





10

27,03

4

10,81

6

80

9

24,32

7

18.92

6

16,22

7

85





4

10,81

5

13,51

8

90

2

5,41

5

13,51

7

18,92

9

95









6

16,22

10

100

1

2,70

2

5,41

3

8,11

Rata2 ponten

65,67

79,46

84,19

5.      Ketuntasan Belajar Klasikal

Nilai Barometer Ketuntasan Minimal maupun KKM  untuk mata pelajaran IPS di SMPN 1 Cipeundeuy sudah lalu ditentukan sejak semula perian pelajaran yaitu 75. Sebelum tindakan, ponten ketuntasan berlatih klasikal siswa kayu bawah 9A hanya mencecah 32,43 % adalah cuma 12 orang pecah jumlah pesuluh 37 manusia  nan sudah sebatas ke nilai KKM.

Sesudah diadakan tindakan sreg siklus I  ternyata mengalami pertambahan merupakan sampai ke 75,68 % yaitu sebanyak 28 orang sudah sampai ke KKM. Terlebih pada siklus berikutnya Siklus II, mengalami peningkatan menjadi 83,78 % yaitu sebanyak 31 individu yang mencapai KKM. Ketuntasan Membiasakan secara klasikal dapat dilihat pada tabel  7. berikut :

No

Pencapaian Biji

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

Jml. Siswa

Presen        %

Jml. Murid

Prosen  %

Jml Pesuluh

Prosen %

1

Dibawah KKM

25

67,57

9

24,32

6

16,22

2

Hilir KKM





10

27,03

4

10,81

3

Diatas   KKM

12

32,43

18

48,65

27

72,97

4

Menyentuh KKM

12

32,43

28

75,68

31

83,78

Pengumuman ini menunjukan peristiwa yang nyata, meskipun belum sesuai dengan bulan-bulanan indikator keberhasilan ketuntasan berlatih niskala yang harus menyentuh 85 %,  Belaka mutakadim lalu menunjukkan keberuntungan yang pas berarti lakukan keberhasilan sparing peserta.

Burik  V

   SIMPULAN DAN SARAN

A.     SIMPULAN

Pendalaman Tindakan Papan bawah tentang Penggunaan metode Cooperative Learning Spesies Jigsaw lakukan meningkatkan Hasil Belajar Peserta mutakadim dilaksanakan kerumahtanggaan 2 siklus kegiatan, dapat dabir simpulkan sebagai berikut :

Hasil Belajar Murid Papan radiks 9A SMPN I Cipeundeuy pada Siklus I mengalami pertambahan , nan dibuktikan dengan pemerolehan kredit ataupun hasil pengawasan ulang siswa nan semakin menunjukkan kesuksesan. Pelajar nan berbuntut sampai ke nilai KKM , meningkat menjadi 28 individu atau  75,67 %   ataupun terwalak pertambahan sebesar 31,67 % berbunga sebelumnya.

Hasil Belajar Siswa Kelas 9A SMPN I Cipeundeuy pada Siklus II mengalami peningkatan pecah hasil belajar plong siklus I yang dibuktikan dengan akuisisi nilai alias hasil pengecekan yang diperoleh siswa. Petatar yang berdampak sampai ke nilai KKM meningkat menjadi 31 orang atau  83,78 %   ataupun terdapat kenaikan sebesar 51,35 % berasal sebelumnya.

Ketuntasan Belajar secara Klasikal menunjukkan adanya eskalasi nan memadai berharga, meskipun belum menjejak barometer pola yang menunjukkan tingkat kemajuan pembelajaran (85 %). Besaran siswa yang sampai ke Kriteria Ketuntasan Minimal meningkat menjadi 31 insan, merupakan  sebesar 83,78 %.

Eksploitasi Metode Cooveratieve Learning Tipe Jigsaw bisa Meningkatkan Hasil Sparing Murid Papan bawah 9A sreg Indra penglihatan Tuntunan IPS di SMPN I Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.

B.      SARAN

Untuk pesuluh yang akan mengikuti pembelajaran harus makin semangat pun dan mempersiapkan diri dengan mempelajari materi sampai-hingga tinggal di apartemen dan memperhatikan ilham serta didikan yang disampaikan makanya guru tentang metode Jigsaw.

Buat  rekan hawa nan akan menggunakan metode Jigsaw intern pembelajaran, mudah-mudahan :

1)



Menggunakan perian seefektif barangkali berasal setiap langkahnya.

2)



Membagi materi menjadi sub-sub materi sesuai dengan total anggota n domestik kerumunan.

3)



Membimbing dan mengaram terus siswa saat penataran.

4)



Untuk Superior Sekolah, agar memberi dukungan dengan meluangkan plural fasilitas nan dibutuhkan makanya temperatur, baik konkret media penelaahan, sendang berlatih maupun peranti angkut infrastruktur lainnya dan memberi keleluasaan cak bagi suhu buat mengikuti pelatihan khususnya mengenai sosialisasi bermacam-tipe metode penerimaan.

= Baca Juga =

Source: https://and-make.com/metode-pembelajaran-untuk-mata-pelajaran-jaringan-dasar-ptk/