Pentingnya Fungsi Pengawasan Dalam Manajemen
Pengawasan Adalah – Pengertian, Macam, Proses, Manfaat & Contoh
– Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Pemeriksaan yang dimana internal hal ini meliputi Variasi dan Fungsi, padalah sepatutnya lebih dapat memahami dan mengerti simak ulasannya sepenuhnya dibawah ini.

Signifikansi Sensor
Pengawasan yaitu sebuah proses kerjakan memastikan bahwa semua aktifitas yang terwujud sudah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Ada banyak dalih buat menentukan penyebab kekecewaan suatu organisasi alias kejayaan organisasi lainnya. Tetapi masalah yang selalu repetitif dalam semua organisasi nan gagal adalah tidak alias tekor adanya pengawasan yang cukup.
- Menurut Winardi (2000, hal. 585) “Penapisan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan maka dari itu pihak manajer n domestik upaya memastikan bahwa hasil faktual sesuai dengan hasil yang direncanakan”.
- Sedangkan menurut Basu Swasta (1996, kejadian. 216) “Pengawasan merupakan kekuatan nan menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat menerimakan hasil seperti yang diinginkan”.
- Lebih lanjur menurut Komaruddin (1994, hal. 104) “Pengawasan ialah berbimbing dengan perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan awal Unk langkah pembaruan terhadap penyimpangan dan buram yang berharga”.
- Lebih lanjur menurut Kadarman (2001, hal. 159)
Pengawasan merupakan suatu upaya yang sistematik bikin menetapkan kinerja patokan pada perencanaan untuk menciptaan sistem umpan balik pemberitaan, untuk membandingkan kinerja faktual dengan standar yang sudah lalu ditentukan, buat menjadwalkan apakah sudah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta kerjakan mengambil tindakan pembaruan yang diperlukan lakukan menjamin bahwa semua sumber resep perusahaan sudah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksaan adalah keadaan penting intern menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya sensor maka perencanaan yang diharapkan oleh manajemen boleh terpenuhi dan berjalan dengan baik. Tanpa adanya penapisan berusul pihak manajer/atasan maka perencanaan nan telah ditetapkan akan sulit diterapkan oleh bawahan dengan baik. Sehingga tujuan nan diharapkan maka dari itu perusahaan akan sulit tersalurkan.
Pengertian Sensor
Istilah pengawasan dalam bahasa Inggris disebut
controlling, yang oleh Dale (intern Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa: “…
the berbudaya concept of control
…
provides a historical record of what has happened
…
and provides date the enable the
…
executive
…
to take corrective steps
…”. Hal ini berfaedah bahwa pemeriksaan tidak namun melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan meluluk, tetapi juga mengandung maslahat mengedit dan meluruskannya sehingga mencapai pamrih yang sesuai dengan barang apa yang direncanakan. More (dalam Winardi, 2000:226) menyatakan bahwa: “…
there’s many a slip between giving works, assignments to men and carrying them out. Get reports of what is being done, compare it with what ought to be done, and do something about it if the two aren’lengkung langit the same”.
Dengan demikian pengawasan pada hakekatnya merupakan tindakan membandingkan antara hasil dalam pemberitahuan (dassein) dengan hasil yang diinginkan (das sollen). Hal ini disebabkan karena antara kedua hal tersebut pelalah terjadi penyimpangan?penyimpangan, maka tugas pengawasan adalah melakukan koreksi atas digresi?distorsi tersebut.
Pemeriksaan ialah arti eksekutif nan keempat pasca- perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi penyelenggaraan, mekanisme pengawasan di intern suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan satu tulang beragangan alias programa tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan bersambung-sambung, jelas akan mengakibatkan lambatnya atau bahkan bukan tercapainya alamat dan tujuan nan mutakadim ditentukan.
Pengertian tentang pengawasan sangat berjenis-jenis dan banyak sekali pendapat para ahli yang mengemukakannya, namun demikian pada prinsipnya kesemua pendapat yang dikemukan maka dari itu para pakar adalah sama, yaitu yakni tindakan membandingkan antara hasil dalam pemberitahuan (dassein) dengan hasil yang diinginkan (das sollen), yang dilakukan internal bentuk melakukan koreksi atas penyimpangan?penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan. Berikut beberapa pengertian tentang sensor dari para ahli:
Mockler (intern Certo dan Certo, 2006:480) menyebutkan pengawasan sebagai :
Controlling is a systematic effort by business management to compare performance to predetermined standard, plans, or objectives to determine whether performance is in line with theses standards and presumably to take any remedial action required to see that human and other corporate resources are being used in the most effective and efficient way possible in achieving corporate objectives.
Konsep pengawasan berusul Mockler di atas, menitikberatkan sreg tiga hal, yaitu (1) harus adanya bentuk, standard atau maksud bagaikan tolak ukur yang ingin dicapai, (2) adanya proses pelaksanaan kerja kerjakan menyentuh tujuan yang diinginkan, (3) adanya usaha membandingkan mengenai apa yang sudah lalu dicapai dengan alam, bentuk, ataupun tujuan yang sudah ditetapkan, dan (4) melakukan tindakan reformasi yang diperlukan. Dengan demikian konsep pengawasan dari Mockler ini terlihat bahwa ada kegiatan yang terlazim direncanakan dengan tolak ukur nyata barometer, norma-norma dan standar, kemudian dibandingkan, mana yang membutuhkan koreksi maupun perbaikan-perbaikan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) yang mengatakan bahwa: Pada pokoknya
controlling
alias pemeriksaan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengeti apa yang menengah maupun sudah lalu dilaksanakan dengan kriteria, norma?norma, standar alias bagan?rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sementara Mockler (dikutip Stoner & Freeman n domestik Wilhelmus dan Molan 1994:241) mengatakan bahwa: Pengendalian adalah suatu upaya nan sistematis untuk menetapkan bendera kinerja dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan?balik informasi, membandingkan kinerja selayaknya dengan standard yang justru dahulu ditetapkan itu, menentukan apakah ada penyimpangan dan menakar denotasi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan buat menjamin bahwa semua perigi daya perusahaan perdua digunakan sesanggup mungkin dengan prinsip yang minimum efektif dan efisien maslahat tercapainya bahan perusahaan.
Siagian (1990:107) menamakan bahwa yang dimaksud dengan penapisan adalah: “Proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi bagi menjamin seyogiannya meski semua pencahanan yang madya dilakukan melanglang sesuai dengan rang yang telah ditentukan sebelumnya.” Ciri terpenting dari konsep yang dikemukan oleh Siagian ini merupakan bahwa pengawasan hanya dapat diterapkan kerjakan jalan hidup?pekerjaan yang sedang berjalan dan bukan dapat diterapkan bikin pencahanan?pekerjaan yang mutakadim selesai dilaksanakan
Terry (dalam Winardi, 1986:395) juga berpendapat tentang konotasi pengawasan ini, ia mengatakan bahwa: Pengawasan berarti mendeterminasi segala yang dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi penampakan kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana?bagan. Jadi pengawasan dapat dianggap misal aktivitas bagi menemukan dan mengoreksi penyimpangan?penyimpangan penting dalam hasil nan dicapai mulai sejak aktivitas?aktivitas nan direncanakan.
Koontz, et. al. (dalam Hutauruk, 1986:195) menyatakan bahwa: “Pengendalian yaitu menimbang dan menyunting penampakan kerja antek guna memastikan, bahwa tujuan organisasi di semua tingkat dan buram yang didesain bakal mencapainya, sedang dilaksanakan”.
Sujamto (dikutip Silalahi, 2002:177) lebih tegas mengatakan: Pengendalian yaitu segala operasi maupun kegiatan cak bagi menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang menengah dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rangka yang telah ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai pula dengan segala kadar dan kebijakan nan berlaku.
Sementara Lembaga Administrasi Negara (1996:159) membuka bahwa: Sensor adalah keseleo satu fungsi organik manajemen, nan merupakan proses kegiatan didikan bikin memastikan dan menjamin bahwa maksud dan sasaran serta tugas?tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-kodrat yang telah ditetapkan dan yang berlaku. Pengawasan sebagai kelebihan penyelenggaraan sepenuhnya yaitu bagasi jawab setiap pimpinan lega tingkat mana pun. Hakikat pengawasan merupakan bagi mencegah sedini kali terjadinya digresi, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan kerumahtanggaan pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas?tugas organisasi.
Berdasarkan pendapat berpunca LAN di atas, tampak bahwa subjek nan melakukan pengawasan yakni arahan. Keadaan senapas juga ditegaskan oleh Koontz, et. al. (dalam Hutauruk, 1986:195) bahwa :”Fungsi pengendalian harus dilaksanakan maka dari itu tiap-tiap manajer, start dari direktur sampai inspektur”.
Darurat Sarwoto (privat Febriani, 2005:12) mengatakan bahwa: ”Penapisan ialah kegiatan manajer yang mengusahakan hendaknya pekerjaan-karier terpuaskan sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan maupun hasil yang dikehendaki”. Pecah pendapat Sarwoto ini secara implisit dapat terbantah harapan mulai sejak pengawasan merupakan mengasongkan hendaknya tiang penghidupan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana. Seluruh pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang sedang internal pelaksanaan dan bukan tiang penghidupan-pekerjaan yang telah selesai terjamah.
Berkaitan dengan arti sensor sebagai satu proses seperti diungkapkan maka dari itu LAN di atas, Soekarno (dalam Situmorang dan Juhir, 1994:20) menyatakan bahwa: “Pemeriksaan adalah suatu proses nan menentukan mengenai apa nan harus diolah, agar apa yang dikerjakan sejalan dengan rencana”. Certo (dalam Pinang Ukas, 2004:337) mengatakan bahwa : “Controlling is the process managers go trough to control”. Darurat Maman Ukas (2004:337) menyatakan bahwa:
Sensor adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan bagi memantau, mengukur dan bila perlu melakukan perombakan atas pelaksanaan jalan hidup sehingga apa yang telah direncanakan boleh dilaksanakan sesuai dengan intensi yang diinginkan.
Hal senada dikemukakan oleh Manullang (1977:136) bahwa: “Sensor adalah satu proses kerjakan menetapkan pekerjaan apa yang sudah lalu dilaksanakan, menilainya dan menyunting bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rang mulanya”. Pada hakekatnya, pandangan Manullang di atas sekali lagi menggarisbawahi bahwa pengawasan yaitu satu proses dimana pekerjaan itu telah dilaksanakan kemudian diadakan penilaian apakah sesuai dengan rencana nan telah ditetapkan ataukah terjadi distorsi?penyimpangan, dan bukan hanya setakat pada penemuan penyimpangan sekadar lagi bagaimana menjumut langkah?persiapan perubahan dan perbaikan sehingga organisasi konstan dalam kondisi yang sehat.
Bertitik tolak berpokok pengertian para ahli tentang pengawasan sebagai mana diungkapkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sensor adalah sebagai suatu proses kegiatan pimpinan nan sistematis buat membandingkan (memastikan dan menjamin) bahwa tujuan dan sasaran serta tugas?tugas organisasi yang akan dan telah terpenuhi dengan baik sesuai dengan standard, rancangan, kebijakan, instruksi, dan predestinasi-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku, serta lakukan mencoket tindakan perbaikan yang diperlukan, khasiat pemanfaatan orang dan sumber muslihat lain yang minimum efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan.
Tipe-Jenis Penapisan
Adapun spesies-macam pengawasan yang diantaranya yaitu:
- Penapisan Internal “Intern”
Yang yakni pengawasan yang dilakukan oleh orang ataupun awak yang ada terdapat di intern lingkungan unit organisasi/gambar yang bersangkutan.
- Pengawasan Eksternal “Ekstern”
Nan merupakan pengawasan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh unit sensor yang ada di luar unit organisasi/lembaga yang diawasi.
- Pengawasan Preventif Dan Represif
Sensor preventif merupakan lebih dimaksudkan sebagai suatu pengawasan yang dilakukan pada kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga bisa mencegah terjadinya kegiatan yang melayang, misalnya pengawasan tersebut dilakukan makanya pemerintah supaya bakal menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan moneter negara nan akan membebankan/merugikan negara.
Sementara itu penapisan represif adalah suatu penapisan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan pasca- kegiatan tersebut telah dilaksanakan atau dilakukan. Misalnya sensor represif dilakukan lega intiha tahun anggaran yang dimana perincian yang telah ditentukan lalu disampaikan laporannya.
- Penapisan Aktif Dan Pasif
Pengawasan aktif “karib” adalah pengawasan yang dilaksanakan bak dari bentuk pengawasan yang dilakukan ditempat kegiatan yang bersangkutan.
Sedangkan pengawasan pasif “jauh” ialah suatu pengawasan yang dilakukan misalnya melalui “penelitian serta pengujian terhadap tindasan-surat alias laporan-laporan pertanggung jawaban yag disertai dengan bermacam rupa bukti pengajian pengkajian maupun bukti pengeluaran.
- Pengawasan Validitas Formil
Sensor legalitas formil merupakan pengawasan menurut properti “rechtimatigheid” dan pemeriksaan kebenaran materiil akan halnya maksud serta harapan pengeluaran “doelmatigheid”.
Baca Juga:
E-Government Merupakan
Fungsi Pengawasan
Mengenai arti penapisan yang diantaranya yaitu:
- Bikin menilai apakah setiap unit-unit sudah melakukan kebijaksanaan dan prosedur yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
- Untuk menilai apakah surat-surat atau pemberitaan yang dihasilkan mutakadim menggambarkan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya secara hemat maupun tepat.
- Untuk menilai apakah pengendalian manajemen sudah patut memadai dan dilaksanakan secara efektif.
- Untuk meneliti apakah kegiatan sudah terlaksana secara efektif yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
- Bikin meneliti apakah kegiatan sudah dilaksanakan secara efisien.
Maksud dan Tujuan Pengawasan
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak lain merupakan intensi dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya kerap mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak diperlukan dalam persuasi pencapaian suatu tujuan. Menurut Situmorang dan Juhir (1994:22) maksud sensor yaitu bagi :
- Memaklumi jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak
- Mengedit kesalahan?kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan preventif agar bukan terulang kembali kesalahan-kesalahan nan sama ataupun timbulnya kesalahan nan baru.
- Mengetahui apakah penggunaan
budget
yang telah ditetapkan dalam kerangka terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan. - Mengarifi pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat pelaksanaan) seperti mana yang telah ditentukan n domestik
planning
atau bukan. - Mengetahui hasil tiang penghidupan dibandingkan dengan yang mutakadim ditetapkan dalam
planning, yaitu standard.
Rachman (dalam Situmorang dan Juhir, 1994:22) juga menyorongkan tentang maksud penapisan, yakni:
- Bikin mengetahui apakah barang apa sesuatu bepergian sesuai dengan rencana nan telah ditetapkan
- Untuk mengetahui apakah apa sesuatu sudah lalu berjalan sesuai dengan instruksi serta prinsip?cara yang mutakadim ditetapkan
- Buat mengetahui apakah kelemahan?kelemahan serta kesulitan-kesulitan dan kekecewaan?kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan? perubahan bikin memperbaiki serta. mencegah pengulangan kegiatan?kegiatan yang salah.
- Untuk memaklumi apakah apa sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat diadakan perbaikan?perbaikan kian lanjut, sehingga mendapat efisiensi nan lebih benar.
Dari kedua pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa intensi pemeriksaan yakni bikin mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan apa sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, serta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi sehingga mampu diperbaiki ke arah nan lebih baik.
Sementara berkaitan dengan tujuan sensor, Pucang Ukas (2004:337) mengemukakan:
- Mensuplai pegawai?pegawai manajemen dengan informasi?informasi yang tepat, teliti dan model adapun apa yang akan dilaksanakan.
- Membagi kesempatan plong karyawan internal meramalkan obstruksi-rintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti dan mencuil langkah-ancang yang tepat bagi menghapuskan atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi.
- Pasca- kedua hal di atas telah dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat mengirimkan kepada langkah bontot intern mencapai produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian nan memuaskan dari pada hasil?hasil yang diharapkan.
Situmorang dan Juhir (1994:26) mengatakan bahwa tujuan pengawasan yakni :
- Agar terciptanya aparat nan bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem penyelenggaraan pemerintah yang bertenaga guna (dan berhasil keistimewaan serta ditunjang makanya kerja sama masyarakat nan konstruksi dan terselesaikan dalam wujud pemeriksaan masyarakat (pengaruh sosial) yang obyektif, bugar dan bertanggung jawab.
- Kiranya terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparat pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja nan segak.
- Semoga adanya keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan, tumbuhnya budaya malu kerumahtanggaan diri masing?masing aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang lebih tekun cak bagi melakukan hal?hal yang tercela terhadap publik dan ramalan agama.
Lebih lanjut Situmorang dan Juhir (1994:26) mengedepankan bahwa secara langsung tujuan pengawasan ialah cak bagi:
- Menjamin abadiah pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan perintah.
- Menertibkan koordinasi kegiatan?kegiatan
- Mencegah pemborosan dan penyelewengan
- Menjamin terwujudnya kepuasan awam atas barang atau jasa nan dihasilkan
- Membina ajudan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi
Sementara maksud pengawasan menurut Soekarno (dalam Safrudin, 1965:36) adalah : Untuk mengetahui apakah sesuatu melanglang sesuai dengan tulang beragangan, yang digariskan, mengetahui apakah sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta asas yang ditentukan, memafhumi kesulitan?kesulitan dan kelemahan?kelemahan intern bekerja, mengetahui apakah sesuatu berjalan efisien atau tidak, dan mengejar kronologi keluar seandainya ternyata dijumpai kesulitan?kesulitan, kelemahan?kelemahan, atau kegagalan ke arah reformasi.
Berdasarkan pendapat para juru di atas, dapat diketahui bahwa lega modalnya tujuan pengawasan adalah:
- Membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana serta instruksi-instruksi yang telah dibuat.
- Untuk memafhumi ada tidaknya kesulitan?kesulitan, kelemahan-kelemahan maupun kegagalan?kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja.
- Bikin mencari urut-urutan keluar apabila cak semau kesulitan, kelemahan dan kekecewaan, maupun dengan kata tidak disebut tindakan korektif.
Baca Kembali:
“Kepuasan Pasien” Pengertian & ( Kaidah Mengukur – Manfaat – Faktor Yang Mempengaruhi )
Tipe Pengawasan
Donnelly, et al. (dalam Zuhad, 1996:302) mengelompokkan pengawasan menjadi tiga tipe dasar, yaitu
preliminary control,
concurrent control
dan
feedback control. Ketiga peristiwa tersebut digambarkan umpama berikut:
Pengawasan pendahuluan (preliminary control). Memusatkan perhatian plong kelainan mencegah timbulnya deviasi?deviasi pada kualitas serta besaran mata air?sumber siasat yang digunakan sreg organisasi?organisasi. Sumber?perigi kunci ini harus memenuhi syarat?syarat pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur organisasi yang bersangkutan. Para pegawai atau karyawan perlu memiliki kemampuan, baik kemampuan fisik ataupun kemampuan intelektual bakal melaksanakan tugas?tugas yang dibebankan kepada mereka. Objek?bahan yang akan digunakan harus memenuhi kualitas tertentu dan mereka harus tersedia pada waktu dan tempat yang tepat. Di samping itu, modal harus kembali tersedia hendaknya dapat dicapai sediaan peralatan serta mesin?mesin nan diperlukan. Akhirnya sumber-sumber kiat moneter harus pula tersedia intern kuantitas dan tahun yang tepat.
Pengawasan pada saat pekerjaan berlanjut (concurrent control). Memonitor tiang penghidupan yang berlangsung kebaikan memastikan bahwa bulan-bulanan?mangsa sudah dicapai. Perkakas prinsip dengan segala pengawasan dapat dilaksanakan adalah aktivitas para manajer nan memasrahkan pengarahan ataupun nan melaksanakan supervisi.
Pengawasan feedback (feedback control). Memusatkan manah puas hasil?hasil penghabisan. Tindakan korektif ditujukan ke arah proses pembelian sumber ki akal atau manuver?operasi aktual. Tipe pengawasan ini mencapai namanya dari fakta bahwa hasil?hasil historikal mempengaruhi tindakan?tindakan hari mendatang.
Sejala dengan pendapat Donnelly, et. al. di atas, Certo & Certo (2006:487) menyebutkan ada tiga variasi pemeriksaan, antara enggak:
- Pre control. Control that takes place before work is performed is called pre control, or feed?forward control. Managers using this type of control create policies, procedures, and rules aimed at eliminating behavior that will cause undesirable work results … In sum, pre control focuses on eliminating predicted problems.
- Concurrent Control. Control that takes place as work is being performed is called concurrent control. It relates not only to employee performance, but also to such non human areas as equipment performance and department appearance
- Feedback Control. Control that concentrates on past organizational performance is called feedback control. Managers exercising this type of control are attempting to take corrective action by looking at organizational history oper a specified time period
Begitu pula dengan Maman Ukas (2004:343) yang mengistilahkan ada tiga fase pengawasan, yaitu (1) pengawasan awal, (2) sensor tengah berjalan, dan (3) pengawasan intiha. Lebih lanjut Pinang Ukas memperjelas bahwa:
Maksud dari pada sensor awal yang mengarak tindakan adalah tiada lain untuk mencegah serta membatasi sedini siapa kesalahan-kesalahan yang enggak diinginkan sebelum terjadi. Dengan kata lain tindakan berjaga-jaga sebelum memulai satu aktivitas. Sedangkan pengawasan tengah melanglang dilakukan kerjakan memantau kegiatan yang medium dilaksanakan. Dengan cara membandingkan standar dengan hasil kerja, sehingga perlu ada tindakan-tindakan korektif untuk menjauhi bias-bias. Bukan hanya manajer yang bertindak, tetapi begundal pula dapat melakukannya bagi bisa menyerahkan perolehan plong organisasi cak bagi tindakan-tindakan perencanaan yang akan berulang di periode yang lusa. Sepantasnya pengawasan akhir tidak berdiri seorang tetapi merupakan hasil sangkut-paut pada pengawasan semula dan tengah.
Berlandaskan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap suatu aktivitas kerja dapat dilakukan sebelumnya, semenjana bepergian dan sehabis proses kegiatan berakhir. Dengan demikian, maka sistem pengawasan harus dirancang sesuai dengan kegiatan-kegiatan tepat pada waktunya.
Macam Teknik Pengawasan
Disarikan berpangkal pendapat Koontz, et. al. (privat Hutauruk, 1986:298-331) tentang teknik pengawasan, terdapat dua prinsip untuk memastikan fungsionaris merubah tindakan/sikapnya yang mutakadim mereka lakukan dalam bekerja, merupakan dengan dilakukannya pemeriksaan kontan (direct control) dan pengawasan tidak langsung (indirect control). Sensor langsung diartikan umpama teknik pengawasan nan dirancang bangun untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyimpangan rencana. Dengan demikian pada pengawasan langsung ini, pimpinan organisasi mengadakan pengawasan secara langsung terhadap kegiatan yang semenjana dijalankan, yaitu dengan mandu memaki, meneliti, memeriksa dan mengecek sendiri semua kegiatan yang sedang dijalankan tadi. Tujuannya adalah agar penyimpangan-bias terhadap buram yang terjadi dapat diidentifikasi dan diperbaiki. Menurut Koontz, et. al, pemeriksaan berbarengan silam mungkin dilakukan apabila tingkat kualitas para arahan dan bawahannya rendah.
Baca Juga:
“Denah” Pengertian & ( Fungsi – Langkah Mengaji )
Provisional pengawasan enggak langsung diartikan sebagai teknik pengawasan nan dilakukan dengan menguji dan meneliti laporan-pengetahuan pelaksanaan kerja. Tujuan dari pengawasan tak sederum ini adalah cak bagi melihat dan mengantisipasi serta dapat mencoket tindakan yang tepat buat menghindarkan atau mengedit penyimpangan. Menurut Koontz, et. al, pengawasan enggak langsung adv amat mungkin dilakukan apabila tingkat kualitas para bimbingan dan bawahannya tinggi.
Berasal pendapat Koontz, et. al di atas, Situmorang dan Juhir (1994:27) mengelompokkan teknik pengawasan bersendikan bermacam-macam hal, ialah :
- Pengawasan sederum dan sensor lain langsung
- Pengawasan langsung, adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi makanya pimpinan atau pengawas dengan mencela, meneliti, memeriksa, menghelah sendiri secara “on the spot” di wadah pegangan, dan menyepakati pemberitaan?laporan secara langsung pula berbunga penggarap. Hal ini dilakukan dengan inspeksi.
- Pengawasan tak langsung, diadakan dengan mempelajari laporan?maklumat nan dipedulikan bersumber pelaksana baik lisan maupun tercatat, mempelajari pendapat?pendapat umum dan sebagainya sonder pengawasan “on the spot”.
- Pemeriksaan preventif dan represif
- Pengawasan pencegahan, dilakukan melintasi pre audit sebelum pekerjaan dimulai. Misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan?ancang, susuk kerja, rencana anggaran, rencana eksploitasi tenaga dan sumber?sumber lain.
- Pengawasan represif, dilakukan melangkahi post?audit, dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan di tempat (inspeksi), lamar laporan pelaksanaan dan sebagainya.
- Pengawasan intern dan pemeriksaan ekstern
- Pengawasan kerumahtanggaan, adalah pengawasan nan dilakukan maka dari itu aparat privat organisasi itu sendiri. Sreg dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Setiap bimbingan unit kerumahtanggaan organisasi sreg dasarnya berkewajiban membantu pucuk arahan mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing?masing.
- Pengawasan ekstern, adalah pengawasan nan dilakukan oleh aparat mulai sejak luar organisasi sendiri, seperti halnya pengawasan dibidang keuangan maka dari itu Badan Pemeriksa Moneter sepanjang meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat Jenderal Pengawasan Moneter Negara terhadap departemen dan instansi pemerintah tidak.
Sejala dengan pendapat Situmorang dan Juhir, Siagian (1989:139-140) menyingkapkan bahwa:
Proses pengawasan lega dasarnya dilaksanakan makanya administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yakni :
- Pengawasan sekalian (direct control) yaitu apabila pimpinan organisasi mengadakan koteng sensor terhadap kegiatan yang menengah dijalankan. Pengawasan berbarengan ini boleh berbentuk: (a) inspeksi berbarengan, (b)
on the spot observation, (c)
on the spot report,
nan sekaligus bermanfaat pengambilan keputusan
on the spot
lagi sekiranya diperlukan. Akan tetapi karena banyaknya dan kompleksnya tugas-tugas seorang pimpinan ?terutama privat organisasi nan samudra? seorang didikan tidak mungkin dapat selalu menjalankan pemeriksaan langsung itu. Karena itu sering lagi beliau harus melakukan pengawasan yang bersifat tidak sinkron. - Pemeriksaan tidak sedarun (indirect control) ialah pengawasan jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui informasi nan disampaikan oleh para antek. Warta itu dapat berbentuk: (a) termuat, (b) lisan. Kelemahan berpokok pada pengawasan bukan langsung itu adalah bahwa sering para bawahan hanya melaporkan hal?hal yang nyata saja. Dengan perkataan lain, para bawahan itu memiliki kecenderungan hanya melaporkan hal?kejadian yang diduganya akan menghibur pimpinan.
Baca Juga:
“Standar Operasional Prosedur ( SOP )” Pengertian & ( Tujuan – Kebaikan – Manfaat – Prinsip )
Sementara Bohari (1992:25) memberi macam teknik pengawasan umpama berikut :
- Pengawasan preventif, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya bias?penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan preventif ini biasanya berbentuk prosedur?prosedur nan harus ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan. Penapisan preventif ini bertujuan:
- Mencegah terjadinya tindakan?tindakan yang berkepanjangan berpunca dasar yang telah ditentukan.
- Menjatah pedoman cak bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara efisien dan efektif.
- Menentukan saran dan tujuan yang akan dicapai.
- Menentukan kewenangan dan kewajiban jawab sebagai instansi sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakan.
- Sensor represif, ini dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan dengan membandingkan apa yang sudah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan sensor represif dimaksud bakal mencerna apakah kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti politik dan ketentuan yang sudah lalu ditetapkan. Pengawasan represif ini baku dilakukan dalam bentuk:
- Pengawasan dari jauh, adalah sensor yang dilakukan dengan kaidah pengujian dan penelitian terhadap pertinggal?surat pertanggungan jawab disertai bukti?buktinya mengenai kegiatan?kegiatan yang dilaksanakan.
- Pengawasan berpangkal dekat, adalah pemeriksaan yang dilakukan di palagan kegiatan atau ajang penyelenggaraan administrasi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka teknik pengawasan nan dilakukan oleh pimpinan dapat dilakukan dengan berbagai jenis teknik, semuanya tergantung sreg beraneka ragam kondisi dan kejadian yang akan terjadi, maupun yang sedang terjadi/berkembang pada masing-masing organisasi. Penentuan salah satu teknik pengawasan ini yaitu agar dapat dilakukan pembaruan-perbaikan puas tindakan yang sudah lalu dilakukan atau sepatutnya penyimpangan yang sudah terjadi bukan berdampak nan lebih buruk, selain itu agar dapat ditentukan tindakan-tindakan waktu depan yang harus dilakukan oleh organisasi.
Proses Pengawasan
Kurnia pengawasan yang dilakukan oleh didikan organisasi terhadap setiap pegawai yang berbenda internal organisasi adalah ialah wujud mulai sejak pelaksanaan fungsi administrasi dari pimpinan organisasi terhadap para bawahan. Maka itu karena itu, sebagai suatu kelebihan maka proses pelaksanaan pemeriksaan maka dari itu bimbingan dilakukan melalui sejumlah tahap, begitu juga yang diungkapkan Tanri Abeng (dikutip Harahap, 2000:11) bahwa:
Manajemen kontrol adalah pekerjaan yang harus dilakukan maka dari itu seorang pimpinan untuk meneliti dan mengatur karier yang sedang berlangsung maupun nan mutakadim selesai. Fungsi ini bisa dilakukan melewati kegiatankegiatan antara enggak:
establishing performance standard,
measuring performance,
evaluating performance,
and correcting performance.
Berdasarkan pendapat yang diungkapkan maka dari itu Tanri Abeng di atas, dapat diungkapkan bahwa pengawasan yang dilakukan harus melalui tahapan?hierarki seumpama rang berasal satu proses kegiatan pengawasan. Bersamaan dengan pendapat tersebut, terdapat banyak pendapat nan mendedahkan beberapa keadaan penting yang teristiadat diperhatikan privat pelaksanaan pemeriksaan. Situasi tersebut diungkapkan internal bentuk anju publik mengenai proses pengawasan, sebagai halnya yang diungkapkan oleh Terry (dalam Winardi, 1986:397) bahwa:
Penapisan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk makanya tiga macam persiapan?persiapan nan bersifat mondial yakni: (1) mengukur hasil pekerjaan, (2) membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila cak semau perbedaan), dan (3) mengoreksi penyimpangan nan tidak dikehendaki melintasi tindakan perbaikan.
Sementara Koontz, et. al (dalam Hutauruk, 1986:197) menyebutkan: Proses dasar pengendalian, di manapun penerapannya ataupun segala apa sekadar yang diawasi, meliputi tiga langkah: (1) mematok barometer, (2) mengukur penampilan kerja maupun standar ini, dan (3) memperbaiki dan mengoreksi bias nan tidak dikehendaki pecah standar dan perencanaan”.
Maman Ukas (2004:338) menyebutkan tiga unsur rahasia alias tinggi?tahapan yang buruk perut terdapat internal proses pemeriksaan, yaitu:
- Dimensi?dimensi nan meladeni bentuk?rancangan yang diminta. Standar dimensi ini bisa berupa, kali lagi tidak nyata, mahajana atau eksklusif, tetapi selama seorang masih menganggap bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.
- Rasio antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi. Evaluasi ini harus dilaporkan kepada khalayak gempita nan dapat berbuat sesuatu akan keadaan ini.
- Kegiatan mengadakan koreksi. Pengukuran?pengukuran laporan privat suatu pengawasan tak akan berharga tanpa adanya koreksi, takdirnya dalam hal ini diketahui bahwa aktivitas publik tidak mengarah ke hasil?hasil yang diinginkan.
Baca Pun:
“Budget” Pengertian & ( Tujuan – Fungsi – Manfaat )
Ketiga langkah proses pemeriksaan maka itu Maman Ukas diragakan dalam gambar 2.3 berikut:
Provisional Certo dan Certo (2006:481) secara lebih model menyebutkan tiga langkah utama dalam proses pemeriksaan, antara lain:
- Measuring Performance. Before managers can determine what must be done to make organization more effective and efficient, they must measure current organizational performance. However, before they can take such a measurement, they must establish some it of measure that gauges performance and observe the quantity of this unit as generated the item whose performance is being measured.
- Comparing Measured Performance To Standards. Once managers have taken a measure of organizational performance, their next step in controlling is to compare this measure against some duaja. A standard is the level of activity established to serve as a hipotetis for evaluating organizational performance. The performance evaluated can be for the organization as a whole or for some individuals working within the organization. In essence, standards are the yardsticks that determine whether organizational performance is adequate or inadequate.
- Taking Corrective Action. After actual performance has been measured and compared with established performance standards, the next step in the controlling process is to take corrective action if necessary. Corrective action is managerial activity aimed at bringing organizational mistakes that are hindering organizational performance. Before taking any corrective action, however, managers should make sure that standards they are using were properly established and that their measurements of organizational performance are jujur and reliable.
Berkaitan dengan langkah membandingkan hasil pegangan dengan standard (comparing measured performance to standards), Certo dan Certo (2006:482-484) menyebutkan beberapa keadaan yang dapat dijadikan bagaikan suatu standar, yaitu:
(1)
Profitability Standards.
Secara masyarakat, umbul-umbul ini menekankan kepada berapa banyak keuntungan (uang) nan dapat diperoleh firma dalam suatu periode tertentu atas penanaman modal yang sudah ditanamkannya. (2)
Market Position Standards.
Duaja ini menegaskan kepada bagaimana komoditas yang dihasilkan makanya firma dapat mencapai penguasaan pasar paling kecil tinggi sekiranya dibandingkan dengan produk serupa yang ditawarkan makanya pesaing. (3)
Productivity Standards.
Standard ini, titik api kepada produksi dari unit-unit organisasi yang dapat meningkatkan produktivitas firma.
(4)
Product Leadership Standards.
Standard ini berkaitan dengan tujuan firma bakal mencecah posisi tertinggi dibandingkan dengan barang sejenis nan dihasilkan oleh pesaing. Dengan kata lain produk yang dihasilkan maka dari itu perusahaan, menjadi bos produk sepertalian yang dihasilkan oleh pesaing. (5)
Personnel Development Standards.
Standard ini berkaitan dengan kesungguhan perusahaan/memiliki komitmen yang baik bikin mengembangkan pegawai, melangkaui berbagai pelatihan dan enggak sebagainya. (6)
Employee Attitudes Standards. Liwa ini menekankan lega perlunya para atasan untuk membangun sikap positif para pegawainya untuk meningkatkan mutu barang nan dihasilkan oleh perusahaan, dan (7)
Social Responsibility Standard.
Standard ini adalah salah satu bentuk ingatan/kepedulian firma terhadap umum, umpama salah satu bentuk barang bawaan jawab sosial berkaitan dengan kondisi nan dihadapi awam/dalam rangka menjaga pendamping masyarakat terhadap perusahaan.
Baca Juga:
Hal senada diungkapkan Koontz, et. al (dalam Hutauruk, 1986:215) menamakan barometer bagi titik-tutul kritis pada pengawasan meliputi: (1) kriteria fisik, (2) standar biaya, (3) kriteria modal, (4) tolok penghasilan, (5) standar acara, (6) standar intangibles (yang tidak bisa diraba) dan (7) tujuan nan dapat diverisifikasi.
Sementara berkaitan dengan mengoreksi penyimpangan melalui tindakan perbaikan(Taking Corrective Action), Certo dan Certo (2006:484-485) kian lanjut mengemukakan tentang perlunya dua peristiwa nan harus diperhatikan sebelum dilakukan tindakan restorasi atas penyimpangan yang terjadi, antara lain:
- Recognizing Problems. At first glance, it seems a fairly simple proposition that managers should take corrective action to eliminate problems?factors within an organization that we barriers to organizational goal attainment. In practice, however, it often proves difficult to pinpoint the problem causing some undesirable organizational effect. Let us suppose that a performance measurement indicates a certain worker is not adequately passing on critical information to fellow workers. If the manager is satisfied that the communication standards are appropriate and that the performance measurement information is both jujur and reliable, the manager should take corrective action to eliminate the penyakit causing this substandard performance.
- Recognizing Symptoms. What exactly is the problem causing substandard communication in this situation? Is it that the worker is not communicating adequately simply because he or she doesn’t want to communicate? Is it that the job makes communication difficult? Is it that the worker does not have the necessary training to communicate in an appropriate manner? Before attempting to take corrective action, the manager must determine whether the .worker’s failure to communicate is a masalah in it self or a symptom ? a sign that a problem exists. For example, the worker’s failure to communicate adequately could be a symptom of inappropriate job design or a cumbersome organizational structure.
Masih menurut Certo dan Certo (2006:485), setelah pemimpin mengenali dengan baik masalah dan gejala-gejalanya, tindakan korektif boleh dilakukan dengan menyatukan plong tiga kekuatan tata, yakni
planning,
organizing, dan
influencing. Tindakan korektifnya menurut Certo & Certo dapat meliputi seperti: (1) memodifikasi bentuk lama dengan rencana baru yang lebih tepat, (2) membuat suatu struktur organisasi yang tepat sesuai dengan rencana dan kondisi objektif, dan (3) merestrukturisasi suatu program yang dapat merangsang sida-sida untuk meningkatkan kinerjanya dan memastikan tenaga kerja yang memiliki kinerja pangkat diberikan sanjungan yang lebih dibandingkan fungsionaris yang memiliki kinerja rendah. Lebih jauh uraian mulai sejak Certo & Certo adapun proses pengawasan tersebut diragakan pada rajah berikut.
Sementara itu, William H. Newman (dalam Handoko, 1995:367) menyodorkan panca ancang sumber akar yang dapat diterapkan bagi memafhumi pemeriksaan bagaikan suatu proses atau mekanisme yuridiksi dari suatu kegiatan, adalah: (1) Merumuskan hasil nan diinginkan, (2) Menetapkan ajaran/prediktor hasil, (3) Menetapkan standar petunjuk dan hasil, (4) Mematok jaringan informasi dan umpan miring, dan (5) Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi.
Baca Pula:
“Tax Amnesty” Pengertian & ( Tujuan – Jenis )
Berdasarkan jabaran di atas, maka dapat diambil satu kesimpulan bahwa proses pengawasan adalah hal terdahulu dalam menjalankan kegiatan organisasi, oleh karena itu setiap bimbingan harus boleh menjalankan fungsi penapisan sebagai salah satu keistimewaan manajemen. Peristiwa ini sesuai dengan pendapat nan dikemukakan oleh The Liang Gie (1972:90) bahwa:
Controlling?pengontrolan adalah aktivitas kerumahtanggaan penyelenggaraan berupa pekerjaan memeriksa, mencocokkan dan mengusahakan mudahmudahan jalan hidup?pekerjaan terwujud sesuai dengan rencana serta hasil yang dikehendaki. Pengontrolan ini merupakan pelecok satu kebaikan manajer, di samping keistimewaan?guna lainnya: perencanaan, pembuatan keputusan, pembimbingan, pengkoordinasian dan penyempurnaan.
Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana, sehingga pelaksanaan bentuk akan baik jika pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan baru boleh diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu rencana. Mengenai pentingnya pelaksanaan sensor lakukan mensukseskan lembaga, Winardi (2000:172) mengekspos bahwa: “pemeriksaan bermanfaat membuat sesuatu terjadi, sesuai dengan apa nan menurut rencana akan terjadi. Perencanaan dan pengawasan bisa dikatakan tidak dapat kita pisahkan suatu setolok lain, dan mereka ibarat: kembar siam dalam rataan manajemen”. Demikian halnya Tjokroamidjojo (1984:195) yang mengedepankan bahwa:
Salah satu aspek yang terdahulu dalam pelaksanaan rencana sebagai bagian dari proses perencanaan yang menyeluruh adalah sensor. Pengawasan ini sama dengan sudah dikemukakan utama dimaksudkan untuk menjualbelikan pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Apabila terletak digresi?penyimpangan ataupun persoalan?permasalahan bisa diketahui sampai berapa jauh digresi atau masalah tersebut dibanding dengan perkiraan tadinya. Lebih penting daripada itu ialah mengarifi apa sebabnya. Kemudian perlu diambil langkah?langkah garis haluan korektif.
Arti dari pendapat Tjokroamidjojo di atas yakni bagaimanapun matangnya perencanaan minus dibarengi dengan pelaksanaan penapisan nan baik maka akan sukar menentukan dengan jelas seberapa besar distorsi ataupun permasalahan yang ada, serta seberapa osean pencahanan nan dilaksanakan sudah sesuai dengan perencanaan yang sudah lalu ditetapkan, sebagai halnya halnya menurut Siagian (1989:135) bahwa, “pengawasan ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pegangan yang sedang dilakukan melanglang sesuai dengan rancangan nan telah ditentukan sebelumnya”. Hal yang ekuivalen juga diungkapkan makanya Handayaningrat (1995:21) bahwa: “pengawasan dimaksudkan buat memaklumi hasil pelaksanaan pencahanan seboleh-bolehnya sesuai dengan rencana”.
Sedangkan Syafie, dkk (1999:82?83) menyebutkan akan halnya betapa pentingnya pengawasan bagi pelaksanaan pengelolaan dan pegangan, dengan membeberkan bahwa:
Pengawasan ialah salah satu keefektifan dalam manajemen lakukan menjamin sebaiknya pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan. standar yang telah ditetapkan n domestik perencanaan. Dengan demikian melangkahi sensor dapat diawasi sejauh mana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, kehilangan, pemborosan, kemubaziran, penggelapan. dan lain?lain hambatan di masa nan akan nomplok. Jadi keseluruhan penapisan adalah aktivitas membandingkan apa yang medium alias sudah dikerjakan dengan segala apa yang direncanakan sebelumnya. Karena diperlukan. patokan, norma, standar dan dimensi.
Baca Juga:
“Manajemen Produksi” Pengertian & ( Ruang Lingkup – Manfaat )
Berdasarkan pendapat tentang pengawasan berusul para pakar umpama mana diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa pengawasan nan dilakukan seorang pimpinan organisasi adalah untuk mewujudkan peningkatan efektivitas, daya guna, kerasionalan dan ketertiban dalam pencapaian pamrih dan pelaksanaan tugas organisasi, dengan demikian didikan organisasi boleh menjeput sikap apabila ditemukan suatu penyimpangan. Hasil dari pelaksanaan pengawasan dapat dijadikan sebagai perolehan bagi didikan organisasi kerjakan melakukan suatu tindakan, seperti nan disampaikan oleh Lembaga Administrasi Negara (1996:159) bahwa:
Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan, untuk:
- Menghentikan maupun meniadakan kesalahan, penyimpangan, penggelapan, pengobralan, hambatan dan ketidaktertiban.
- Mencegah terulangnya lagi kesalahan, digresi, penyelewengan, pengobralan, obstruksi dan ketidaktertiban tersebut.
- Mengejar cara?mandu yang makin baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas?tugas organisasi.
Daftar pustaka
Agus Dharma. 1998, Perencanaan Pelatihan,
Jakarta : Pusdiklat Karyawan Depdikbud.
Amstrong, Michael. 1994.
Performance Management. London: Kogan Page Ltd.
Buchari Zainun. 1989.
Manajemen dan Pecut.
Jakarta : Auditorium Abjad.
Bernardin, H. John & Joyce E. A. Russell, 1993,
Human Resource Management. Singapore : McGraw Hill Inc.
Bohari. 1992.
Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta : Rajawali Press.
Casio, Wayne F. (1992).
Managing Human Resources: Productivity, Quality of Work Life, Profit. Singapore: McGraw-Hill International Editors
Certo, Samuel C. & S. Travis Certo. 2006.
Beradab Management, Pearson Prentice Hall.
Davis, K & J. W. Newstrom, 1990,
Perilaku dalam Organisasi.
Parafrase. Jakarta. Erlangga.
Donnelly, James H., Gibson, James L., and Ivancevich, John, 1994,
Fundamental of Management. Texas: Business Publication.
Fattah, Nanang. 1999.
Landasan Pengelolaan. Bandung : Rosda Karya
Gibson, Ivancevich & Donnelly, 1997,
Organisasi
Jilid I, Terjemahan Darkasih. Jakarta : Erlangga.
Donnelly, Gibson, dan Ivancevich. 1996.
Manajemen
Edisi Sembilan Jilid 1. Alih Bahasa: Zuhad Ichyaudin. Jakarta : Erlangga.
Gomes, Faustino Cardoso, 2003,
Pengelolaan Sumber Taktik Manusia. Yogyakarta: Andi Offset.
Gordon, Thomas. 1994.
Menjadi Bos Efektif: Dasar untuk Penyelenggaraan Partisipatif dan Keterlibatan Personel.
Parafrase Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta : Gramedia Wacana Utama.
Griffin, Ricky W., 1987,
Management. Boston: Houghton Miffin.
Demikianlah pembahasan mengenai
Pengawasan Ialah – Signifikansi, Variasi, Proses, Manfaat & Acuan
semoga dengan adanya ulasan tersebut boleh menambah wawasan dan butir-butir kalian semua,, terima hadiah banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂
Source: https://www.dosenpendidikan.co.id/pengawasan-adalah/
Posted by: soaltugas.net