Proposal Meningkatkan Belajar Matemarika Dalam Materi Logika Matematika


Contoh
Proposal Penelitian Tindakan Papan bawah (PTK) Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Melintasi Media Reca


Judul
Proposal PTK


Eskalasi
HASIL BELAJAR Ilmu hitung MATERI Operasi


HITUNG
CAMPURAN Melampaui MEDIA PATUNG Lega SISWA


KELAS
IV SD N 2 KEMBANG JEPARA



A.





Permukaan Belakang Penyakit



Pendidikan merupakan satu kebutuhan bermakna lakukan
meningkatkan kualitas sumber kiat manusia. Hal tersebut sekali lagi telah dicantumkan
dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Masa 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah persuasi sadar
dan terencana buat takhlik suasana belajar dan proses penelaahan siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya lakukan memiliki manfaat spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak indah, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Purwanto (2014:39) belajar merupakan proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan intern
perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan nan menghasilkan perubahan-pertukaran dalam
mualamat, keterampilan dan sikap.

Tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai
apabila guru berbenda mewujudkan suatu proses berlatih mengajar yang baik. Master
harus ki berjebah mengarifi karakteriktistik siswa dan juga materi yang akan
disampaikan. Salah suatu mata kursus yang siswanya sering mengalami kesulitan
adalah matematika. Hal tersebut dikarenakan petatar merasa lain produktif berpikir
secara khayali, selain itu guru tidak menampilkan media-wahana yang boleh
kondusif siswa memahami materi.



Pelajaran matematika merupakan latihan berhitung yang
dirasakan sulit oleh sebagian besar pesuluh. Data di sekolah menunjukkan bahwa
poin galibnya matematika kelas IV lebih adv minim dibandingkan dengan pelajaran
nan lain seumpama bahasa indonesia, IPA, IPS.

Tabel
1. Nilai rata-rata netra tuntunan murid SD Negri 2 Kembang

No

Ain Pelajaran

Ponten Rata-Rata

1

Matematika

63

2

Bahasa Indonesia

75

3

IPA

73

4

IPS

80

Kesulitan murid pada alat penglihatan pelajaran ilmu hitung terletak
plong materi operasi hitung fusi. Data hasil ulangan harian peserta kelas IV
SD Tepi langit 2 Kembang menunjukkan dari 14 petatar, terdapat 4 murid yang memenuhi KKM
(Tolok Ketuntasan Minimum) dan 10 pesuluh lainnya mendapatkan nilai kurang
dari KKM. Biji KKM bersumber mata pelajaran ilmu hitung adalah 70.

Diagram 2. Hasil ulangan buletin siswa
papan bawah IV SD Negri 2 Kembang

Wara-wara

Jumlah
Siswa

Persentase
(%)

Nilai
dibawah KKM

4

28,6%

Skor
diatas KKM

10

71,4%

Hasil sparing siswa yang kurang pada materi kampanye
hitung sintesis di inferior IV diakibatkan oleh kelemahan guru dan siswa.
Kelemahan guru tersebut yakni kurangnya kemampuan kerjakan menyedot perhatian
siswa, kurangnya kemampuan bakal menciptakan suasana kelas yang membantu dan
kurangnya kemampuan bikin menciptakan media-media penelaahan nan inovatif.
Sebaliknya kelemahan siswa yaitu kesulitan memahami materi pemelajaran dan
cepat bosan dalam mengakuri materi.

Media
penerimaan PATUNG


(Papan Berkira-kira)



dapat menjadi alternatif privat mendukung guru lakukan meningkatkan hasil membiasakan
pesuluh puas materi operasi hitung campuran.

Kendaraan
PATUNG kondusif kerja sama aktif siswa dalam pembelajaran, hal itu diharapkan
dapat meningkatnya hasil belajar siswa.

Media
penataran PATUNG yaitu wahana visual dan merupakan sarana grafis yang
berfungsi untuk menggenangi pesan dari pengirim kepada akseptor. Media PATUNG
adalah singkatan bersumber “Kayu Hitung” media ini berbentuk papan yang dapat
digunakan untuk mengamalkan perhitungan operasi bilangan dan dilengkapi maka dari itu
tanya-pertanyaan latihan. Kendaraan PATUNG ini menekankan puas pengulangan kalimat yang
terdapat puas alat angkut. Kalimat pada media tersebut dibacakan oleh siswa sebelum
menyelesaikan soal yang disediakan maka dari itu master. Setelah mendiktekan kalimat nan
tertera pada papan berhitung, pelajar mengerjakan soal yang disediakan oleh guru
di ki alat tiang berhitung tersebut. Kemudian pertanyaan dibahas bersama-sama maka itu guru
dan siswa.

Secara bahasa media berasal dari bahasa Yunani merupakan ‘medium’.
M

enurut Heinich, dan serikat dagang kawan (1982) kerumahtanggaan Arsyad (2013:3)
mengemukakan istilah
medium
sebagai
perantara nan mengantar embaran antara sumber dan akseptor

. Pendapat itu
menenkankan bahwa
menengah
atau media
merupakan alat bantu yang digunakan kerjakan mempermudah pesan yang disampaikan
lakukan dikabulkan

. Provisional m
enurut
Arsyad (2013:3) media internal proses belajar mengajar cendrung diartikan sebagai
alat-alat ilustratif, photografis alias electronis bakal menangkap, memproses dan
menyusun sekali lagi pemberitaan visual atau oral. Pengertian dari Arsyad
menekankan media merupakan alat yang digunakan bikin menyusun kembali informasi
visual atau lisan yang memudahkan siswa memufakati pesan. Wahana menjadi gawai
bantu yang digunakan buat membentangkan informasi. Mempermudah siswa didik
dalam menyerap kenyataan yang disampaikan oleh hawa.



Berdasarkan definisi kendaraan menurut ahli di atas, dapat
dikatakan bahwa media memberikan manfaat, yaitu mempermudah pelajar dalam
mengakui pesan yang disampaikan oleh master. Bertambah lanjut media pembelajaran
bisa meningkatkan cemeti, perhatian dan minat peserta privat belajar

Bersendikan pembahasan
di atas maka, untuk mengatasi ki kesulitan belajar momongan

peneliti mencoba bagi mengamankan masalahnya.
Penuntasan keburukan
tersebut dilakukan peneliti dengan prinsip menerapkan media
PATUNG dalam pembelajaran. Selanjutnya kerjakan melihat hasil dari implementasi
media Reca pemeriksa merumuskan membuat Penelitian Tindakan Kelas bawah dengan tajuk
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Campuran
Melangkahi Media Arca Pada Siswa Kelas IV SD Tepi langit 2 Kembang Jepara”.



B.





Identifikasi Ki aib



Adapun


identifikasi masalah internal penelitian ini adalah:

  1. Hasil membiasakan pesuluh
    invalid.

  2. Guru tidak
    menggunakan wahana dalam penelaahan matematika materi propaganda hitung campuran.

  3. Guru tidak dapat
    menciptakan suasana kelas bawah yang kondusif.




  4. S
    iswa tidak terlibat aktif dalam penelaahan.



  5. Temperatur cangap
    menggunakan metode ceramah.








C.





Pembatasan Masalah



Pemeriksa
melakukan batasan-batasan kebobrokan yang akan dibahas, membentangi: Pertambahan
hasil membiasakan melalui kendaraan pembelajaran Arca dengan subjek penelitian merupakan
siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara yang berjumlah 14 siswa. Adapun materi
yang dipilih maka itu pemeriksa yakni persuasi hitung sintesis sreg semester genap.
Kerumahtanggaan hal ini peneliti akan mengerjakan tindakan/treatment
privat dua siklus melintasi Penelitian Tindakan Inferior (PTK).



D.





Rumusan Masalah



Bersendikan latar
belakang masalah, identifikasi problem, dan pemagaran



ki kesulitan, maka pena
eliti

boleh merumuskan masalah
bak berikut: Apakah


penerapan sarana
pembelajaran PATUNG pada materi operasi hitung campuran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV SD Horizon 2 Kembang Jepara?



E.





Pemecahan Masalah



Media
pembelajaran nan digunakan dalam penajaman ini adalah media pendedahan
Patung.
Pendalaman menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan catur langkah pada setiap siklus merupakan
perencanaan (planning), aksi alias
tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).



F.





Intensi Pengkhususan



Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti, maka tujuan dari PTK;


1.



Secara umum yang
menjadi harapan dalam PTK ini merupakan lakukan meningkatkan sikap profesionalitas
guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Kaki langit 2 Kembang Jepara sehingga
boleh memiliki nilai akademik nan baik.


2.



Secara unik
penajaman tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan media
pengajian pengkajian Patung pada materi operasi hitung campuran dapat meningkatkan
hasil sparing siswa kelas bawah IV SD N 2 Kembang Jepara.



G.





Guna Riset



Kemujaraban


pecah penajaman ini yakni umpama berikut:


1.



Bagi Sekolah; M
emberikan

kontribusi yang baik



tentang


media-sarana pembelajaran nan inovatif dalam buram
peningkatan kualitas dan hasil penerimaan di sekolah.


2.



Lakukan Guru; M
e
ngetahui media-ki alat pembelajaran yang menarik dan
menyabarkan


untuk meningkatkan hasil belajar siswa

, serta profesionalitas hawa lagi akan semakin meningkat.


3.



Untuk Siswa;

Berlatih
siswa bikin belajar aktif


dan lagi murid bakir
meningkatkan kemampuan berhitung nan secara otomatis akan dapat



meningkatkan hasil sparing


pelajar plong netra
pelajaran matematika.

BACA Pula

Contoh Proposal PTK SD Papan bawah 4 : Peningkatan Hasil Belajar Matematika dg Pendekatan Matematika Realistic

Sempurna Proposal Skripsi Kuantitatif Pendidikan : Pengaruh Model pembelajaran Jig Saw dan STAD Terhadap Hasil Membiasakan

Contoh Penelitian TIndakan Kelas PAUD : Pertambahan Kesigapan Bicara Anak asuh Usia 3-4 Tahun

Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melewati Media Patung

Download Kumpulan Contoh Skripsi Penelitian dan Pengembangan (R&D) Jurusan PGSD

Arketipe Judul Skripsi Kualitatif PGSD Periode 2022 (Download Filenya Dengan Sekali KLIK)

Download Contoh PTK SD Pola Kelas bawah 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 MUDAH DOWNLOAD 1 x KLIK!!

Download 101 Hipotetis Skripsi Pengkajian Kuantitatif (PDF) PGSD Dengan Sekali KLIK!!!

Download Contoh Skripsi Pendidikan PGSD Lengkap FIle PDF Sekali KLIK

100 Contoh Titel Penyelidikan Kualitatif PGSD Berkualitas! dan Cara Membuat Judul Penelitian

Acuan Usulan SKRIPSI KUANTITATIF PENGARUH Teoretis Pengajian pengkajian MAKE A MATCH











H.





Analisis Teori


1.



Sparing

Skinner dalam Walgito (2009:166) memberikan definisi
sparing “Learning is a process of
progressive behavior adaptation
”. Terbit definisi tersebut dapat dikemukakan
bahwa sparing itu yakni suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat
progersif. Ini berjasa bahwa andai akibat mulai sejak belajar adanya sifat
progresivitas, adanya mode ke sisi yang lebih sempurna atau bertambah baik dari
keadaan sebelumnya. Sementara Mc Geoch intern Walgito (2009:167) memasrahkan
definisi mengenai belajar “Learning is a
change in performance as a result of practice
”. Ini signifikan bahwa belajar
membawa pergantian internal
performance,
dan
perubahan itu andai akibat dari latihan (practice).
Pengertian tutorial alias
practice

mengandung arti bahwa adanya usaha dari individu yang berlatih.

Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:13) berpendapat
pemberitahuan dibentuk maka itu individu. Sebab individu melakukan interaksi terus
menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami persilihan. Dengan
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Selain itu Morgan, dkk. memberikan definisi mengenai berlatih “Learning can be defined as any relatively
permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience
”. Peristiwa yang muncul dalam definisi ini ialah bahwa perubahan perilaku alias
performance
itu nisbi permanen
(Walgito, 2009:167). Di samping itu kembali dikemukakan bahwa perubahan perilaku
itu andai akibat berlatih karena tuntunan (practice)
atau karena asam garam (experience).

Beralaskan berbagai signifikansi belajar yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh peralihan perilaku sebagai hasil pecah latihan
maupun pengalaman dari seseorang.


2.



Hasil Berlatih

Hasil belajar pula adalah suatu komponen yang sangat
penting bagi penelaahan. Hasil membiasakan menjadi variabel dependen atau
variabel yang dipengaruhi. Artinya bahwa hasil belajar merupakan hasil dari
sebuah tindakan yang diberikan internal proses penelaahan. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2009:3) hasil sparing merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Pendapat
tersebut menekankan bahwa hasil belajar berusul dari suatu interaksi. Interaksi
adalah komunikasi anatar guru dan peserta didik. Dari sebelah suhu, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil membiasakan.

Sedangkan menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar yakni
pola-pola kelakuan, poin-ponten, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, dan ketrampilan. Keadaan ini berarti hasil belajar merupakan paparan
siswa kapan mengerjakan proses pembelajaran. Cerminan ini yaitu akibat
dari terjadinya satu proses interaksi anatar guru dan murid yang disebut
dengan proses pembelajaran.

Bersasarkan berbagai signifikansi hasil berlatih di atas
maka bisa disimpulkan bahwa hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh
seseorang setelah berbuat proses pembelajaran dengan cara mengevaluasi bakal
mengetahui terjangkau tidaknya suatu tujuan pembelajaran.

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, ialah: (Slameto, 2010:54)


a.



Faktor Intern

Faktor kerumahtanggaan ialah faktor yang ada dalam diri individu
yang madya sparing. Kerumahtanggaan faktor n domestik terdapat tiga faktor berjasa yaitu:
faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor fisis
meliputi faktor kesehatan dan cacat badan. Faktor kognitif sekurang-kurangnya
ada tujuh faktor yakni: inteligensi, manah, minat, bakat, motif,
kedewasaan, dan juga kesiapan.


b.



Faktor Ekstern

Faktor Ekstern adalah faktor yang cak semau di luar makhluk.
Faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah,
dan faktor masyarakat.

Faktor batih memberikan berbagai macam interaksi yang
memberikan pengaruh kepada siswa, berwujud: cara ibu bapak mendidik, pertautan
antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan hal ekonomi tanggungan,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang
mempengaruhi berlatih ini mencakup metode mengajar, kurikulum, koneksi suhu
dengan peserta, relasi peserta dengan siswa, loyalitas sekolah, organ pelajaran,perian
sekolah, standar cak bimbingan di atas ukuran, peristiwa gedung, metode belajar, dan
tugas apartemen. Sedangkan dalam faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass sarana, jodoh bergaul, dan susuk hayat masyarakat.

Berlandaskan jabaran di atas, dapat disimpulkan terdapat
dua faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor internal meliputi jasmaniah, sikologis, dan kelelahan sedangkan faktor
ekstern meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.


3.



Propaganda Hitung
Campuran

Kampanye
hitung campuran ganjaran bulat merupakan materi muslihat berusul kurikulum


KTSP (Kurikulum Tingkat Ketengan Pendidikan)



SD.

Netra tuntunan ilmu hitung operasi hitung campuran
terdapat lega kelas 4 dengan SK 1 adalah memahami dan menunggangi aturan-resan
operasi hitung bilangan dalam pemisahan masalah dan KD 1.4 yaitu melakukan
operasi hitung predestinasi paduan. Materi tersebut

merupakan
lanjutan dari materi penjumlahan, penyunatan, perkalian dan pendistribusian yang
telah mulai dipelajari sejak kelas 2



yang terdapat pada SK 1 dengan KD 1.4 yaitu melakukan enumerasi dan
pengurangan ganjaran sampai 500

.

P
rasyarat

materi

nan harus di
kuasai

murid sebelum
mempelajari materi operasi hitung campuran



ialah operasi hitung
dasar dan kesadaran tentang bilangan bulat (positif dan negatif).



Beberapa hambatan nan
sering ditemukan privat mengajarkan operasi hitung fusi merupakan materi
keharusan yang dikuasai murid


masih lemah

.
Di samping itu juga, masih banyak peserta yang tidak mengetahui

mana nan harus didahulukan dalam enumerasi hitung
campuran.

Kompetensi
yang dituntut dalam mempelajari propaganda hitung campuran bilangan bundar
adalah siswa dapat melakukan operasi hitung campuran takdir buntar dan
menuntaskan masalah sehari-masa nan berkaitan dengan kampanye hitung campuran
bilangan bulat. Kompetensi ini sering tidak tercapai karena siswa tidak
mengerti teori bawah mengerjakan operasi hitung campuran, serta karena lemahnya
pada kampanye hitung bawah  dan kurangnya akurasi murid terhadap label
bilangan dan segel operasinya

. Selain itu
pelajar juga cacat memeahami sifat-sifat pengerjaan operasi hitung campuran.
Tentang rasam-sifat persuasi hitung campuran umpama berikut: a)

Propaganda
penjumlahan (+) dan pengurangan (-) ekuivalen kuat, artinya persuasi yang terletak di
sebelah kiri dikerjakan sampai-sampai habis.


b)

Operasi
perkalian (x) dan pendistribusian (:) sebanding kuat, artinya operasi yang terdapat di
sebelah kiri diolah terlebih dahulu.

c) Operasi
pergandaan (x) dan pembagian (:) lebih kuat dari pada usaha penghitungan (+)
dan penyunatan (-), artinya operasi multiplikasi (x) dan penjatahan (:) dikerjakan
apalagi dahulu berpunca pada operasi penghitungan (+) dan ki pemotongan (-).

Cak bagi hingga ke pamrih belajar pada materi gerakan hitung campuran maka
proses berlatih mengajar di dalam kelas harus berlanjut secara aktif untuk siswa.
Bersendikan paradigma kontruktivisme Rusman (2015:51) menjelaskan bahwa berlatih
adalah kegiatan aktif siswa bikin membangun pengetahuannya. Siswa berlatih
dengan aktif bagi menemukan solusi dari permasalahan nan dipelajari. Belajar
dengan malakukan secara mandiri dan suhu hanya sebagai penyedia yang
memfasilitasi siswa cak bagi dapat secara aktif menemukan mualamat.


4.



Alat angkut Pengajian pengkajian

Menurut Heinich, dkk
(1993) internal Hernawan, dkk (2007:3) Media merupakan alat saluran komunikasi,
yang pecah dari bahasa Latin yang ialah bentuk seremonial bermula kata “medium” yang berjasa “calo” yaitu
perantara sumber pesan dengan penyambut wanti-wanti. Media ialah salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan menurut Criticos (1996) dalam Daryanto (2012:4)

Beralaskan jabaran di atas maka boleh disimpulkan
bahwa media penelaahan adalah alat

atau sarana

buat berkomunikasi dengan petatar


internal proses penerimaan



yang digunakan cak bagi menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang petatar cak bagi
belajar.

Varietas-diversifikasi kendaraan pembelajaran
menurut Hernawan, dkk (2007:22-34) ialah
sebagai berikut:


a.



Ki alat Okuler

Wahana visual adalah media yang sekadar dapat dilihat
dengan menggunakan
indera penglihatan.


1)



Media Visual yang
Diproyeksikan

Sarana optis yang
diproyeksikan yaitu media yang menggunakan alat proyeksi
(projector)
sehingga susuk atau tulisan nampak puas layar
(screen).



2)


Media
Visual Bukan Diproyeksikan

Ki alat optis
yang tidak diproyeksikan adalah sarana visual yang ditampilkan tanpa alat
proyeksi
(projector)
sehingga gambar
ditampilkan secara langsung, sebagaimana:


a)



Rencana
Fotografik

Rancangan fotografik adalah
tulangtulangan bungkam/mati
(still picture),
misalnya
gambar adapun manusia, fauna, arena, alias korban lainnya yang ada kaitannya
dengan
isi/



alamat pembelajaran nan
akan disampaikan kepada siswa.


b)



Grafi
s

Media grafis adalah media
pandang dua dimensi (bukan fotografik) nan didalamnya terdapat zarah gambar
dan tulisan yang dirancang secara individual
lakukan mengkomunikasikan pesan pembelajaran.


c)



Media
Tiga Ukuran

Sarana
tiga dibagi menjadi tidua spesies, yakni
media realita dan media model. Alat angkut realita yaitu model ataupun objek
sewaktu berpunca benda nyata, sementara itu kendaraan model merupakan imitasi dari objek
nyata.

b.


Sarana
Audio

Ki alat

a
udio adalah alat angkut yang
mengandung pesan kerumahtanggaan bentuk auditif
(hanya dapat didengar) nan dapat memberahikan pikiran, perasaan,
ingatan, dan kemauan para murid bagi mempelajari bulan-bulanan pelihara.

c.


Media
Audio-Okuler

Wahana
Audio-Okuler merupakan kombinasi audio dan visual nan sah disebut wahana
pandang dengar.



Standar
masyarakat pemilihan media menurut Hernawan, dkk (2007:64-66) yaitu bak berikut:


1)

kesesuaian dengan tujuan
(instructional goals),


2)

kesesuaian dengan materi
pembelajaran,


3)

kesesuaian
dengan karakteristik siswa,


4)

kesesuaian
dengan teori,


5)

k
esesuaian dengan gaya berlatih peserta
,

6)

kesesuaian dengan
mileu.

Kriteria
khusus penyortiran alat angkut menurut Hernawan, dkk (2007:66-67) merumuskan intern suatu
kata ACTION, merupakan singkatan bersumber
access,
cost,
technology,
interactivity,
organization
dan
novelty.


Lebih lanjut
dijelaskan perumpamaan berikut; 1)


Access

, yaitu pertimbangan mengenai akses n domestik penggunaan ki alat.
Siswa punya akses seperti izin penggunaan
atau lagi media dan infrastruktur yang tersedia buat boleh menunggangi media
tersebut

,

2)


Cost

, yaitu pertimbangan mengenai biaya. Mahalnya biaya
nan dikeluarkan harus mempertimbangkan aspek manfaatnya

,

3)


Technology

, yaitu pertimbangan teknologi nan tersedia. Dengan
terknologi yang tersedia apakah media media tersebut dapat digunakan atau
tidak.


4)


Interactivity

, merupakan pertimbangan interaktivitas. Kendaraan nan baik
dapat memunculkan komunikasi dua arah

,

5)


Organization

, yaitu pertimbangan organisasi. Peristiwa ini seperti
dukungan semenjak bos sekolah atau yayasan serta pengorganisasiannya

,

6)


Novelty

, yaitu pertimbangan kebaruan sarana. Media yang baru kebanyakan lebih menarik
bagi siswa

.

Satu media pengajaran
tentunya terdapat nilai praktisnya. Menurut Nana Sudjana (1991) dalam Djamarah
dan Zain (2010:135) menampilkan nilai-nilai praktis media pengajaran adalah;
1) Dengan media dapat memangkalkan asal-dasar yang nyata kerjakan nanang. 2)
Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. 3)
Dengan kendaraan boleh mengedrop dasar buat kronologi belajar sehingga hasil
berlatih lebih mantap. 4) Mengasihkan pengalaman yang nyata dan dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiripada setiap pesuluh. 5)Mengintensifkan pemikiran
yang teratur dan berkelanjutan. 6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan memantu
berkembangnya kemampuan berbahasa. 7) Mengasihkan asam garam yang enggak mudah
diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan
pengalaman belajar yang bertambah sempurna. 8) Sasaran pengajaran akan bertambah jelas
maknanya, sehingga dapat makin dipahami oleh para petatar dan memungkinkan siswa
memecahkan tujuan pengajaran lebih baik.

Beralaskan jabaran di atas maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat sejumlah macam kriteria atau pertimbangan dalam pemilihan sebuah
wahana. Pemilihan ki alat tidak cuma namun seberapa menarik kendaraan tersebut,
namun juga mematamatai pertimbangan-pertimbangan enggak sehingga ki alat tersebut
dapat digunakan internal pelaksanaan pengajian pengkajian dan tujuan pendedahan itu
sendiri dapat tercapai.



5.




Media Arca (Papan
Berkira-kira)

Sebuah investigasi menunjukan bahwa penggunaan media papan mampu
meningkatkan hasil sparing pelajar. Seperti penelitian nan dilakukan oleh
Marifah Hermin nan menyatakan bahwa Alat angkut pembelajaran papan napier memiliki
dampak faktual kerumahtanggaan meningkatkan hasil belajar siswa materi operasi hitung
perkalian untuk inferior III SD Dapuan Surabaya. Hal tersebut diketahui dengan
adanya peningkatan yang sangat baik dengan diperoleh presentase ponten aktivitas
guru dalam proses pembelajaran pada siklus I 67,64% dan pada siklus II 89,21%,
presentase nilai aktivitas siswa pada proses pembelajaran pada siklus I 70,00%
dan pada siklus II 89,94%, serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal,
yaitu siklus I (65,00%) dengan biasanya 64,75 dan siklus II (85,00%) dengan
kebanyakan 81,35.

Menurut Marifah wahana papan napier yang digunakan pemeriksa dalam
penelitian tersebut merupakan modifikasi berbunga teknik perkalian napier yang
diwujudkan ke dalam rencana media yang berupa papan visual yaitu kusen tulis
putih alias
whiteboard
nan terbuat pecah papan kayu triplek. Papan napier
adalah papan tulis kudus yang terletak susunan atau teladan nan begitu juga
teknik pergandaan napier yaitu dengan menuliskan semua hasil perbanyakan dua
garis hidup sreg perpautan kotak yang n kepunyaan garis diagonal/garis miring.

Media Patung alias media kayu berhitung ialah ki alat visual dan
tercantum media ilustratif yang berbentuk papan. Sebagaimana halnya media nan tak
media PATUNG berfungsi untuk menyalurkan pesan bermula sumur ke pemeroleh wanti-wanti.
Pesan yang dituangkan dalam bentuk grafis. Alat angkut papan hitung ialah media
kusen dua format yang berbentuk persegi panjang. Memiliki panjang 100 cm dengan
rata gigi 70 cm. Pada papan tersebut terwalak penjelasan mandu melakukan propaganda
hitung campuran. Lebih jauh privat media tersebut sekali lagi terwalak kolom soal dan
rubrik untuk mengerjakan soal tersebut.

Kendaraan Arca ini menonjolkan plong tubian kalimat yang terwalak pada
media tersebut yang dibacakan oleh siswa sebelum menyelesaikan tanya yang
disediakan oleh guru. Setelah membacakan kalimat nan tertera lega papan
berhitung, siswa berbuat soal yang disediakan maka itu guru di media papan
berkira-kira tersebut. Kemudian cak bertanya dibahas bersama-sama maka itu guru dan siswa.
Pengulangan terus – menerus pada materi nan dibacakan oleh pelecok suatu siswa
akan membuat murid yang bukan lebih bangun akan halnya materi nan disampaikan, dan
penyampaian materi oleh antitesis seangkatan akan lebih mudah dipahami oleh pesuluh
tersebut.

Tiang napier sebagai media penataran mempunyai paritas dengan ki alat
PATUNG yang peneliti gunakan, dimana kendaraan papan napier adalah ki alat yang
terbuat dari papan yang ditunjukan kepada siswa cak bagi meningkatkan fokus siswa
dalam menjawab soal-tanya yang diberikan guru. Sama dengan media napier, media
PATUNG pun terbuat berpunca papan. Kufu lain ada pada fungsinya dimana kedua
media ini berfungsi kerjakan membantu siswa menghitung secara refleks pada papan
wahana.

Penerapan media Reca akan menjadikan pembelajaran mudah
dipahami oleh peserta. Dengan mendemostrasikan pendirian mengamalkan soal-soal materi
usaha bitung campuran. Melalui wahana Reca murid dapat melihat secara nyata
bagaimana sebuah pertanyaan dapat dikerjakan atau diperoleh solusi penyelesaiannya.
Dengan beberapa siswa yang mengerjakan cak bertanya didepan kelas dengan menggunakan
media PATUNG maka siswa akan secara aktif mengepas untuk mengerjakannya. Lebih
lanjut suasana papan bawah akan menjadi lebih kondusif karena perhatian siswa tertuju
lega materi cak bimbingan dengan menggunakan media Patung.



6.





Rencana
Nanang


Hasil belajar yang baik,
idealnya tercapai karena proses belajar mengajar berlangsung dengan baik lagi.
Sehingga tercapai tujuan dari proses belajar yang telah ditetapkan. Namun dalam
sebuah inferior yang terdapat di SD Horizon 2 Kembang Jepara khusunya di kelas 4, lega
ain pelajaran matematika dengan materi penelaahan operasi hitung campuran
intensi pembelajaran tersebut tidak tercapai, hal tersebut ditandai dengan kredit
tuntunan pada mata pelajaran matematika yang lebih rendah dibandingkan netra
latihan lainnya. Lebih lanjut nilai ulangan pelajar kelas 4 SD Kaki langit 2 Kembang juga
menunjukan rata-rata angka nan belum mencapai KKM.


Rendahnya hasil belajar
puas siswa inferior 4 SD N 2 Kembang diakibatkan oleh prsoses pendedahan yang
dilakukan oleh hawa tidak menggunakan media pendedahan dalam pembelajaran
ilmu hitung materi propaganda hitung paduan. Solusi bagi mengatasi masalah
tersebut merupakan pemeriksa melakukan PTK
dengan dua siklus. Pada siklus permulaan akan diberikan tindakan yaitu
guru menunggangi media Arca pada pembelajaran ilmu hitung materi operasi
hitung campuran. Sesudah tindakan dilakukan selanjutnya peneliti mencaci
hasil belajar dengan penggunaan
treatmean

tersebut. Sekiranya hasil tersebut belum mencapai target peningkatan nan ditetapkan
maka dilakukan
treatmeant
atau
tindakan pada siklus yang kedua yakni dengan hawa menggunakan ki alat PATUNG
dalam pembelajaran materi operasi hitung campuran. Dari hasil siklus tersebut
diharapkan terjadi peningkatan siknifikan pada hasil belajar murid. Artinya
bahwa penerapan media PATUNG dapat meningkatkan hasil membiasakan matematika materi
manuver hitung senyawa pesuluh kelas IV SD Lengkung langit 2 Kembang Jepara.


7.


Postulat Tindakan

Berlandaskan
rumusan masalah dan kajian teori di atas, maka h

ipotesis
tindakan internal penajaman ini merupakan: Penataran


ilmu hitung materi operasi hitung campuran



dengan menggunakan


media pembelajaran
Arca

boleh meningkatka
t

hasil belajar murid

.



I.





Metodologi Penelitian



1. Setting


Penelitian

a. Subjek
Penelitian

Subjek yang akan diteliti dalam
Penelitian Tindakan Kelas bawah ini adalah siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara nan
berjumlah 14 siswa.

b. Gelanggang
Penelitian

Pengkhususan ini akan dilaksanakan
di inferior IV SD Falak 2 Kembang yang beralamat di Desa Jinggotan, Kecamatan Kembang,
Kabupaten Jepara.

c. Tahun
Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan
sepanjang 2 minggu, yakni plong tanggal 8 Februari 2022 sampai dengan tanggal 20
Februari 2022.


2. Prosedur Pengkajian

Prosedur penelitian adalah awalan-langkah atau cara yang
harus dilakukan secara teratur dan bersistem makanya peneliti untuk mencapai
maksud-tujuan penelitiannya. Pendalaman tindakan kelas dilaksanakan dalam
bentuk siklus yang berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan penting
yaitu: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi.

Perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk takhlik
rencana yang akan dijadikan contoh dalam melakukan tindakan. Pelaksanaan
tindakan merupakan aktifitas nan dilakukan oleh temperatur bersendikan pada gambar
atau rencana nan telah disusun. Pengamatan yakni tindakan yang dilakukan guru
bakal mengamati dan mengingat-ingat hal-hal yang diperlukan dan terjadi dalam proses
pelaksanaan tindakan berlangsung. Refleksi adalah proses untuk melihat pula
maupun mengulas pula tentang perubahan yang terjadi pada proses tindakan nan
telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada gamabr berikut ini:



a.



Sikuls 1



1)



Perencanaan tindakan
I


Agar pelaksanaan
tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan akibat tindakan boleh
direkam dengan baik maka kerumahtanggaan perencanaan ini harus disiapkan dengan lengkap.
Sejumlah kegiatan nan dilakukan dalam penggalian ini adalah sebagai berikut:


(a)



Mereka cipta program pelaksanaan pembelajaran yang konsisten
dengan metode ataupun model nan akan dilakukan (RPP).


(b)



Menyusun lawai observasi aktivitas pelajar.


(c)



Merancang dan menyiapkan media alias alat cak bimbingan nan
akan digunakan.


(d)



Menyusun perkakas evaluasi dan uji instrumen.



2)



Pelaksanaan tindakan I

Pada tahapan ini
rancangan kebijakan dan skenario penerapan penelaahan akan diterapkan. Kegiatan
nan dilakukan adalah melaksanakan RPP yang telah disusun.



3)



Pengamatan/Pengumpulan data I

Tangga ini
terkait dengan pelaksanaan tindakan papan bawah. Kegiatan ini dengan menggunakan
lembar observasi yang meliputi aktivitas siswa serta hasil belajar.



4)



Refleksi I

Tahapan refleksi
ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan
puas setiap siklus, berpegang data yang telah terkonsentrasi, dan kemudian melakukan
evaluasi kepentingan menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah
analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah
dilakukan. Hasil refleksi digunakan bikin dasar restorasi n domestik mengekspresikan
perencanaan puas siklus berikutnya.



b.



Siklus 2



1)



Perencanaan tindakan
II

Seyogiannya pelaksanaan
tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan akibat tindakan dapat
direkam dengan baik maka internal perencanaan ini harus disiapkan dengan eksemplar.
Beberapa kegiatan yang dilakukan kerumahtanggaan penekanan ini yakni sebagai berikut:


(a)



Menciptaan
acara pelaksanaan pembelajaran yang konsisten dengan metode atau model yang
akan dilakukan (RPP).


(b)



Menyusun rayon observasi akivitas pesuluh.


(c)



Mereka cipta dan menyiapkan media atau alat pelajaran yang
akan digunakan.


(d)



Mengekspresikan instrumen evaluasi dan uji instrumen.



2)



Pelaksanaan tindakan
II


Sreg tahapan ini
tulang beragangan strategi dan naskah penerapan pembelajaran akan diterapkan.
Kegiatan nan dilakukan adalah melaksanakan RPP yang sudah lalu disusun.



3)





Pengamatan/Penumpukan
data II


Tataran ini
terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini dengan menggunakan
lembar observasi yang menghampari aktivitas pesuluh dan hasil membiasakan pelajar.



4)



Refleksi II

Pangkat refleksi
ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang sudah dilakukan
lega setiap siklus, berdasar data nan telah tergabung, dan kemudian mengerjakan
evaluasi faedah menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan
yakni amatan dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
telah dilakukan lakukan mengetahui eskalasi hasil sparing siswa.




3.


Teknik Pengumpulan
Data




a.



Pengarsipan

Teknik
dokumentasi digunakan lakukan mengumpulkan data yang berkaitan dengan daftar
murid papan bawah IV, jumlah murid kelas IV, baik laki-junjungan maupun perawan, dan
daftar angka siswa kelas IV.


b.



Testimoni

Pengecekan dilakukan
setiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa inferior IV khususnya
buat pertambahan hasil belajar murid dengan memperalat wahana PATUNG . Data
hasil sparing siswa ini didapat dari hasil evaluasi setiap pengunci siklusnya.


c.



Pengamatan
(observasi)

Pengamatan
betujuan untuk memperoleh data tentang proses berlangsungnya belajar mengajar
yang meliputi aktivitas petatar, suasana atau peristiwa belajar petatar.


Perkakas Penggalian

Sebelum
dilaksanakannya PTK, maka disusun beraneka ragam perabot terlebih tinggal yang akan
digunakan puas momen dilakukannya PTK ialah sebagai berikut:


a.



Mewujudkan input
instrumental yang digunakan untuk membagi perlakuan dalam PTK, yaitu menyusun
RPP dan lagi merumuskan perangkat pembelajaran riil lembar pengamatan.


b.



Membuat output
instrumental
yang digunakan lakukan menganalisis
data selepas memberi perlakuan PTK, instrumennya yakni butir pembuktian.

Awalan-langkah
yang dilakukan sebelum menyusun perkakas penelitian diantaranya merupakan andai
berikut:


1)



Menyusun jari-jari-ganggang

Tujuan penyusunan kisi-jeruji tes yaitu
bagi menjaga agar tes yang akan disusun sesuai dengan materi.


2)



Menentukan tipe pemeriksaan ulang

Tipe pembuktian yang
digunakan ialah sortiran ganda.


3)



Menentukan jumlah soal

Total yang
digunakan untuk uji coba sebanyak

25


soal pilihan ganda dengan alokasi waktu

30


menit.




4.


Teknik Analisis Data



a.



Analisis Instrumen
Penelitian

Data n domestik
penelitian ini,


dikumpulkan melintasi karangan kronik
dan pengamatan temperatur. Sesudah perabot diujicobakan kemudian dianalisis, untuk
mendapatkan soal yang baik dan memenuhi kriteria. Menganalisa hasil pemeriksaan ulang ini
boleh dilakukan dengan kaidah sebagai berikut:


1)



Kesahihan

Kesahihan

sebuah tes bisa diketahui terbit hasil pemikiran dan dari
hasil pengalaman

(Arikunto,


200
9
:
65
). Sebuah tes dikatakan
mempunyai kesahihan jika alhasil sesuai dengan kriterium, privat kepentingan memiliki
kesejajaran antara hasil verifikasi tersebut dengan kriterium. Teknik nan digunakan
buat mengarifi kesamaan merupakan teknik korelasi
product moment
dengan angka berangasan, yaitu:

Sebuah
tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor besaran.
Biji tiap butir pertanyaan menyebabkan skor total menjadi janjang atau tekor. Dengan
kata bukan dapat dikemukakan bahwa sebuah butir soal n kepunyaan validitas nan
tinggi jikalau skor plong tiap granula cak bertanya mempunyai kesejajaran dengan skor besaran.
Paritas ini boleh diartikan dengan korelasi sehingga bakal memahami
legalitas tiap butir tanya digunakan rumus korelasi tersebut di atas. Dengan
berkonsultasi ke tabek harga kritik r
product
moment

sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika
harga rXY> rtabel
maka korelasi tersebut signifikan
alias valid, dan sebaliknya (Arikunto, 2009 : 75).

Bagi
soal-soal bentuk adil biji untuk butir pertanyaan biasa diberikan dengan 1 (buat
soal yang dijawab benar) dan 0 (bagi soal nan dijawab riuk), sedangkan skor
total selanjutnya didapat dari jumlah keseluruhan angka bikin semua granula
soalnya.


2)



Reliabilitas

Suatu pengecekan dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil nan tunak.
Arti tetap enggak cinta harus sebanding, cuma mengimak perubahan secara ajeg
yaitu sama n domestik takhta siswa di antara anggota gerombolan yang lain
(Arikunto, 2009:86).

Amatan

realibilitas

tes pilihan ganda
menggunakan rumus K-R. 20, yakni:


S
etelah diperoleh harga



kemudian
dibandingkan dengan



barang
moment dengan



=5%
. Instrumen dikatakan reliabel kalau


3)



Taraf kesukaran

Pertanyaan yang baik
adalah pertanyaan yang tidak terlalu mudah dan tidak berlebih runyam. Soal nan mudah
tidak erotis petatar untuk mempertinggi kampanye memecahkannya. Sebaliknya pertanyaan
yang terlalu runyam akan menyebabkan siswa menjadi abtar asa dan tidak n kepunyaan
atma buat menyedang lagi

(Arikunto, 2009: 207).
Untuk menghitung besarnya indeks kesukaran tiap butir soal, pemeriksa menunggangi
rumus sebagai berikut :

Arikunto
(2009:210)

mengatakan


bahwa



penunjuk
kesukaran sering diklasifikasikan



perumpamaan
berikut:

0 < P ≤ 0,3
: sukar

0,3< P ≤ 0,7





: menengah

0,7< P ≤ 1
,0


:
mudah


4)



Kiat Pengimbang

Daya pembanding
soal adalah kemampuan sesuatu
soal lakukan
membedakan antara peserta yang tukang (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
invalid tukang (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009:211).Cara menentukan daya
pembeda yaitu dengan rumus sebagai berikut:

Klasifikasi resep beda adalah(Arikunto, 2009:218):

D

: 0,00 – 0,20 =

jelek
(poor)



D

: 0,20 – 0,40 =

sepan
(satisfactory)

D

: 0,40 – 0,70 =

baik
(good)

D

: 0,70 – 1,00 =

baik sekali
(exellent)


b.



Analisis Data.

Teknik analisis data
nan digunakan perlu dikemukakan secara jelas dan rinci sesuai dengan jenis
data yang dikumpulkan pada saat dilakukannya kegiatan observasi.


1)



Data hasil belajar siswa

Data akan halnya hasil
berlatih diambil dari kemampuan peserta dalam mengatasi kebobrokan. Amatan data
hasil belajar dilakukan dengan prinsip menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan
belajar siswa secara klasikal.


a)



Cak menjumlah nilai rata-rata

Rumus
yang digunakan bakal cak menjumlah rata-rata merupakan:


5.



Indeks Keberhasilan

Sebagai tolak ukur keberuntungan studi tindakan
kelas ini laksana berikut:


a.



Kemampuan siswa dalam menuntaskan masalah dengan biji umumnya
kelas ≥ 70, ketuntasan membiasakan individu hingga ke ≥ 70% dan ketuntasan membiasakan
klasikal mencapai ≥ 70%


b.



Keaktifan pesuluh dalam mengikuti pengajian pengkajian meningkat dengan kriteria
tinggi dan mencapai persentase ≥ 75%


Daftar bacaan

Arief S.Sadiman, dkk. (2009).
Media
Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pendayagunaan.
Jakarta: Rajawali
Pers.

.

Arikunto,
Suharsimi.2009.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Lambang bunyi.



Arsyad, Azhar. 2022. Ki alat
Pengajian pengkajian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Daryanto. 2022.
Kendaraan Pendedahan. Bandung: Suatu Nusa.

Depdiknas.2003.Undang-undang
Republik Indonesia nomor 20 waktu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.



Dimyati
dan Mudjiono.2009.Belajar dan Penerimaan.Jakarta:Rineka Cipta.



Djamarah,
Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2010.


Strategi Belajar Mengajar

. Jakarta: Rineka Cipta.


Hernawan,
Asep Herry, dkk.2007.Media Pengajian pengkajian sekolah Radiks.Bandung:UPI PRESS.

Marifah, Hermin. Meningkatkan Hasil Berlatih Gerakan Hitung Perkalian
Berjenjang Ke Bawah dengan Media Papan Napier Pada Pembelajaran Matematika Lakukan
Petatar Kelas III SD Dapuan Surabaya.


http://ejournal.unesa.ac.id/article/1315/18/article.pdf


diakses plong 24 Mei
2022.

Purwanto,
M.Falak. 2022. Prnsip-Prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran
. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rusman. 2022. Pengajian pengkajian TEMATIK TERPADU Teori Praktik dan Penilaian.
Jakarta: PT RAJA GRAFINDO PERSADA

.

Slameto.2010.Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
.Jakarta:Rineka Cipta.



Suprijono,
Agus.2009.Cooperative Learning:Teori&Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta:Pustaka Belajar.



Walgito, Bimo.2009.Pengantar Psikologi Awam.Yogyakarta:ANDI.


Baca Juga :

Contoh Proposisi PTK SD Kelas bawah 4 : Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistic

Teladan penelitian Tidakan Inferior PAUD : Pertambahan Kecekatan Bicara Anak Roh 3-4 Waktu

Pola usulan penelitian Tindakan Papan bawah (PTK) : Peningkatan Hasil Berlatih Matematika Melalui Sarana Patung

Download PTK SD Lengkap Kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 Dengan Sekali KLIK

Cermin PTK Peningkatan Hasil Belajar

Ajuan Penekanan PTK ini ditulis oleh Guru SD ialah
Toni Eko Nugroho. S.Pd

Source: https://karyatulisku.com/contoh-penelitian-tindakan-kelas-ptk-sd/